Perilaku seksual seseorang bisa mempengaruhi mikrobiom dan sistem imun, yang akhirnya meningkatkan risiko terinfeksi HIV, menurut para peneliti dari University of Colorado Anschutz Medical Campus, Amerika Serikat.
Mikrobiom merupakan kumpulan mikroba usus, yang berperan penting dalam pembentukan sistem imun manusia. Riset yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Pathogens, April 2019 lalu tersebut membuktikan bahwa pria yang berhubungan seks dengan pria (kaum gay) memiliki mikrobiom yang sangat berbeda dibanding lelaki normal, terlepas dari status infeksi HIV-nya.
Peneliti ingin mengetahui apakah perubahan mikrobiom ini meningkatkan aktivasi sel T yang berhubungan dengan risiko transmisi HIV (human immunodeficiency virus), dan meningkatkan derajat keparahan penyakit tersebut.
Untuk mempelajari hal ini mereka mengambil sampel feses dari 35 pria sehat – baik gay atau lelaki normal- kemudian mentransplantasikannya ke tikus. Tikus yang mendapat sampel tinja dari pria gay mengalami peningkatan aktivasi sel T dan sel CD4. Jika ini terjadi pada manusia berarti menempatkan mereka pada risiko HIV yang lebih tinggi.
Dilansir dari sciencedaily.com, peneliti juga mengisolasi sel imun di usus orang yang tidak terifeksi HIV, kemudian dipaparkan dengan bakteri feses dari responden gay dan pria normal. Sel imun yang terpapar bakteri dari responden gay lebih mungkin terinfeksi HIV secara in vitro (di dalam cawan patri).
“Ini membuktikan adanya hubungan langsung antara komposisi mikrobiom dan aktivasi sistem imun pada pria gay, baik yang HIV-negatif dan HIV-positif, dan memberikan alasan untuk meneliti mikrobiom usus sebagai faktor risiko penularan HIV,” kata Prof. Brent Palmer, PhD, peneliti senior riset tersebut.
Penyebab pasti kenapa mikrobiom pria yang berhubungan seks dengan sesama pria sangat berbeda belum diketahui. Beberapa teori menyatakan bahwa jenis diet tertentu dapat meningkatkan peradangan yang akan mengaktifkan sel T.
“Ada mikrobiom unik yang terkait dengan laki-laki berhubungan seks dengan sesama jenis yang mendorong aktivasi kekebalan di usus, yang juga bisa mendorong risiko infeksi HIV yang lebih tinggi,” terang Prof. Palmer. “Tetapi kita masih tidak tahu pasti kenapa ini terjadi.”
Namun memahami mikrobiom ini penting, karena itu dapat secara langsung mempengaruhi sistem kekebalan pria berisiko tinggi dan mengarah pada peningkatan risiko infeksi HIV. (jie)