Kasihan sekali nasip para perokok pasif (second-hand smokers), selain tetap berisiko menderita penyakit pembuluh darah, ia juga lebih berisiko mengalami depresi.
Paparan asap rokok menimbulkan beban serius pada kesehatan masyarakat. Studi tahun 2011 menyebutkan sekitar 603.000 (1,0%) kematian di seluruh dunia terkait dengan perokok pasif.
Perokok pasif sama berisikonya dengan perokok aktif untuk menderita berbagai penyakit seperti arteri koroner, kanker dan stroke. Tidak ada batas paparan yang aman bagi perokok pasif agar mereka terhindar dari risiko penyakit tersebut.
Dari sisi kesehatan mental, menjadi perokok pasif dianggap sebagai faktor potensial yang membahayakan kesehatan mental melalui penurunan kepekaan terhadap kesenangan, akibat asupan nikotin dan peningkatan stres psikologis.
Studi di Jepang menyatakan risiko muncul gejala depresi meningkat 25-41% pada orang dewasa, terutama pekerja yang menjadi perokok pasif. Peneliti menganalisa data lebih dari 5.000 orang dari tahun 2013 hingga 2017.
“Kami menilai gejala depresi menggunakan skala Kessler 6 (K6) versi Jepang yang terdiri dari enam hal yang menanyakan seberapa sering responden mengalami gejala tekanan psikologis selama 30 hari terakhir. Pilihan jawabannya berkisar dari 0 = tidak pernah, sampai 4 = sepanjang waktu (rentang skor total: 0-24),” urai peneliti dalam studi yang diterbitkan di Journal of Epidemiology (2020) ini.
Frekuensi paparan rokok – terhadap perokok pasif – dinilai menggunakan pertanyaan: “Apakah Anda pernah menghirup asap rokok orang lain di rumah, kantor atau tempat lain dalam setahun terakhir?”
Selain itu, status merokok dinilai dengan menggunakan pertanyaan: “Apakah Anda saat ini, mantan, atau tidak pernah merokok?”
Dari 5.121 partisipan, sebanyak 4.547 orang adalah bukan perokok/perokok pasif, dan 574 responden adalah perokok aktif. Hasil studi tersebut melihat hubungan dengan gejala depresif signifikan pada kelompok non perokok/perokok pasif, namun tidak signifikan pada perokok aktif.
Riset ini menguatkan penelitian-penelitian sebelumnya. Antara lain oleh Yan-Ni Zeng, et al, yang melakukan meta-analisis terhadap 11 riset serupa (melibatkan 86,739 partisipan), mengungkapkan bila perokok pasif berhubungan positif dan signifikan dengan gejala depresi dan tekanan psikologis.
Temuan ini menggarisbawahi perlunya aturan yang lebih kuat terhadap paparan tembakau, baik di rumah, tempat umum atau di lingkungan pekerjaan. (jie)
Baca juga: Awas, Perokok Pasif Berisiko Tinggi Alami Migrain Parah