kasus positif covid-19 harian tertinggi hingga 1.331

Lonjakan Positif COVID-19 Harian Tertinggi Hingga 1.331 Kasus, Protokol Kesehatan Belum Membudaya?

Setelah empat bulan masa penanganan COVID-19, kemarin (Kamis 18/6/2020) pemerintah mencatat ada penambahan kasus terbanyak dalam sehari, sebanyak 1.331 kasus. Apakah Ini berarti masih banyak masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan?

Juru bicara pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto, dalam keterangan resminya mengatakan, "Hasil positif yang kita periksa terkonfirmasi sebanyak 1.331 orang, sehingga totalnya kasus positif ini menjadi 42.762 orang.”

Selain itu, tercatat 16.798 orang sembuh, dan 2.339 meninggal dunia. Akumulasi data kasus tersebut diambil dari 20.650 hasil uji pemeriksaan spesimen pada hari sebelumnya, Rabu (17/6/2020). Adapun uji pemeriksaan tersebut dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 121 laboratorium, Test Cepat Melokuler (TCM) di 88 laboratorium dan laboratorium jejaring (RT-PCR dan TCM) di 228 lab.

"Kalau ita lihat sebarannya, angka tertinggi yang melaporkan kasus positif adalah provinsi Jawa Timur dengan penambahan 384 kasus, dan melaporkan sembuh 78 orang. DKI Jakarta 173 kasus baru terkonfirmasi dan 128 kasus sembuh," terang Yuri.

Dilansir dari laman resmi covid19.go.id, dari 34 Provinsi di Tanah Air, Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah dengan penambahan kasus sembuh tertinggi yakni 4.573, disusul Jawa Timur sebanyak 2.459, Jawa Barat 1.231, Sulawesi Selatan 1.126, Jawa Tengah 880 dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 16.798 orang.

Kriteria pasien sembuh yang diakumulasikan tersebut adalah berdasarkan hasil uji laboratorium selama dua kali dan ketika pasien tidak ada lagi keluhan klinis.

Belum disiplin dan belum membudaya

Menurut epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Suhandono ada beberapa faktor yang membuat kasus di Indonesia meningkat tajam dalam beberapa minggu terakhir.

Di Surabaya, kata Riris, tingginya kasus infeksi disebabkan oleh masih terjadinya transmisi lokal secara luas. “Kalau di Surabaya jelas karena memang saat ini masih terjadi transmisi yang luas dan itu perlu untuk menekan laju transmisi,” katanya dilansir dari Kompas.

Adanya transmisi secara luas di masyarakat berarti penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker saat berada di luar rumah, cuci tangan dengan sabun / hand sanitizer, menjauhi kerumunan, menjaga jarak aman minimal 1 meter, dll, belum membudaya.

Padahal riset sudah menyatakan bila selalu memakai masker ketika berada di luar rumah / di ruang publik bisa signifikan mengurangi transmisi virus, bahkan mencegah munculnya gelombang kedua pandemi COVID-19.

Baca : Hanya Dengan Patuh Pakai Masker Bisa Cegah Munculnya Gelombang Kedua Pandemi COVID-19

Studi yang dilakukan di Inggris tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan masker wajah oleh masyarakat luas, dan dikombinasikan dengan menjaga jarak fisik atau karantina wilayah, bisa efektif mengelola pandemi COVID-19, sehingga aktivitas ekonomi segera bisa kembali dibuka. (jie)