obesitas berisiko mengalami infeksi parah akibat covid-19

Obesitas Menjadi Risiko Terbesar Kedua Terinfeksi Parah Akibat COVID-19, Apa Kata Penelitian?

Penelitian menunjukkan bukti bila obesitas menjadi faktor independen seseorang mengalami infeksi parah akibat COVID-19. Obesitas bisa menjadi faktor yang lebih dominan dibanding penyakit paru dan hipertensi.

Lansia, terlepas berat badannya, ditemukan sebagai kelompok usia yang paling rentan mengalami infeksi parah atau kematian bila terserang virus corona. Dalam penelitian baru di Amerika Serikat – negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia - ditemukan bukti bila orang obes berisiko mengalami komplikasi parah, dibanding mereka dengan hipertensi, penyakit paru atau asma.

Peneliti di New York University baru-baru ini menekankan bahwa obesitas sebagai penyebab utama pasien berusia kurang dari 60 tahun harus mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.

Mereka melihat data medis dari 3.615 pasien positif COVID-19 antara 4 Maret - 4 April 2020. Tim peneliti menemukan mereka dengan indeks massa tubuh (IMT) antara 30 – 34 berisiko dua kali untuk dirawat di ruang intensif, dibanding orang dengan IMT < 30.

Kondisi ini meningkat 3,6 kali pada pasien dengan IMT > 35. Riset yang dipublikasikan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases ini menyimpulkan walau Anda masih muda, infeksi COVID-19 bisa menjadi serius tergantung pada IMT Anda.

Dalam perhitungan IMT berdasarkan ukuran tubuh orang Barat, saat seseorang memiliki IMT menyentuh angka 25-29,9 maka ia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan, dan obesitas bila IMT > 30. Sementara untuk orang Asia, IMT antara 23-24,9 sudah termasuk kelebihan berat badan, dan > 25 sebagai obesitas.

“Meskipun mereka yang berusia < 60 tahun secara umum termasuk kelompok berisiko kecil mengalami infeksi parah karena COVID-19, berdasarkan data yang kami miliki, obesitas tampaknya menjadi faktor risiko yang sebelumnya tidak diakui untuk untuk mendapat perawatan kritis,” tulis para peneliti dilansir dari The Guardian.

Pada pasien di atas 60 tahun, para peneliti tidak menemukan hubungan signifikan antara obesitas dan penyakit parah yang membutuhkan perawatan kritis.

Tetapi pada satu studi lain yang melibatkan 178 pasien, obesitas merupakan kondisi medis paling umum untuk mereka yang berusia < 65 tahun dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Pada mereka usia antara 18 - 49 tahun dengan kondisi medis, 59% - nya mengalami obesitas. Kondisi paling umum kedua adalah asma (27%).

Bagi mereka usia antara 50 – 64 tahun dengan penyakit penyerta, 49% juga menderita obesitas menyumbang 49%, dan sekitar 47% dengan hipertensi.

Menanggapi riset tersebut, Dr. Dyan Sellayah, staf pengajar di University of Reading, Inggris, mengatakan usia masih menjadi risiko terbesar untuk mengalami infeksi parah dan kematian akibat COVID-19.

“Terlepas dari faktor usia, obesitas tampak faktor risiko tunggal terbesar,” katanya.

Sementara itu Duncan Young, profesor ilmu penyakit dalam di University of Oxford, Inggris menjelaskan hingga kini peneliti belum membandingkan antara faktor usia dan obesitas.

“Tetapi menjadi lebih tua dari 80 tahun diasosiasikan dengan peningkatan 13,6 kali (1.360 %) risiko kematian, sedangkan obesitas dihubungkan dengan 39 % peningkatan risiko kematian. Sehingga tetap langsing hingga usia 80 tahun tetap lebih berisiko untuk meninggal, dibanding orang muda yang gemuk,” terangnya. (jie)