Terisolasi secara sosial dan mengalami kesepian meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, bahkan kematian akibat kedua kondisi tersebut, menurut riset yang diterbitkan di Journal of the American Heart Association.
“Penelitian selama lebih dari empat dekade telah menunjukkan hubungan buruk antara kesepian dan kondisi kesehatan,” ujar Crystal Wiley Cene, MD, MPH, FAHA, profesor di University of California San Diego Health, melansir Sciencedaily.
Risiko kesepian meningkat akibat dua peristiwa hidup, seperti meninggalnya pasangan hidup dan pensiun. Faktanya kesepian tidak hanya dialami oleh lansia, mereka yang lebih muda juga mengalaminya.
Survei dari Harvard University menggambarkan bila “Gen Z” (orang yang saat ini berusia 18-22 tahun) sebagai generasi yang paling kesepian. Peningkatan isolasi sosial dan kesepian di antara orang muda dikaitkan dengan penggunaan media sosial yang lebih tinggi, dan lebih sedikit keterlibatan dalam aktivitas tatap muka yang bermakna.
Isolasi sosial berarti jarang memiliki kontak langsung dengan orang lain untuk hubungan sosial, seperti dengan keluarga, teman atau anggota komunitas yang sama. Sementara kesepian adalah ketika merasa seperti Anda sendirian atau memiliki hubungan yang lebih sedikit dengan orang lain daripada yang Anda inginkan.
Profesor Cene menjelaskan ada bukti kuat yang menghubungkan isolasi sosial dan kesepian dengan peningkatan atau perburukan kesehatan jantung dan otak secara umum. Namun, data tentang hubungan dengan kondisi tertentu, seperti gagal jantung, demensia dan gangguan kognitif sangat jarang.
Bukti paling konsisten adalah hubungan antara isolasi sosial, kesepian dan kematian akibat serangan jantung dan stroke. Ada 29% peningkatan risiko serangan jantung dan/atau kematian karena penyakit jantung, dan 32% peningkatan risiko stroke dan kematian akibat stroke.
“Kesepian juga berhubungan dengan perburukan kondisi seseorang yang sudah memiliki penyakit jantung koroner atau stroke,” Prof. Cene Menambahkan.
Penderita penyakit jantung yang terisolasi sosial memiliki peningkatan dua per tiga risiko kematian dalam 6 tahun. Mereka yang hanya melakukan tiga kali bahkan kurang kontak sosial per bulan mungkin memiliki 40% peningkatan risiko stroke berulang atau serangan jantung.
Selain itu, tingkat harapan hidup dalam 5 tahun lebih rendah (60%) pada penderita gagal jantung dengan isolasi sosial, dibandingkan mereka yang memiliki relasi sosial lebih banyak dan tidak tertekan (79%).
Kesepian dan isolasi sosial juga berhubungan dengan perilaku negatif yang mempengaruhi kesehatan jantung dan otak, seperti lebih sedikit melakukan aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, dan memiliki kecenderungan untuk merokok yang lebih tinggi.
Riset juga menemukan bahwa program kebugaran dan kegiatan rekreasi di antara para lansia, serta upaya untuk mengatasi pikiran negatif bisa mengurangi rasa isolasi dan kesepian. (jie)