MENEKAN DENGUE DENGAN VAKSINASI | OTC Digest

Menekan Dengue Dengan Vaksinasi

Demam berdarah dengue (DBD) tak kunjung hilang dari Indonesia. Kasusnya terus meningkat meski angka kematiannya sudah menurun. Siklus 5 tahunan tampaknya tidak berlaku lagi. Kini, kasus dengue terjadi sepanjang tahun. Perubahan iklim turut berpengaruh. Faktor-faktor lain ikut berperan.

Belum lama ini, vaksin dengue diluncurkan di Indonesia. Seperti vaksin lainnya, vaksin dengue bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan mengingat virus dengue, lalu menciptakan antibodi untuk menangkalnya. Sehingga begitu virus dengue masuk, tubuh sudah siap melawan.

Butuh +20 tahun untuk membuat vaksin dengue. Tidak mudah, karena virus dengue terdiri atas 4 serotipe. Vaksin harus memiliki keempatnya, karena masing-masing serotipe tidak memberi perlindungan silang. Maka, jangan kaget bila seseorang bisa kena infeksi dengue lebih dari sekali.

Vaksin bisa menjadi harapan baru dalam memberantas dengue. Lebih jauh mengenai peranan vaksinasi, Hanida Syafriani dari OTC Digest mewawancara Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Dengue masih menjadi ancaman besar di Indonesia?

Oh, ya. Memang ada perbaikan, tetapi tidak cukup bermakna. Banyak penyakit lain yang mengancam anak, tapi dengue masih menakutkan karena dapat menimbulkan kematian. Penyakit dengue merata di seluruh wilayah Indonesia, sekarang bahkan mungkin ada di seluruh dunia. Siapa saja bisa kena, anak maupun dewasa. Korban yang meninggal bisa umur berapa saja. Semestinya tidak ada lagi kematian. Dengue harus terus diwaspadai.

Usaha pengendalian dengue terus dilakukan. Mengapa kasusnya masih tinggi?

Dengue dianggap sebagai hal yang biasa. Ya, karena semua orang bisa kena dengue. Dalam satu keluarga, mungkin ada yang sudah pernah kena. Saya sendiri sudah dua atau tiga kali kena. Masalahnya, orang tidak menganggap ini sebagai masalah. Begitu kena lalu sembuh, kita lupa. Kita biarkan air menggenang di mana-mana. Kalau musim hujan pasti seperti itu.

Kita lebih banyak ke arah mengobati, bukan mencegah. Menyemprot (fogging) OK, tapi seharusnya 3M (menguras, mengubur, menutup) tetap harus dilakukan. Kalau tidak ada nyamuk, kan tidak ada penyakitnya. Namun, 3M harus didukung secara politik, dengan penegakan hukum (law enforcement). Misalnya kalau ada jentik di rumah, didenda; seperti dilakukan di Singapura dan Malaysia. Di Indonesia, tidak ada law enforcement. Jangankan rumah, di hotel saja bisa ada nyamuk. Bisa saja lingkungan rumah bebas jentik, tapi orang bisa kena di tempat lain. Seharusnya ada sanksi kalau sampai ditemukan nyamuk atau jentik di tempat umum, seperti restoran atau hotel. Kalau ini diterapkan, orang pasti berusaha agar tidak ada nyamuk dan jentik.

Bagaimana peran vaksinasi dalam pemberantasan dengue?

Dengue ada 4 serotipe. Vaksin melindungi 92,9% dari dengue parah dan melindungi sekitar 65% dari dengue bergejala. Jika mungkin, sebaiknya diberikan. Tapi harganya masih mahal. Saya belum ada gambaran, seberapa besar vaksin bisa berperan. Suatu saat, sangat mungkin vaksin dengue masuk program pemerintah dan diberikan ke anak-anak melaluli program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah).

Seandainya demikian, saya optimis pemberantasan dengue bisa berhasil. Kalau sudah masuk program dan ada pilot project, kita evaluasi apakah ada penurunan kasus dengue. Namun, vaksin harus didukung dengan edukasi, untuk peningkatan kesadaran dan law enforcement. Vaksin saja tanpa didukung yang lain, rasanya tidak mungkin berhasil.

Apalagi, vaksin dengue ditujukan untuk anak usia 9-16 tahun. Bisa saja anak kena sebelum umur 9 tahun. Memang, berdasar penelitian, di usia inilah efikasi/manfaat vaksin paling baik, dan rentang usia ini yang paling banyak kena.

Sangat mungkin, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) memperpanjang rentang  peruntukan vaksin sampai usia 45 tahun, seperti di beberapa negara lain. Namun tentu diperlukan penelitian tambahan.

Vaksin dengue sudah direkomendasikan oleh IDAI?

Sudah. Jadwal vaksinasi anak yang terbaru akan segera keluar. Vaksinnya sendiri sudah ada di Indonesia. Penelitian vaksin dengue melibatkan anggota IDAI, pastinya vaksin tersebut bagus. Tentu dengan catatan, sesuai usia berdasarkan penelitian.

Vaksin dengue sedikit berbeda dari vaksin lain, karena mengandung  4 serotipe virus. Perlindungan yang diberikan vaksin terhadap keempat serotipe itu berbeda-beda efikasinya. Ada yang sangat baik, dan ada yang tidak sebaik serotipe lainnya.

IDAI tidak ada target khusus dengan dengue; ini masuk kategori penyakit menular, seperti malaria. Tapi IDAI terus melakukan edukasi, karena masyarakat harus terus diingatkan; kesadaran terhadap dengue tidak boleh hilang. IDAI selalu bekerjasama dengan semua pemangku kepentingan, misalnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Misalnya ada wabah atau KLB (kejadian luar biasa), IDAI ikut turun langsung ke lokasi kejadian untuk memberi edukasi.

Apa saran agar pemberantasan dengue bisa tercapai?

Jangan berpikir bahwa dengue itu masalah orang lain. Ini masalah kita bersama. Tidak bisa hanya dokter dan Kemenkes yang terlibat. Kembali lagi, edukasi dan law enforcement adalah cara paling tepat untuk memberantas dengue, selain vaksinasi. RT/RW, Posyandu dan Puskesmas  harus ikut terlibat. Memang, sejak otonomi daerah aturannya jadi terlalu longgar. Dinas Kesehatan tidak lagi berada di bawah Kemenkes, melainkan di bawah Kepala Daerah. Maka, Kepala Daerah dan Pemerintah Daerah harus menganggap dengue sebagai masalah penting. 

Alangkah baiknya bila presiden mengatakan dengan tegas, jangan lagi ada dengue. Kepala daerah pasti ribut. Bisa dikompetisikan tiap daerah; ada penghargaan untuk daerah yang kasus denguenya turun. Daerah dengan kasus dengue tinggi diekspos. Keluarkan pernyataan bahwa suatu daerah sudah bebas dengue, dan daerah lain rawan dengue. Kita harus berani bilang bahwa daerah kita belum bebas dengue. Memang malu, tapi mau tidak mau, semua orang perlu bekerja sama memberantas dengue. Jumantik (juru pemantau jentik) digiatkan lagi.

Selebriti juga perlu dilibatkan. Saat dengue awareness week, semua pihak berbicara tentang dengue. Tentu, selebriti harus diedukasi sehingga apa yang dibicarakan atau disarankannya sesuai dengan ilmu medis