Perkembangan teknologi dalam bidang pelayanan kesehatan menjadi semakin penting dalam pelayanan kesehatan, termasuk di bidang urologi. Penggunaan laser dan tekonologi robotik membuat perawatan lebih presisi dan menambah peluang kesembuhan pasien kanker prostat.
Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD, dalam pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kedokteran FKUI baru-baru ini, mengatakan, ”Sejumlah inovasi teknologi telah mengubah lanskap perawatan urologi di Indonesia, termasuk pemanfaatan teknologi laser dan teknologi robotik dalam operasi pengangkatan kanker prostat.”
Teknologi laser memberikan manfaat signifikan, seperti minimnya perdarahan selama operasi dan pemakaian kateter yang lebih singkat, yang pada gilirannya mempersingkat waktu perawatan pasien.
Begitu juga dengan teknik enukleasi prostat yang semakin populer dibandingkan teknik konvensional. Teknologi robotik dalam operasi pengangkatan kanker prostat menawarkan tingkat kehilangan darah yang lebih rendah, angka komplikasi yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat, dan lama rawat inap yang lebih singkat.
“Tidak hanya itu, teknologi biopsi prostat robotik dengan panduan MRI (magnetic resonance imaging) telah membawa revitalisasi dalam deteksi dini dan akurat kanker prostat, dengan penerapannya di lebih dari 20 rumah sakit di Jakarta,” tutur Prof. Rizal.
Ia juga menjelaskan, kecerdasan buatan (AI) juga memainkan peran penting dalam Healthcare 5.0 untuk melakukan analisis cepat dan akurat berdasarkan data pasien, membantu dokter membuat keputusan klinis yang lebih efisien dan personal.
“Pemeriksaan genomik dan analisis sekuens gen juga menjadi perhatian utama dalam penanganan penyakit prostat, terutama kanker prostat, dengan peluang personalisasi perawatan dan pencegahan yang membuka lebar,” katanya.
Tak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan deteksi dini penyakit prostat juga menjadi kunci dalam Healthcare 5.0. Upaya dari Kementerian Kesehatan dan gerakan CERDIK telah membantu mengurangi keterlambatan dalam deteksi dan meningkatkan angka kesembuhan.
Kapan perlu periksa sebagai upaya deteksi dini
Kanker prostat merupakan kanker kedua terbanyak yang terjadi pada pria, menurut World Center Research Fund pada 2018.
Deteksi dini kanker prostat akan mempercepat penanganan kanker prostat sehingga berdampak pada peningkatan harapan hidup yang signifikan. Deteksi dini kanker prostat seyogyanya dilakukan sejak seorang pria berusia >50 tahun, terutama dengan keluhan gangguan berkemih. Atau, usia >45 tahun jika ada riwayat kanker prostat dalam keluarga.
Deteksi dini kanker prostat dilakukan antara lain lewat anamnesa (wawancara) dengan melihat riwayat medis pasien dan keluarga, colok dubur, pemeriksaan darah PSA (antigen spesifik prostat) dan biopsi prostat.
Gejala yang mungkin muncul
Sebagian besar penderita kanker prostat stadium awal tidak merasakan gejala, gejala baru terasa jika kanker sudah menyebar ke organ lain (ini kenapa deteksi dini penting).
Gejala yang dikeluhkan meliputi:
- Gangguan berkemih.
- Adanya darah pada urin atau air mani.
- Disfungsi ereksi.
- Sakit pinggang, punggung dan tulang iga.
- Kelemahan pada tungkai/kaki.
- Ketidakmampuan mengontrol kandung kemih. (jie)
Baca juga: Mengecilkan Pembesaran Prostat Tanpa Operasi