Terapi sel punca (stem cell) kini tidak hanya diperuntukkan bagi kelainan darah atau kelainan sistem imun berat, melainkan juga untuk bidang regeneratif. Fungsi regeneratif membuat stem cell berpotensi dalam perbaikan misalnya pada cedera, disfungsional hingga kerusakan organ tubuh.
Para ahli bidang medis di seluruh dunia terus melakukan penelitian klinis terkait penggunaan sel punca dalam berbagai kondisi seperti stroke, cedera saraf spinal, cerebral palsy, radang sendi, gagal jantung, hingga luka bakar. Salah satu penelitian menggunakan stem cell yang pernah dilakukan di Indonesia adalah untuk mengatasi acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang terjadi pada pasien dengan COVID-19.
Tubuh kita memiliki stem cell secara alami yang berfungsi memperbaiki apa yang rusak di dalam tubuh. Namun demikian, jumlah sel punca dalam tubuh akan terus menurun seiring berjalannya waktu terkait dengan fungsinya melakukan perbaikan pada kerusakan tubuh kita sehari-hari.
Oleh karena itu, dibutuhkan tambahan stem cell jika diperlukan, khususnya dalam hal pengobatan. Tubuh manusia memiliki banyak sumber stem cell, salah satu sumber yang banyak serta paling aman digunakan saat ini adalah dari tali pusat.
Dr. Meriana Virtin, Medical Advisor PT Cordlife Persada (industri penyimpanan darah tali pusat) menjelaskan, tali pusat mengandung stem cell, yang juga dikenal sebagai stem cell mesenkimal, yang berpotensi digunakan dalam terapi untuk penyakit degeneratif.
“Stem cell mesenkimal merupakan jenis stem cell multipoten, yang artinya sel ini merupakan jenis sel yang dapat memperbaharui dirinya sendiri dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang spesifik. Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa stem cell mesenkimal dapat berdiferensiasi menjadi osteoblas (sel pembentuk tulang), kondrosit (sel tulang rawan), adiposit (sel lemak), sel hepatic (sel hati), dan neuron (sel otak),” jelasnya pada OTC Digest.
Selain itu, riset di Journal of Controlled Release menjabarkan, sel punca mesenkimal memiliki efek imunosupresif (kemampuan menekan kerja sistem kekebalan tubuh), sekaligus imunomodulator (kemampuan memodifikasi respons imun dengan mengaktifkan mekanisme pertahanan alamiah maupun adaptif).
Terapi stem cell mesenkimal dimaksudkan untuk menggantikan sel-sel rusak pada saat mereka masuk ke dalam tubuh penerimanya. Selain itu, sel punca ini juga memiliki kemampuan untuk melepaskan molekul yang dapat mempengaruhi sistem imun dan menciptakan lingkungan mikro yang berpotensi meregenerasi jaringan.
Penyimpanan dan pengolahan sel punca
Stem cell mesenkimal dari tali pusat dianggap yang berusia paling muda karena sel tersebut diambil ketika bayi baru saja dilahirkan. Seiring perkembangan teknologi, tali pusat dapat disimpan dalam jangka waktu lama di bank tali pusat.
“Orangtua perlu mempertimbangkan ketika memilih tempat penyimpanan tali pusat bayi mereka. Pemilihan tempat penyimpanan tidak boleh sembarangan, sebaiknya yang secara konsisten menjaga kualitas sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan, serta berstandar internasional. Karena penyimpanan tali pusat ini bersifat jangka panjang,” tukas dr. Meriana.
“Bagi calon orangtua khususnya, mereka perlu mulai memperhatikan dan mempelajari apakah mereka memiliki riwayat anggota keluarga dengan kondisi kesehatan atau penyakit berat, yang kondisinya berpotensi diobati dengan stem cell di masa depan. Jika iya, tentu penyimpanan tali pusat dari calon bayi mereka jadi sangat berarti.”
Salah satu proses penting untuk memperoleh dan memperbanyak stem cell mesenkimal dikenal sebagai proses ekspansi. Kualitas stem cell yang dihasilkan dari proses ekspansi ini berperan penting dalam menentukan keamanan terapi.
Sementara itu, dr. Sandy Qlintang, M.Biomed, Presiden Direktur PT Bifarma Adiluhung (farmasi yang memiliki fasilitas pengolahan stem cell di Indonesia) menjelaskan, “Jaringan tali pusat yang kami terima akan menjalani tahapan proses isolasi dan ekspansi hingga pada akhirnya diperoleh stem cell mesenkimal yang siap diinfuskan kepada pasien.”
“Sebelum mengirimkan stem cell mesenkimal ke rumah sakit tempat pelaksanaan terapi, kami melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada kontaminasi bakteri dan endotoksin sehingga sel aman untuk diberikan ke pasien,” tambahnya.
Melakukan pemrosesan stem cell di fasilitas yang memiliki sertifikat cGMP (current Good Manufacturing Practices) dapat memberikan keyakinan bahwa stem cell yang dihasilkan aman untuk digunakan dalam terapi. (jie)