manfaat probiotik untuk mencegah risiko diare

Manfaat Probiotik untuk Pencegahan dan Penurunan Risiko Diare

Diare bisa dialami oleh siapa saja dari berbagai kalangan usia. Mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang lanjut usia (lansia), dan cukup sering menyebabkan kematian.

Diare pada dewasa dan lansia jangan dianggap sepele, karena sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Di samping pengobatan konvensional, pemanfaatan probiotik untuk diare pun banyak diteliti dan digunakan.

Diare masih menjadi salah satu penyebab kematian balita di seluruh dunia. Laporan WHO tahun 2017 menyebutkan, diare menyebabkan sekitar 525.000 kematian balita per tahun. Penyebab kematian akibat diare yaitu kekurangan cairan atau dehidrasi berat. Untuk itu, pemberian cairan (rehidrasi) dan elektrolit misalnya dengan oralit, menjadi terapi utama dalam penanganan diare pada umumnya.

Pemberian zinc, nutrisi, dan antibiotik merupakan terapi lain untuk mengatasi dampak dan penyebab diare. Di samping itu, kini banyak ahli yang merekomendasikan penambahan probiotik untuk orang yang sedang menderita diare.

Penanganan diare dengan pendekatan Kedokteran Keluarga tidak sekadar menangani penyebab diare dan mencegah perburukan. Namun juga melihat dampak diare terhadap kesehatan pasien secara menyeluruh, mengatasinya, dan melihat sumber daya yang ada pada pasien dan keluarga serta lingkungannya untuk dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan itu, pasien yang datang dengan diare tidak hanya diatasi diarenya, melainkan juga diberi edukasi untuk mencegah kejadian diare kembali di masa yang akan datang, serta meningkatkan kesehatannya secara menyeluruh. 

 

Penggunaan Probiotik untuk Penderita Diare

Menurut penelitian, pemberian probiotik pada anak diare efektif mengurangi durasi diare sekitar satu hari, khususnya yang disebabkan oleh rotavirus. Meski durasi diare ‘hanya’ berkurang satu hari, dampaknya besar sekali. Terutama di negara berkembang seperti Indonesia, di mana angka kejadian diare dan angka kematian akibat diare pada balita masih tinggi. Di negara maju, beberapa jenis probiotik kerap digunakan dalam pengobatan diare berair akut pada bayi dan anak kecil.

Pada dasarnya, probiotik bekerja dengan membentuk kolonisasi dan memicu pertumbuhan bakteri bermanfaat di usus. Dengan demikian, mikroorganisme patogen tidak bisa melekat di dinding usus. Probiotik juga mengaktifkan sistem imun pada saluran cerna, sehingga patogen penyebab diare bisa segera dibasmi.

Menariknya lagi, probiotik ternyata juga bisa mengurangi risiko penyebaran infeksi rotavirus penyebab diare pada anak, dengan mengurangi rotavirus yang keluar melalui feses. Selain itu, penelitian menemukan bahwa probiotik bisa membantu mencegah penyebaran diare di RS.

Tentunya, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Salah satu penelitian yang membuktikan manfaat probiotik untuk mencegah diare pada anak dilakukan di Vietnam, oleh Truong Tuyet Mai, dkk (2021). Penelitian tersebut melibatkan 1.003 anak usia 3-5 tahun di provinsi Thanh Hoa, Vietnam. Anak-anak yang ikut dalam penelitian dibagi secara acak menjadi dua kelompok. Satu kelompok (510 anak) mendapat sebotol susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain sebanyak 108 CFU/ml, selama periode intervensi 12 minggu. Adapun kelompok lainnya (493 anak) tidak mendapat susu fermentasi.

Hasilnya, ditemukan bahwa konsumsi probiotik cenderung menurunkan insiden diare, bila dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak mendapat probiotik.

 

Probiotik untuk Semua Usia

Pemanfaatan probiotik tidak terbatas pada anak-anak saja, tapi juga pada dewasa dan lansia. Ini antara lain dibuktikan dalam studi oleh Kazumasa Matsumoto, dkk di Jepang (2010). Sebanyak 34 orang dewasa sehat dengan keluhan feses (tinja) yang lembek diikutkan dalam studi tersebut. Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Selama 4 minggu, satu kelompok mendapat minuman probiotik dengan kandungan L. casei Shirota strain, sedangkan kelompok lain mendapat minuman plasebo tanpa kandungan probiotik.

Pada kelompok probiotik, frekuensi buang air besar (BAB) berkurang setelah 4 minggu konsumsi probiotik, dibandingkan sebelum konsumsi. Kualitas feses jauh lebih baik (lebih padat) pada kelompok probiotik, dibandingkan kelompok plasebo. Kandungan air juga lebih rendah pada kelompok probiotik ketimbang kelompok plasebo.

Tidak hanya itu. Jumlah bakteri bermanfaat bifidobacteria pada feses pun naik secara signifikan dibandingkan sebelum konsumsi probiotik dimulai. Selain itu, kadar asam organik (asam asetat, asam propionate, dan asam butirat) yang penting untuk kesehatan saluran cerna, naik secara signifikan dibandingkan sebelum konsumsi probiotik dan kelompok plasebo. Disimpulkan bahwa asupan probiotik mampu memperbaiki kondisi usus, dengan memperbaiki frekuensi BAB, kualitas feses, serta meningkatkan bifidobacteria dalam usus pada orang yang sehat dengan tinja lembek.

Manfaat probiotik untuk diare pada lansia antara lain terlihat untuk pencegahan diare yang disebabkan antibiotik dan infeksi Clostridium difficile. Sebagai informasi, konsumsi antibiotik bisa menimbulkan diare karena bakteri bermanfaat di saluran cerna ikut mati akibat antibiotik. Ini disebut antibiotic-associated diarrhea (AAD). Bisa pula terjadi diare akibat pertumbuhan C. difficile yang tak terkendali setelah konsumsi antibiotik, disebut C. difficile associated diarrhea (CDAD).

Studi mengenai hal tersebut antara lain yang dilakukan oleh Pirker A, dkk (2013). Studi melibatkan 340 pasien yang dirawat di RS, dengan rerata usia 71 tahun. Mereka diberikan sebotol minuman fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain selama mendapat antibiotik, hingga 3 hari setelah periode antibiotik selesai. Sebagai kelompok kontrol yaitu 388 pasien yang juga mendapat antibiotik, tapi tidak mendapat probiotik.

Hasilnya, ditemukan bahwa AAD hanya dialami oleh 17 dari 340 pasien di kelompok probiotik (5%), dan tidak seorang pun yang mengalami CDAD di kelompok tersebut. Sementara itu di kelompok kontrol, 63 dari 388 pasien (18%) mengalami AAD, dan 21 dari 338 pasien (6%) mengalami CDAD. Disimpulkan bahwa konsumsi probiotik dengan kandungan L. casei Shirota strain selama dan setelah mengonsumsi antibiotik, bisa menurunkan kejadian AAD dan CDAD pada pasien lansia.

Konsumsi secara rutin dan kontinyu minuman susu fermentasi yang mengandung biakan hidup L. casei Shirota strain dapat membantu memelihara kesehatan saluran cerna, seperti mencegah atau menurunkan risiko diare. (nid)

__________________________________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by jcomp - www.freepik.com

 

Sumbersitasi:

https://www.nature.com/articles/s41430-020-00754-9

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20580604/

https://www.yakult.co.in/science_research_lcs_publications.php