Memeriksa Kepadatan Tulang dengan alat Dual X-ray absorptiory
Memeriksa Kepadatan Tulang

Memeriksa Kepadatan Tulang

Pengeroposan tulang (osteoporosis) biasa disebut silent thief, pencuri diam-diam. Tidak menunjukkan gejala, tiba-tiba tulang bisa patah. Bagaimana memeriksa kondisi tulang?

Data  International Osteoporosis Foundation (IOF)  menyebutkan, 30-40% dari populasi wanita Indonesia di atas 50 tahun, menderita osteoponia (osteoporosis dini). Sebanyak 2-25% pria dan 25-55% wanita di atas 50 tahun osteoporosis; 20% di antaranya mengalami cedera tulang (fraktur).

Osteoporosis adalah penyakit dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan miksoarsitektur jaringan tulang. Akibatnya, kekuatan tulang menurun namun tidak menampakkan gejala.

Bagaimana kualitas tulang kita, masih oke atau sudah mulai keropos? Meski masih muda, bila memiliki faktor risiko ada baiknya memeriksakan diri. Misalnya, orangtua pernah mengalami fraktur pada bagian panggul; perokok dan pernah atau menggunakan streoid dalam jangka lama (> 3 bulan); kurang asupan kalsium; kurang terpapar sinar matahari; ada masalah haid atau menyusui dan hamil lagi dalam waktu berdekatan.

Wanita pasca menopause (usia < 65 tahun) sebaiknya periksa tulang. Apalagi bila punya riwayat fraktur atau memiliki risiko, seperti body mass index < 20 kg/m2 dan jika tinggi badan tampak memendek (bungkuk).

Densitas mineral tulang (bone mineral density/BMD) dapat diukur dengan alat Dual X-ray absorptiory (DXA). Alat ini mengukur  tulang belakang dan pangkal paha atau panggul, yang rentan fraktur.

“Tak perlu persiapan khusus untuk pemeriksaan,” ujar dr. Gunawan Tirtarahardja, CCD., dari Jakarta Osteoporosis Center. Yang sedang menjalani terapi dan minum obat tertentu, tidak harus dihentikan. Tapi, yang pernah melakukan pemeriksaan diagnostik memakai zat radioaktif, misalnya tes fungsi ginjal, pemeriksaan dilakukan setelah zat-zat tersebut keluar dari tubuh. “Tunggu 3 hari – 1 minggu,” ujarnya.

Pemeriksaan sekitar 10 menit dan hasilnya dapat langsung diketahui. Setelah dokter melakukan anamnesis, pasien diukur berat dan tinggi badan, kemudian pasien berbaring di atas DXA. Alat ini akan memeriksa densitas tulang. Badan pasien harus terbebas dari bahan-bahan metal seperti uang logam, sabuk, alat komunikasi selular, dll.

Pemeriksaan bisa juga memakai alat ultrasound. Untuk skrining, alat ini oke. Namun untuk diagnosa DXA lebih akurat dan menjadi gold standard.   (jie)