Saat orangtua kita bertambah usia, mereka rentan terhadap berbagai penyakit. Termasuk herpes zoster. Sebagai anak, kita bisa melindungi mereka dari penyakit ini dengan vaksinasi. “Vaksinasi bisa mencegah seseorang dirawat di rumah sakit, meningkatkan kualitas hidup, memungkinkan pasien bisa tetap bekerja dari rumah, dan mencegah komplikasi,” tutur Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI, FINASIM, FACP, Guru Besar Alergi dan Imunologi FK Universitas Indonesia.
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster. “Virusnya sama dengan yang membuat kita kena cacar air, saat masih kanak-kanak. Cacar sembuh, tapi virus ini tetap ada di dalam tubuh, sembunyi di ganglion,” papar dr. Hanny Nilasari, Sp.KK dari Kelompok Studi Herpes Perdoski (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin). Ganglion (dorsal root ganglion) adalah benjolan kecil pada serabut saraf dekat tulang belakang, yang mengatur saraf sensorik.
Semua yang pernah kena cacar air, berisiko mengalami herpes zoster. Lansia berisiko lebih besar karena imunitas tubuh menurun. Menurut data, risiko lansia mengalami herpes zoster 10x lipat dibanding usia muda. Menurut data studi epidemiologi di 13 RS pendidikan di Indonesia 2011-2013, puncak kasus herpes zoster terjadi di usia 45-64 tahun (37,95% dari total 2.232 pasien). Komplikasi yang paling umum nyeri pasca herpes (NPH), juga banyak terjadi di kelompok usia ini, yakni 42% dari total 593 kasus NPH.
Prof. Samsu menjelaskan, Amerika Serikat (AS) melakukan vaksinasi herpes zoster pada 1 juta penduduk >60 tahun. Hasilnya, 11 ribu orang tidak dirawat RS; 11 ribu orang tidak perlu ke UGD; hampi 360 ribu orang tidak perlu berobat ke dokter praktik; dan >24 ribu orang tidak mengalami nyeri berkepanjangan akibat herpes zoster. “Vaksinasi sebetulnya investasi jangka panjang,” tegas Prof. Samsu. Kini di AS, vaksin herpes zoster diberikan pada usia >50 tahun.
Vaksin memicu kekebalan tubuh dan meningkatkan imunitas seluler, sehingga virus di ganglion dorsal ditekan, agar tidak menjadi aktif. Bila penyakit tetap muncul, komplikasinya jauh lebih ringan.
Hasil studi SPS (Shingles Prevention Study) dan ZEST (ZOSTAVAX Efficacy and Safety) menunjukkan, vaksinasi mengurangi 70% kejadian herpes zoster pada kelompok usia 50-59 tahun, dan 59% pada kelompok usia >60 tahun dibanding plasebo (obat kosong), dan kejadian NPH berkurang 67% pada kelompok usia >60 tahun. Setelah 6 minggu, hasil pemeriksaan antibodi lebih tinggi pada mereka yang mendapat vaksin ketimbang plasebo. Vaksin herpes zoster direkomendasikan bagi usia >50 tahun, dan bagi usia <50 tahun dengan penyakit kronis.
“Tidak semua obat dapat menuntaskan infeksi, apalagi infeksi virus. Paling tepat adalah upaya pencegahan,” pungkas dr. Hanny. (nid)