Transportasi Umum Meningkatkan Risiko Penularan COVID-19

Menggunakan Transportasi Umum Meningkatkan Risiko Penularan COVID-19, Menjaga Jarak Efektif Mencegah Penularan

Ibukota DKI Jakarta kembali memberlakukan PSBB (Pengendalian Sosial Berskala Besar) sejak kemarin, 14 September 2020. Menurut Vice President Corporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba, penumpang KRL kemarin turun rerata 19% dibandingkan hari Senin pekan lalu (7/9). Kapasitas KRL masih dibatasi 74 orang/kereta, demi menjaga jakar antar penumpang. Namun hati-hati. Studi oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menemukan, menggunakan transportasi umum meningkatkan risiko penularan COVID-19.

Studi yang dipublikasi secara daring di jurnal ilmiah Clinical Infectious Disease ini menyebutkan, orang yang sering berada di tempat umum lebih berisiko terkena COVID-19. Sebaliknya, menjaga jarak benar-benar efektif mencegah penularan.

Hati-hati, menggunakan transportasi umum meningkatkan risiko penularan COVID-19

Studi ini dilakukan dengan survei terhadap 1.030 orang di Maryland, Amerika Serikat (AS). Di negara bagian timur laut AS ini, hingga akhir Juni tercatat 113.000 kasus COVID-19, dengan kematian hampir mencapai 3.700 orang.

Para partisipan survei ditanyakan mengenai aktivitas mereka ke luar rumah belakangan ini, penggunaan masker, pembatasan sosial dan protokol kesehatan lainnya, serta riwayat infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi. Hasilnya, 55 orang (5,3%) dari 1.030 partisipan pernah terinfeksi SARS-CoV-2 penyebab COVID 19, sedangkan 18 orang (1,7%) memiliki hasil tes positif dalam 2 minggu sebelum survei.

Hasil studi pun dievaluasi dengan berbagai variabel. Ditemukan bahwa berada di tempat umum lebih banyak berkaitan erat infeksi COVID-19. Riwayat infeksi lebih sering ditemukan (4,3x lipat) pada mereka yang menggunakan transportasi umum >3 kali dalam 2 minggu terakhir, ketimbang partisipan yang tidak pernah menggunakan transportasi umum selama periode 2 minggu. Riwayat infeksi juga lebih tinggi (16x lipat) pada orang yang mengunjungi tempat ibadah sebanyak 3x atau lebih selama 2 minggu sebelumnya, dibandingkan mereka yang tidak ke tempat ibadah.

Sebaliknya, mereka yang melaporkan “selalu” menerapkan pembatasan sosial atau social distancing saat berada di luar rumah, kemungkinan memiliki riwayat COVID-19 hanya 10%, dibandingkan mereka yang “tidak pernah” menerapkan pembatasan sosial. Menurut penulis pertama studi Steven Clipman, pembatasan sosial adalah langkah yang efektif untuk mengurangi transmisi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Hal menarik lainnya, usaha pembatasan sosial lebih banyak dilakukan oleh mereka yang sudah berumur, menunjukkan bahwa mereka menyadari kerentanan dirinya. Studi ini menemukan, 81% dari partisipan yang berusia 65 tahun ke atas melaporkan selalu mempraktikkan pembatasan sosial dalam kegiatan di luar ruangan. Sementara itu, hanya 58% partisipan usia 18-24 tahun yang melakukannya.

Menjalankan PSBB memang tidak selalu mudah, apalagi bila berkaitan dengan pendapatan. Studi telah menegaskan bahwa menggunakan transportasi umum meningkatkan risiko penularan COVID-19. Untuk itu bila harus bekerja keluar rumah dan menggunakan transportasi umum, sebisa mungkin upayakan untuk menjaga jarak dengan orang lain. Selalu pakai masker yang sesuai standar WHO, mencuci tangan sesering mungkin, serta hindari menyentuh wajah dan mata. (nid)