Data Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat sepanjang 2024, ditemukan lebih dari 1.900 konten hoaks. Sebanyak 163 di antaranya terkait isu kesehatan, terutama soal vaksinasi dan obat herbal. Vaksin kanker serviks tak luput dari hoaks.
Sejumlah hoaks menyebut, vaksin kanker serviks menyebabkan rahim kering, kemandulan, menopause dini, hingga merupakan upaya genosida. Padahal faktanya, justru sebaliknya. “Kita syukuri, ini satu-satunya kanker yang penyebab utamanya bisa dicegah dengan vaksinasi,” ujar Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM. Hal ini diungkapkannya dalam kelas jurnalis bertajuk “Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI” yang diselenggarakan oleh MSD Indonesia dan Kementrian Kesehatan RI di Jakarta, Senin (17/11/2023).
Sebagaimana diketahui, kanker serviks utamanya disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkogenik. Dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, infeksi HPV tidak terlihat. “Begitu virus masuk ke leher rahim, dia bisa berkembang biak selama 15-20 tahun tanpa terasa. Kita merasa sehat, tapi 20 tahun kemudian muncul kanker,” ucapnya.
Pada perempuan, infeksi virus HPV menyebabkan sekitar 71% kasus kanker leher rahim. Selain itu, HPV juga dapat menimbulkan kanker lainnya seperti vagina, vulva, penis, orofaring, hingga kutil kelamin - yang 90% dipicu oleh virus ini. Pada laki-laki, HPV bisa menyebabkan kanker pada penis, anus, dan orofaring.

Kelas Jurnalis “Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI” / Foto: RnR Public Relation
Program Pemberian Vaksin HPV untuk Eliminasi Kanker Serviks
Vaksin untuk kanker serviks yaitu vaksin HPV, telah beredar sejak 2006; hampir 20 tahun lalu. “Vaksin HPV sudah terbukti aman dan bermanfaat sejak pertama kali digunakan, dan kini dipakai di lebih dari 130 negara. Jadi ini bukan hal baru, bukan percobaan. Ini langkah nyata untuk melindungi diri dan keluarga,” tegas Prof. Miko.
Program percontohan vaksinasi HPV sudah berjalan sejak tahun 2016 di DKI Jakarta, dan sejak 2023 dicanangkan sebagai program nasional. “Program ini menyasar anak perempuan usia 11 tahun, yaitu kelas 5 SD atau sederajat, baik yang sekolah maupun tidak,” terang dr. Prima. Awalnya, vaksin diberikan dalam dua dosis; dosis pertama di usia 11 tahun, dan dosis kedua di usia 12 tahun (kelas 6/sederajat).
Vaksinasi HPV pada remaja dan dewasa memang berbeda. Pada dewasa, vaksin diberikan sebanyak tiga kali, sedangkan pada usia remaja cukup dua kali saja. Namun, peneitian terus berkembang. Ternyata ditemukan, vaksinasi satu kali saja pada remaja, telah memberikan efikasi yang baik. WHO menyatakan, vaksinasi HPV pada usia <20 tahun cukup satu kali.
“Kita pertimbangkan dan ikuti arahan WHO. Untuk itu, mulai tahun ini, vaksinasi kita berikan satu kali pada anak perempuan usia 11 tahun,” ucap dr. Prima. Mereka yang belum mendapat vaksin HPV di usia 11 tahun, akan dikejar di usia 12 tahun. “Bila masih ada yang terlwat, akan kembali dikejar di kelas 9 atau usia 15 tahun. Ini adalah upaya kita untuk mengeliminasi kanker serviks,” tegasnya.
Program vaksinasi HPV pada anak laki-laki juga akan mulai dilakukan. Sama seperti pada anak perempuan, vaksin diberikan satu kali, pada usia 11 tahun. “Akan kita jalankan di tiga provinsi dulu, dan secara bertahap ke semua provinsi,” jelas dr. Prima. Program vaksinasi pada perempuan dewasa muda usia 20 – 26 tahun juga akan mulai dilakukan.
Jangan Termakan Hoaks
Tidak betul bahwa vaksin HPV bisa menyebabkan kemandulan, atau malah bisa menimbulkan kanker serviks. “Vaksin ini bahkan tidak mengandung virus HPV sama sekali; yang digunakan untuk memicu kekebalan yaitu partikel yang menyerupai virus, bukan virusnya. Jadi tidak mungkin menyebabkan kanker serviks,” papar Prof. Miko.
Tidak perlu khwatir, penyuntikan dilakukan di lengan, seperti vaksinasi pada umumnya. “Bukan disuntik di bokong, apalagi area kemaluan. Tidak benar kalau ada yang bilang begitu,” tandas Prof. Miko.
Mengapa vaksinasi diberikan di usia remaja, padahal paparan HPV utamanya melalui hubungan seksual? “HPV biasanya sudah mulai masuk di usia 15 – 19 tahun. Jadi yang terbaik, diberikan sebelum usia 15 tahun. Dan jangan salah, HPV itu ada di mana-mana, jadi penularan bukan hanya dari hubungan seksual,” terangnya.
Selain itu, menurut penelitian, pemberian vaksin HPV di usia remaja memberikan efikasi yang jauh lebih baik dengan dosis yang lebih sedikit. Dengan ini, kita melindungi anak-anak perempuan sejak awal, sebelum mereka berhubungan seksual. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Image by freepik





