Dina bergidik melihat tangan dan telapak tangannya yang ‘dihiasi’ koreng di banyak tempat. Awalnya, ada lenting-lenting merah yang sangat gatal hingga membuatnya terus-terusan menggaruk. Tak ayal, jadilah luka dan timbul koreng, membuat tangannya tampak seperti budukan. Dina akhirnya memutuskan untuk ke dokter, dan dokter mendiagnosisnya terkena scabies atau kudis.
Penyakit kudis sepertinya sudah jarang terdengar, padahal sebenarnya masih cukup banyak terjadi di Indonesia. Scabies atau kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang menginvasi kulit. Ia bersembunyi di bawah kulit, lalu membuat terowongan untuk menyimpan telur. Begitu telur-telur itu menetas, larva bisa muncul ke prmukaan kulit dan menyebar ke bagian tubuh lain, bahkan sangat mungkin untuk berpindah ke orang lain.
Keluhan gatal terjadi akibat reaksi tubuh terhadap tungau, telur, ataupun kotorannya. Biasanya, rasa gatal terasa lebih parah di malam hari, ketika tungau meletakkan telur-telurnya. Bila diperhatikan dengan seksama, bisa terlihat galur-galur tipis di kulit, yang merupakan terowongan yang digali oleh tungau.
Scabies bisa sangat menganggu penampilan lantaran banyaknya koreng yang muncul. Inilah salah satu komplikasi scabies. Koreng terjadi akibat infeksi sekunder oleh bakteri akibat luka yang digaruk terus menerus.
Scabies sangat mudah menular. Larva yang sudah menetas bisa bersembunyi di serat kain seperti pakaian, sprei, bantal, sofa, dan gorden. Begitu orang lain kontak dengan benda-benda tersebut, larva pun bisa pindah dan menginvasi kulit. Karenanya, kudis biasanya terjadi pada mereka yang hidup berkelompok dan berdekatan, seperti kost, pesantren, penjara, dan panti. Juga bisa menular dalam keluarga.
Inilah yang dialami oleh Dina. Setelah dirunut ke belakang, ia terkena scabies setelah berkemah selama seminggu, memakai sleeping bag sewaan. Keluhan gatal dan lenting pada kulitnya mulai muncul sekitar dua minggu seusai kemping. Sang adik yang tidur sekamar dengannya, akhirnya tertular juga.
Mengobati Scabies atau Kudis
Scabies biasanya diobati dengan salep. Salep yang paling sederhana dan murah yaitu yang berbahan dasar sulfur. Salep ini cukup efektif, hanya saja kurang nyaman karena rasa lengket dan bau sulfur yang yang ditimbulkannya. Salep perlu dipakai setidaknya 8 jam di malam hari, dan digunakan minimal 5 malam berturut-turut agar tuntas membasmi tungau, karena salep ini hanya membunuh larva/tungau dewasa, tidak bisa membunuh telur.
Salep lain yang kerap digunakan yaitu yang mengandung permethrin, antiparasit berspektrum luas. Permethrin cepat dan efektif membasmi telur, larva, maupun tungau penyebab scabies atau kudis. Dioleskan pada malam hari sebelum tidur, dan usahakan salep tidak luntur selama 8 jam. Cukup dipakai satu kali, dan bisa diulang seminggu kemudian.
Baik salep sulfur maupun permethrin perlu dioleskan ke seluruh tubuh termasuk wajah dan leher, yang penting tidak terkena mata, mulut, dan hidung. Ini penting untuk membasmi tungau secara tuntas di seluruh tubuh, karena mungkin saja sudah ada tungau bersarang di bagian tubuh lain meski belum muncul lenting, gatal, atau koreng.
Untuk mencegah penularan, cucilah baju, handuk dan sprei dengan sabun dan air panas agar tungau mati. Untuk barang-barang lain yang tidak bisa dicuci, masukkan ke kantong plastik tertutup rapat dan diamkan selama beberapa minggu agar tungau mati lantaran tidak mendapat makanan dan udara.
Jangan remehkan scabies atau kudis. Penyakit ini tampaknya sepele, tapi bisa sangat merusak kulit, dan mudah menular. Segeralah ke dokter bila mengalami gejala yang mengarah pada scabies, dan obati hingga tuntas. (nid)
_________________________________
Ilustrasi: Image by Freepik