protein hewani cegah stunting

Kenapa Protein Hewani Direkomendasikan Untuk Cegah Stunting

Kecukupan asupan protein selepas ASI ekslusif sangat penting. Berbeda dengan protein nabati, protein hewani direkomendasikan untuk cegah stunting. 

Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 mencatat kejadian stunting di Indonesia masih tinggi, walau terjadi dari 24,4% (2021) menjadi 21,6% pada tahun 2022. Pasalnya, angka tersebut masih di atas standar WHO, yakni <20%.

Dr. Ananta Fittonia Benvenuto, MSc, SpA, dalam kegiatan Aksi Gizi Generasi Maju, Kamis (9/2/2023) menjelaskan, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak akibat kurang gizi kronis serta infeksi berulang. 

Kondisi ini biasanya ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar. Jika tidak ditangani dengan tepat, anak stunting dapat mengalami ganguan perkembangan otak, metabolisme tubuh dan pertumbuhan fisik. 

Menurut dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, selain bentuk fisik, anak stunting berisiko memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan rentan terhadap penyakit. 

“Maka dari itu, penting untuk diperhatikan para orangtua bahwa asupan nutrisi yang tepat dengan gizi seimbang menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting,” ujar dr. Nurul.  

Protein hewani dan zat besi menjadi salah satu elemen kunci dalam pencegahan stunting. “Asupan nutrisi yang tidak optimal, seperti rendahnya asupan protein hewani dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia, menjadi salah satu faktor penyebab stunting anak,” dr. Nurul menambahkan. 

Tubuh yang kekurangan protein hewani dan zat besi akan mengalami gangguan fungsi hormonal, regenerasi sel, massa otot, fungsi kognitif dan kemampuan motorik anak. Anemia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya gangguan pertumbuhan (growth faltering) yang merupakan awal terjadinya stunting.  

Dr Ananta juga menegaskan, “protein berperan penting dalam memberi kekuatan pada sel T atau limfosit T tubuh, salah satu jenis sel darah putih yang bertugas melawan infeksi, baik bakteri maupun virus penyebab penyakit.” 

Selain itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak, imbuh dr. Ananta, bisa juga dengan memberikan nutrisi yang difortifikasi dengan zat besi  dan vitamin C.

The Journal of Nutrition menyebutkan kecukupan asupan zat besi selama 2 tahun pertama kehidupan sangat penting untuk mencegah kekurangan zat besi yang bisa berdampak negatif pada perkembangan mental, motorik dan emosional, serta kinerja kognitif di kemudian hari. Dan, ditekankan vitamin C akan meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat.

Kenapa protein hewani cegah stunting?

Kita mengenal dua sumber protein: hewani dan nabati. Ada alasannya kenapa protein hewani mencegah stunting, bukan protein nabati. 

Tubuh membutuhkan 20 asam amino (struktur terkecil protein), termasuk 9 asam amino esensial. Asam amino esensial lengkap hanya terdapat pada protein hewani. 

Penelitian di Afrika menemukan, anak-anak dari desa yang mengonsumsi susu dan daging, lebih tinggi dan langsing; sedangkan yang berasal dari desa yang pola makannya berbasis tanaman, anak-anaknya pendek dan lebih gemuk. 

Studi di Eropa juga menegaskan bahwa pangan hewani itu penting, sementara protein nabati tidak banyak berpengaruh untuk menambah tinggi badan. 

Pangan hewani tidak harus mahal. Banyak piilhan seperti telur, hati ayam, susu dan berbagai jenis ikan lokal yang harganya terjangkau. 

Dr. Nurul menambahkan, Pangan lokal seperti nyale (cacing laut yang banyak dikonsumsi masyarakat Lombok) juga tinggi protein; kandungan proteinnya hingga 43,84%. Serta memiliki kadar zat besi yang tinggi mencapai 857 ppm, sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat (80 ppm).  

Susu (3,5% protein) dan telur (12,2%) masih disebut sebagai sumber protein hewani terbaik karena selain mengandung asam amino lengkap, nilai cernanya pun yang paling tinggi di antara protein hewani lainnya. 

Dari sekian banyak alasan, itu sebabnya protein hewani direkomendasikan mencegah stunting, dibanding nabati. (jie)