Kopi Tidak Menyebabkan Maag – Ini 4 Fakta tentang Kopi yang Sering Disalahpahami
kopi_tidak_menyebabkan_maag

Kopi Tidak Menyebabkan Maag – Ini 4 Fakta tentang Kopi yang Sering Disalahpahami

Kopi kerap dituding sebagai salah satu pemicu maag atau dispepsia. “Banyak yang takut minum kopi karena takut maag. Padahal, kopi tidak menyebabkan maag. Lihat dulu kualitas kopinya,” ungkap Christian Yodie, pengajar di ABCD School of Coffee, Jakarta.

Kopi Tidak Menyebabkan Maag

Pada dasarnya, kopi tidak menyebabkan maag. Memang, kandungan kafein bisa memicu sekresi asam lambung, tapi tidak serta merta akan melukai dinding lambung. Mereka yang sudah memiliki luka lambung ataupun gastritis, mungkin bisa muncul keluhan kurang nyaman pada lambung setelah minum kopi. Namun hal ini tidak mutlak.

Penelitian mengenai konsumsi kopi dengan keluhan dispepsia, cukup beragam. Menurut beberapa penelitian, tidak ditemukan hubungan antara kopi dengan dispepsia.

4 Kesalahpahaman tentang Kopi

Berikut ini empat hal tentang kopi yang sering disalahpahami.

1. Jangan takut dengan rasa asam arabika

“Sering kali arabika disalahkan ketika sakit perut setelah minum kopi, karena arabika cenderung asam. Padahal bukan asam arabika yang bikin sakit perut. Biang keladinya adalah black beans,” papar Yodie. Ya, kopi tidak menyebabkan maag bila kualitasnya bagus.

Rasa asam pada kopi disebut acidity. Ini adalah rasa asam yang membuat nyaman, berbeda dengan acidic atau sour yang tidak enak. Kadar pH pada kopi memang cenderung asam, yaitu 4,85 – 5,10. Namun ini tak terlalu jauh dari pH basa 7. Banyak buah yang memiliki pH jauh lebih rendah – tingkat keasamannya lebih tinggi – daripada kopi. Misalnya nanas (3,2 – 4) dan apel (3,3 – 4)Lalu, apa itu black beans? “Black beans adalah biji kopi yang berasal dari buah kopi yang sudah busuk. Inilah yang menimbulkan keluhan maag,” tegas Yodie. Kopi dengan kualitas specialty coffee terbuat dari biji kopi dengan buah yang sudah matang sempurna, dan tidak mengandung sebutir pun black beans. Nah pada kopi berkualitas rendah, black beans dicampur ke kopi, lalu kopi disangrai sampai gelap, sehingga rasa black beans yang tidak enak, tertutupi. Selain black beans, bisa jadi kopi tersebut juga dicampur berbagai material lain seperti biji kopi dari buah yang masih mentah, ranting, dan lain-lain. Maka, wajar bila perut terasa tidak enak saat minum kopi yang kualitasnya tidak terjamin.

Jadi, orang yang punya masalah lambung boleh minum arabika? “Justru yang disarankan arabika, karena mengandung kafein lebih sedikit dibandingkan robusta,” imbuh Yodie. Maka jangan takut, karena kopi tidak menyebabkan maag. Terlebih arabika, yang yang kandungan kafeinnya hanya setengah dari robusta. Seperti telah disebutkan, kandungan kafein memicu sekresi asam lambung.

2. Espresso mengandung kafein lebih sedikit

Banyak yang mengira, kandungan kafein pada espresso sangat tinggi, lantaran rasanya yang kuat. “Rasa kopi yang kuat tidak berhubungan dengan kadar kafein, melainkan rasio antara kopi dengan air. Dengan kata lain kopi lebih kental, karena banyak zat-zat padat yang terlarut dalam air,” jelas Yodie.

Lantas, berapa banyak kandungan kafein pada espresso? Jangan kaget. Satu shot espresso dengan 9 gr kopi dan 25 – 35 ml air, hanya mengandung sekitar 30 mg kafein. Bandingkan dengan kadar kafein pada kopi seduh, yang bisa mengandung 90 – 120 mg kafein (dengan 12-15 gr kopi dan 200 ml air).

3. Kafein pada kopi tubruk lebih banyak

Butuh kafein lebih banyak? Maka pilihlah kopi tubruk, jenis robusta. Kopi yang diseduh secara manual (manual brew) seperti kopi tubruk, kopi yang dibuat dengan French press ataupun teknik v60 memiliki kafein lebih banyak daripada espresso.

Mengapa demikian? “Makin lama kopi bersentuhan dengan air, akan makin banyak kafein yang diekstrak dari bubuk kopi ke dalam air,” terang Muhammad Azmi, pengajar di ABCD School of Coffee. Pembuatan espresso hanya 20-30 detik, sedangkan kopi seduh manual membutuhkan beberapa menit.

Itu sebabnya kopi tubruk, apalagi bila menggunakan robusta, memiliki kandungan kafein paling banyak. Dalam membuat kopi tubruk, bubuk kopi dibiarkan berada dalam cangkir sampai kopi habis. Selama itu pula ekstraksi kafein akan terus berjalan. Demikian pula dengan French press. “Sebaiknya, tuang semua kopi ke dalam gelas bila menggunakan French press. Bila didiamkan, ekstraksi terus berjalan sehingga kopi akan makin pahit,” imbuh Azmi.

4. Kandungan kafein tidak berubah melalui roasting

Ada anggapan bahwa kandungan kafein pada kopi dark roast atau yang disangrai sampai gelap, lebih banyak daripada kopi light roast. “Roasting tidak memengaruhi kandungan kafein dalam kopi,” ujar Yodie. Dengan kata lain, kandungan kafein dalam kopi light roast maupun dark roast relatif sama. Perbedaan kadar kafein dipengaruhi oleh spesies kopi (robusta lebih tinggi kafein daripada arabika) dan teknik penyeduhan (manual brew lebih tinggi daripada espresso), bukan proses roasting.

Namun demikian, secangkir kopi yang dibuat dari kopi dark roast mungkin mengandung kafein sedikit lebih banyak daripada yang light roast, dari varietas yang sama. Sebabnya, makin lama roasting, densitas atau kepadatan kopi makin berkurang. “Densitas kopi dark roast lebih rendah daripada light roast, jadi lebih ringan. Misalnya untuk mendapatkan 15 gr kopi, akan membutuhkan biji kopi lebih banyak pada dark roast. Dengan demikian, kandungan kafein dalam segelas kopi bisa lebih banyak, karena lebih banyak biji kopi yang dibutuhkan,” tutur Yodie.

Jadi, tak perlu khawatir lagi. Pada dasarnya kopi tidak menyebabkan maag, bila kualitasnya terjamin. Namun ini bersifat personal; tiap orang bisa berbeda. Bila merasa perut tidak nyaman, memang sebaiknya menghindari kopi. Bila sangat menyukai kopi, bisa mencoba kopi dengan kualitas specialty coffee. (nid)

_____________________________________________________

Ilustrasi: Image by valeria_aksakova on Freepik