Gawai sudah menjadi piranti yang tak terpisahkan dalam hidup. Baik orang dewasa atau anak-anak sangat mudah untuk kecanduan gawai. Beberapa waktu lalu bahkan 2 pelajar di Bondowoso, Jawa Timur harus menjalani perawatan kejiwaan akibat kecanduan gawai. Apa saja dampak kecanduan gawai?
Riset oleh dr. Emma Bond (2009) menyatakan saat ini 97% remaja usia 11-16 tahun memiliki handphone. Dan, kecanduan gawai disebabkan oleh keinginan untuk memiliki kebebasan lebih dan tertarik pada aplikasi yang ‘dimainkan’ dalam gawai tersebut.
Ini mengacu pada video games yang menawarkan dunia lain. Mereka yang memainkannya berkuasa pada kehidupan dalam dunia virtual tersebut. Membuat orang yang memainkannya –terutama remaja- merasa lebih percaya diri.
Studi Hussain (2009) menemukan 41% orang yang bermain game online mengakui bahwa mereka memainkannya untuk ‘lari’ dari dunia nyata. Ini menyebabkan anak-anak/remaja menjadi sulit konsentrasi di sekolah, dan memiliki kemampuan motorik yang kurang dibanding anak sesusianya.
Demikian pula pada orang dewasa. Gawai menjadi alat untuk bersosialisasi dan eksistensi. Kecanduan gawai bahkan menciptakan istilah baru dalam dunia psikologi, yakni ‘Nomophobia’ yang diambil dari kata no-mobile-phone phobia. Merupakan suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam, atau tidak bisa mengakses telepon genggam.
Berikut adalah gangguan-gangguan yang disebabkan oleh kecanduan gawai :
Insomnia
Alih-alih tidur, kita justru lebih asik untuk ‘berselancar’ di dunia maya, update status, mengomentari status teman, bermain game, dll. Kebiasaan ini memakan waktu tidur, yang artinya berdampak ke tubuh dan pikiran.
Dr. Daljeet Kaur, psikiater di Continental Hospital, Inggris menjelaskan, prilaku tersebut mengganggu kerja melatonin, zat kimia dalam tubuh yang berperan penting dalam siklus tidur-bangun. Melatonin mengartikan gelap dan terang, kemudian mengirimkan sinyal ke otak : ini waktunya tidur. “Memakai telepon genggam di waktu tidur akan membuat bingung melatonin, menyebabkan insomnia,” terangnya.
Gelisah, susah konsentrasi dan stres
Mereka yang kecanduan gawai, menjadi sangat tergantung olehnya. Membuatnya terikat dengan jejaring sosial dunia maya, namun di satu sisi kurang memperhatikan diri sendiri. Pecandu gawai menjadi gelisah jika tidak ada gawai, dan tidak mengerti bagaimana memanfaatkan waktu tanpa gawai. Ini memicu stres dan kegelisahan.
Agresi
Ketergantungan bisa menyebabkan perilaku seperti mood swing (perubahan mood) atau agresi. “Kita sering melihat seseorang berperilaku menyebalkan saat telepon genggamnya diambil. Ini lebih banyak terjadi pada remaja, dan mereka menjadi gelisah dan terganggu saat diminta berhenti menggunakan gawainya,” tambah dr. Kaur.
Tidak peduli dengan interaksi sosial di sekitarnya
Telepon pintar adalah alat yang efektif untuk berkomunikasi. Namun penderita nomophobia lebih senang berinteraksi dengan telepon mereka dibanding ngobrol dengan orang di sebelahnya.
Banyak remaja kehilangan kemampuan untuk berinteraksi sosial (di dunia nyata), yang mana ini adalah kemampuan dasar yang akan membantunya kelak berkomunikasi dengan orang lain, juga saat mengambil keputusan, baik yang bersifat profesional atau personal.
Kecelakaan
Memakai telepon genggam saat berkendara menyebabkan kecelakaan di seluruh dunia. Riset menyatakan mengetik pesan sambil berkendara sama berbahayanya dengan mabuk sambil nyopir. (jie)