Perkembangan teknologi semakin memudahkan dunia medis untuk mendeteksi berbagai penyakit secara lebih akurat dan cepat. Bagi pasien, pemeriksaan terasa lebih aman dan nyaman, karena tidak perlu dilakukan operasi terbuka untuk melihat organ dalam.
Ada MRI (magnetic resonance imaging). Sesuai namanya, alat ini bekerja dengan prinsip magnetik dan frekuensi radio; sama sekali tidak melibatkan radiasi. Tubuh manusia mengandung banyak cairan. “Komponen H2O (air) di tubuh kita tersebar. Cairan ini bisa menentukan, apakah suatu jaringan lunak, serabut saraf atau lainnya,” tutur dr. H. Edwin M. Hilman, Sp.Rad, dokter ahli radiologi di Jakarta. Data ini kemudian diolah secara komputerisasi, sehingga tercipta imaji.
MRI terutama baik untuk melihat bagian tubuh yang mengandung air (jaringan lunak), dengan akurasi sekitar 90%. Bisa digunakan untuk memeriksa kelainan otak, tulang belakang dan persarafan, persendian, payudara, pembuluh darah, abdomen (perut), kanker dan infeksi.
Untuk pemeriksaan tulang kurang bagus, karena kadar air di tulang sangat sedikit. ”Tapi untuk melihat rongga sambungan antartulang belakang dan persendian, bagus sekali,” imbuh dr. Edwin. Untuk jantung dan paru juga kurang baik; imaji tidak terlalu jelas karena organ ini selalu bergerak.
Lama prosedur MRI tergantung pemeriksaan yang dilakukan. Untuk memeriksa tulang belakang bagian bawah, misalnya, memerlukan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan untuk pemeriksaan yang menggunakan kontras, misalnya untuk mendeteksi adanya kanker atau infeksi, bisa mencapai 30 menit.
Alat MRI berbentuk seperti tabung panjang, dengan diameter yang tidak terlalu besar. Bisa membuat penderita klaustrofobia (takut pada tempat sempit) merasa tidak nyaman. Untuk itu, dokter radiologi akan berdiskusi dengan ahli anestesi mengenai kemungkinan pemberian obat bius bagi penderita klaustrofobia.
MRI bisa dipastikan aman dan bisa dilakukan bagi semua orang, dari bayi sampai lansia. Namun karena menggunakan magnet, alat ini tak disarankan bagi mereka yang menggunakan alat pacu jantung dan/atau menggunakan pen dari logam di tubuh. Dapat mengganggu medan magnet MRI.
Saat pemeriksaan, pasien memakai baju rumah sakit, dan bagi wanita biasanya diminta untuk melepas bra, terutama yang berkawat. Kemudian pasien diberi earplug karena suara alat cukup keras. Pasien berbaring kemudian akan masuk ke tabung saat pemeriksaan dimulai. Pasien harus benar-benar diam selama pemeriksaan, agar hasil gambar maksimal.
Tidak ada persiapan khusus untuk menjalani MRI. ”Kecuali jika akan melihat organ perut, terutama untuk kantung empedu dan pankreas,” ujar dr. Edwin. Disarankan berpuasa total 10 jam, karena dikhawatirkan imaji bisa rancu dengan air minum. (nid)