gejala long covid omicron sebabkan produktivitas turun
gejala long covid omicron sebabkan produktivitas turun

Long Covid Sebabkan Produktivitas Kerja Menurun, Gejala Ringan Omicron Bisa Sisakan Gejala Berbeda

Covid-19 dapat menyisakan gangguan kesehatan. Di tengah semakin melandainya kasus Covid-19, BNPB  melaporkan ada penambahan 3.361 kasus pada 12 Juli 2022; kasus terbanyak di DKI Jakarta. Masyartakat dihimbau untuk tetap berhati-hati. Anggota masyarakat yang belum divaksinasi lengkap (vaksin kedua) dan booster (vaksin ketiga) diberi kemudahan untuk mendapatkannya.

Di Jerman, Menteri Kesehatan Karl Lauterbach hari Minggu 10 Juli 2022 menyatakan, long covid akan menjadi masalah besar antara lain karena berpotensi mengganggu produktivitas tenaga kerja. Long covid adalah gejala yang masih dirasakan, setelah seseorang terinfeksi virus corona.

Para peneliti menemukan, sekitar 14-30% pasien corona mengalami paling tidak satu gejala long covid berkepanjangan, sekitar 90 hari, setelah dinyatakan pulih dari infeksi. Gejala dimaksud adalah gangguan pernapasan, kelelahan yang sangat dan nyeri dada.

Organisasi asuransi kesehatan Jerman menyatakan, mereka yang didiagnosa Covid-19 tahun 2020, hampir 1% mengambil cuti sakit karena gejala yang dirasakan masih berkepanjangan. Cuti sakit pun waktunya relatif lama, rata-rata 105 hari.

Para peneliti mencoba mencari tahu, mengapa gejala long covid muncul pada sejumlah orang, sementara yang lain tidak merasakannya. Bagi Lauterbach, penelitian ini relevan dilakukan, karena banyak tenaga kerja yang tidak dapat kembali ke tingkat kinerja mereka sebelumnya; paling tidak untuk sementara.

Long Covid Omicron 

Covid-19 varian Omicron diketahui keberadaannya sekitar akhir November 2021. Umumnya hanya menyebabkan gejala yang relatif ringan, dibanding Delta atau Alfa. Tapi, Omicron juga bisa memunculkan gejala berat sampai meninggal dunia; terutama mereka dengan penyakit penyerta (komorbid) dan belum vaksin. 

Para ahli terus meneliti efek long covid varian baru ini. Sejumlah pakar memperingatkan, long covid perlu diwaspadai para penyintas Omicron. Ahli penyakit menular AS, Dr. Anthony Fauci, menyatakan, infeksi virus corona varian apa pun berpotensi menyebabkan long covid. 

“Long covid bisa terjadi karena varian apa saja. Belum ada bukti,  ada perbedaan long covid Delta dan Omicron,” paparnya. 

Sebuah penelitian mengungkapkan, sekitar 30 persen penyintas Covid-19 merasakan efek long covid. Ditemukan, satu dari tujuh anak dan remaja pengidap Covid-19 masih merasakan gejala penyakit selang 15 minggu, setelah infeksi. 

Andrew Catchpole, DPhil, ahli virologi dari Pusat Studi Penyakit Menular yang berbasis di London, Inggris, memperkirakan kasus long covid Omicron lebih jarang terjadi, dibanding varian lain. 

Gejala Omicron seperti flu, sakit kepala, bersin-bersin, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi, kelelahan, mual, atau ruam biasanya muncul sekitar 5 hari. Bila gejala berlangsung 12 minggu atau lebih, yang bersangkutan dapat dinyatakan mengalami efek long covid. 

Kemungkinan pulih 100 persen

Kasus long covid banyak terjadi di Indonesia. Setelah terinfeksi Covid-19, seorang warga Jakarta masih merasakan gejala lemas, tak bertenaga dan gangguan pernapasan. Saturasi oksigen di angka 90. Dokter spesialis penyakit dalam tempatnya berobat setiap bulan, menyarankan untuk rontgen. Diketahui bahwa paru-parunya “berkabut”. Dirujuk ke dokter spesialis paru, ia diberi obat untuk diminum setiap hari.

Dua kali ke dokter spesialis paru, gejala yang dirasakan yaitu mudah lelah dan gangguan pernapasan, hilang. Napasnya kembali lega dan ia mulai bisa kembali beraktitas dengan normal. Ia menduga, long Covid yang dialami, seperti dinyatakan dokter, karena ia memiliki faktor komorbid: mengidap diabetes.

Saat mengalami long Covid, produktivitas kerja dengan sendirinya turun karena badan mudah lelah. Beberapa bulan berlalu, bisa dikatakan kondosinya pulih 100 persen. Tapi, seperti kata ahli, long covid dapat menyisakan gejala yang berbeda-beda. (sur)