Seorang bayi laki-laki lahir di Inggris dengan anal atresia, kelainan bawaan di mana anus belum berkembang sempurna. Perutnya membuncit dan saat muntah mengandung empedu. Ia menjalani operasi untuk memperbaiki kondisi anus, tapi perutnya tetap buncit dan ia mengalami necrotizing enterocolitis (jaringan usus rusak dan mati). Ini membuatnya harus menjalani pemotongan usus hingga ususnya (bagian jejunum) tersisa 60 cm. Dilakukan pemasangan jejunostomi, selang plastik dari perut menuju usus untuk mengantarkan makanan dan obat. Pasca operasi, ia mengalami sepsis (infeksi berat) dan gagal ginjal.
Kasus ini dilaporkan dan diteliti oleh David C.A, Candy, dkk (2001). Hasil kultur (pembiakan) dari cairan jejunum menunjukkan flora (bakteri, jamur) yang tidak normal; dikhawatirkan bisa merusak jejunum yang tersisa. Si bayi lalu diberi probiotik berupa 15 ml susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain, 3x sehari. Saat itu usianya 12 bulan. Tiga hari setelah pemberian probiotik, pemeriksaan pada feses (tinja) menunjukkan kandungan Lactobacilli yang melimpah. Padahal sebelum pemberian probiotik, tidak ada Lactobacilli pada fesesnya.
Setelah terapi probiotik, kadar garam seimbang berdasar pemeriksaan urin (air seni), sehingga kateter makanan dari vena pusat bisa dilepas dan ia boleh pulang. Frekuensi BAB (buang air besar) membaik, dari 12x menjadi 4x/hari. Dua tahun setelahnya, ia masih menjalani terapi probiotik; dosisnya ditingkatkan bila menderita diare. Lactobacilli termasuk terapi yang efektif untuk diare akibat rotavirus. Ia juga bisa mengonsumsi makanan normal seperti orang lain. Melihat hasil yang demikian baik, orangtuanya enggan menghentikan terapi probiotik.
Kasus kelainan usus bawaan berat, bisa mengancam jiwa anak. Contoh lain terjadi di Jepang, yang dijadikan studi kasus oleh Yutaka Kanamori, dkk (2001). Seorang bayi perempuan lahir dengan gastroschisis (sebagian usus berada di luar rongga perut). Setelah dilahirkan secara caesar, ia menjalani operasi perbaikan dinding usus. Ususnya harus dipotong hingga tersisa usus halus sepanjang 25 cm. Ia selamat dan mengalami kemajuan selama 2 tahun, tapi kemudian menderita demam tinggi berulang dan asidosis (tubuh kelebihan asam), sedikitnya 1x sebulan. Diduga karena radang saluran cerna, akibat pertumbuhan bakteri berlebihan di usus dan/atau sepsis kateter vena pusat. Akhirnya kateter vena pusat dihentikan. Untuk mengontrol bertumbuhan bakteri, ia diberi terapi sinbiotik secara oral (melalui mulut).
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah cukup, akan memberi manfaat bagi orang yang mengonsumsi. Adapun prebiotik adalah makanan bagi bakteri probiotik, sedangkan sinbiotik merupakan kombinasi probiotik dan prebiotik. Dalam studi kasus ini, sebagai sinbiotik yakni kombinasi probiotik Bifidobacterium breve Yakult, L. casei Shirota strain dan prebiotik galaktooligosakarida.
Contoh feses bayi diambil setiap bulan. Sebelum pemberian sinbiotik, flora pada fesesnya tidak normal; bakteri E. coli dan jamur Candida sangat tinggi. Satu bulan kemudian, fesesnya mengandung flora probiotik yang diberikan serta spesies Bifidobacteria dan Lactobacillus lainnya. Fungsi penyerapan usus dan pola BAB-nya juga membaik. Berat badan (BB) meningkat drastis setelah terapi sinbiotik.
Probiotik seimbangkan bakteri
Kondisi mikroflora usus sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh secara menyeluruh. Di usus kita, terdapat trilyunan bakteri dengan berbagai macam sifat. Ada yang potensial menjadi patogen; yakni yang menyerang, membuat racun, atau keduanya, bila ada kesempatan. Ada yang tidak menyerang dan tidak membuat racun; disebut bakteri bermanfaat. Ada golongan ketiga yang bersifat netral; sifatnya mengikuti bakteri yang mendominasi. Penting memelihara populasi bakteri bermanfaat, agar bakteri oportunistik ikut menjadi baik. Ini yang disebut keseimbangan bakteri usus.
Bakteri bermanfaat melapisi dinding usus bagian dalam sehingga bakteri patogen sulit menempel. Asam laktat yang dihasilkan bakteri bermanfaat akan menjadikan lingkungan usus asam sehingga pertumbuhan bakteri patogen terkontrol. Selain mensitesis vitamin K dan membantu proses pencernaan sehingga penyerapan nutrisi dan pembuangan zat sisa berjalan optimal, bakteri bermanfaat menstimulasi sistem imun hingga daya tahan tubuh optimal.
Diare dan kembung adalah salah satu tanda, terjadi ketidak seimbangan flora usus. Bila bakteri patogen tumbuh berlebihan dan menghasilkan gas dalam jumlah besar sehingga perut kembung.
Manfaat probiotik dalam pencegahan diare terlihat pada studi dr. Dipika Sur, dkk (2011) di Kalkuta, India. Selama 12 minggu, sekitar 4.000 anak (usia 1-5 tahun) diberi minuman probiotik yang mengandung L. casei Shirota strain, atau minuman bernutrisi tanpa probiotik sebagai kelompok kontrol. Analisis pada mikroba patogenik menunjukkan, penyebab diare pada kelompok probiotik lebih rendah ketimbang kelompok kontrol.
Studi pada tikus (in vivo) oleh Jacalne, AV menemukan, L. casei Shirota strain efektif mencegah diare akibat enterotoksik E. coli dan Vibrios choleragenic. Perlu 3-5 hari perawatan kontinyu untuk mendapat proteksi terhadap diare, dan proteksi maksimum dapat dicapai dalam 6-7 hari.
Yakult mengandung lebih dari 6,5 milyar L. casei Shirota strain. Konsumsi Yakult secara rutin dan kontinyu minimal 1 botol setiap hari, membantu menjaga keseimbangan bakteri penghuni usus sehingga sembelit bisa dihindari dan/atau diatasi. (nid)