Parkinson Pada Orang Muda | OTC Digest

Parkinson Pada Orang Muda

Penyakit parkinson umumnya identik dengan lansia. Tubuh gemetar tanpa bisa dikendalikan. Namun tampaknya parkinson juga bisa mengenai mereka yang lebih muda.

Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang menyerang otak. Disebabkan berkurangnya jumlah dopamin ;  zat yang berperan dalam pengiriman sinyal antarsel saraf otak untuk mengontrol gerakan.  Penyakit ini memiliki 4 gejala utama : gemetar (tremor), kaku sendi (rigiditas), melambatnya seluruh gerak motorik (bradikinesia) dan ketidakseimbangan postur tubuh.

Pada awal sakit, manifestasi gejala dapat berupa: tremor ringan pada tangan; ayunan lengan waktu berjalan kurang (jalan seperti robot); suara menjadi halus / mengecil. Saat mandi, mengancing baju atau makan jadi lama. Jalan sering ketinggalan; mata melotot seperti marah, raut muka selalu sedih; kalau sudah duduk jarang bangun dan tidur jarang berbalik badan.

Riset menunjukkan penyakit ini bisa muncul di usia awal 40 tahunan. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. “Sejauh ini belum bisa dicegah. Tetapi dari trias penyebab (genetik, proses penuaan dan lingkungan), yang paling mungkin dimodifikasi adalah lingkungan. Jagalah lingkungan tetap bersih, hindari dan cegah polusi dan berperilaku sehat,” papar dr. Banon Sukoandari, Sp.S.

 

Menghambat progresi penyakit

Prinsip penanganannya adalah mencukupi kekurangan dopamin di otak. Yakni dengan memberikan pengganti dopamin (disebut levodopa), memastikan levodopa masuk ke otak sebanyak mungkin, mencegah pemecahan levodopa di luar otak, serta mengefektifkan kerja levodopa yang jumlahnya sangat sedikit tersebut.

”Juga dengan obat-obatan yang memperbaiki kerja reseptor dopamin di otak. Kalau jumlah dopamin makin sedikit, kerja reseptor makin lama makin rusak,” tambah dr. Banon.

Pada dasarnya parkinson merupakan penyakit yang makin hari makin berat gejalanya. Tapi, lewat pengobatan yang benar, gejala parkinson dapat dikontrol. Belum ditemukan obat yang bisa menghentikan sama sekali proses kematian sel substansia nigra (penghasil dopamin di otak). Tetapi banyak obat anti parkinson yang dapat memperbaiki gejala dan tanda penyakit ini.

Sehari-hari, penyandang parkinson perlu berlatih fisik, memerhatikan pola makan dan mengonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup dan relaksasi, dan minum obat secara teratur.

Pada penyandang parkinson yang relatif kurang melakukan gerakan / exercise dan kurang asupan kalsium, berisiko osteoporosis. Osteoporosis (keropos tulang) dapat mengakibatkan patah tulang, nyeri, dll. Parkinson bukan penyakit ’hidup-mati’, tetapi sangat berpengaruh pada kualitas hidup. (nid)