Kasus Demam Berdarah Dengue Tinggi di Bandung, Jangan Lupa 3MPlusVaksinasi
demam_berdarah_dengue

Kasus Demam Berdarah Dengue Tinggi di Bandung, Jangan Lupa 3MPlusVaksinasi

Kasus demam berdarah dengue di Bandung adalah yang tertinggi di Indonesia sepanjang periode 2024 (sampai minggu ke-33), dengan 46.594 kasus dan 281 kematian. Untuk itu, diselenggarakanlah ‘Langkah Bersama Cegah DBD’ di Kota Kembang, sebagai bagian dari upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya melakukan pencegahan DBD (demam berdarah dengue). Bandung menjadi kota ketiga kegiatan ini, setelah Surabaya dan Jakarta.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dr. R. Vini Adiani Dewi, Provinsi Jawa Barat terus menghadapi tantangan serius dalam mencegah dan mengendalikan DBD. “Setiap tahun, banyak warga terkena dampak penyakit ini, terutama di daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Hingga awal September saja, kami mencatat 47.525 kasus DBD di Jawa Barat dengan 286 kematian,” paparnya.

Upaya pencegahan DBD telah dilakukan melalui program pengendalian vektor dan peningkatan kesadaran masyarakat. Namun ia mengingatkan, pencegahan DBD adalah tanggungjawab bersama. “Melalui kolaborasi dengan pemerintah pusat, kami berkomitmen menurunkan angka kasus dan kematian akibat DBD di Jawa Barat. Strategi ini mencakup pendekatan terpadu yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat,” imbuhnya, dalam Langkah Bersama Cegah DBD di Bandung (7/9/2024).

Kegiatan 'Langkah Cegah DBD' di Bandung / Foto: Takeda

Miskonsepsi Demam Berdarah Dengue

Dijelaskan oleh dokter spesialis anak dr. Buti A. Azhali, S.pA, MKes, masih banyak miskonsepsi seputar DBD yang beredar di masyarakat. “Sebagian orang yang pernah terinfeksi DBD beranggapan bahwa mereka sudah kebal dan tidak akan terinfeksi lagi. Padahal, karena adanya 4 serotipe virus dengue, infeksi DBD bisa berulang, bahkan berisiko lebih parah,” jelasnya.

Ia menegaskan, penting untuk memastikan perlindungan yang lebih baik melalui langkah-langkah pencegahan yang tepat. “Salah satunya melalui metode vaksinasi. Saat ini, vaksin dengue yang tersedia dapat diberikan kepada kelompok usia 6-45 tahun dan telah direkomendasikan penggunaannya oleh beberapa asosiasi medis, termasuk oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bagi anak usia 6-18 tahun,” papar dr. Buti. Selain itu, vaksin dengue juga direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bagi usia 19-45 tahun.

“Untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan,” tegas dr. Buti. Vaksin dengue diberikan dalam dua dosis, dengan jarak antara dosis pertama dan kedua yaitu tiga bulan. Bolehkah diberikan bersamaan dengan vaksin lain? “Terkait hal ini, tentu perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter,” tambahnya.

Penanggulangan DBD yang Tak Pernah Usai

Indonesia menghadapi beban yang signifikan yang disebabkan oleh DBD, dengan ribuan kasus yang dilaporkan setiap tahun. “Pemerintah telah menyusun strategi nasional yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini, dengan fokus pada penguatan sistem surveilans, pengendalian vektor, dan pemberdayaan masyarakat. Melalui Strategi Nasional Pengelolaan Dengue 2021-2025, kami menetapkan target menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD secara berkelanjutan,” tutur dr. Anas Ma'ruf, MKM, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Kementerian Kesehatan RI.

Yang perlu diingat, perlindungan menyeluruh sangatlah penting, mengingat risiko DBD yang mengancam semua orang tanpa terkecuali. “Kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD menjadi bagian terintegrasi dari upaya ini, memberikan edukasi dan solusi preventif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Dengan kerjasama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dari DBD,” lanjutnya.

Hal senada disampaikan oleh Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht. “Kami percaya, melalui sinergi yang kuat antara pihak swasta, pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, sekolah, dan masyarakat setempat, kita dapat membuat perubahan,” ucapnya. Takeda memang berkomitmen untuk menjadi mitra jangka panjang bagi pemerintah, tenaga kesehatan, swasta, serta para pemangku kepentingan lainnya, dalam melawan DBD di Indonesia, antara lain melalui pencegahan inovatif seperti vaksin.

DBD adalah penyakit yang mengancam jiwa yang dapat menjangkit siapa saja. Di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD sepanjang tahun, terlepas dari di mana mereka tinggal, usia, atau gaya hidup mereka. Anak sekolah dan orang dewasa yang bekerja adalah kelompok yang paling rentan kena DBD. Mirisnya lagi, DBD masih banyak menyebabkan kematian anak di Indonesia.

Kasus demam berdarah dengue dan kematian yang disebabkannya memang masih mengkhawatirkan di Indonesia, meski sudah jauh menurun dibandingkan 2-3 dekade lalu. Upaya kolaborasi antar berbagai pihak akan mampu menjadikan DBD bukan lagi penyakit yang menakutkan. “Oleh karena itu, kami sangat bersemangat menyelenggarakan ‘Langkah Bersama Cegah DBD’, dari satu kota ke kota lainnya, menyerukan agar kita menjadi lebih proaktif dan bersatu dalam memerangi DBD. Bersama, kita akan menciptakan Kota Bandung bebas DBD dengan menjaga implementasi 3M Plus serta mempertimbangkan metode perlindungan lain yang inovatif,” pungkas Andreas. (nid)

_____________________________________________

Ilustrasi: Image by freepik