Gejala stroke ringan atau stroke mini bisa muncul dalam berbagai bentuk, dan sering kali diabaikan. Kaki mendadak lemas saat sedang jalan, atau tiba-tiba merasa pusing mirip bila Anda melewatkan makan siang bisa saja adalah gejala stroke ringan.
Stroke ringan (transient ischemic attack / TIA) terjadi saat aliran darah ke otak terhambat sementara. Ini bisa disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah (atau keduanya), atau pecahnya pembuluh darah.
Dr. Louis Caplan, profesor neurologi di Beth Israel Deaconess Medical Center, AS, menjelaskan istilah ‘transient’ mengacu pada fakta bahwa episode (munculnya gejala) ini kerap kali sangat singkat, berlangsung kurang dari satu jam.
“Bahkan sebagian besar stroke ringan akan selesai dalam beberapa menit,” katanya, dilansir dari Health Harvard. “Istilah ‘iskemik’ merujuk pada gejala akibat dari penyumbatan aliran darah. Dan ‘attack’ mengacu pada peristiwa yang terisolasi.”
Penyebab stroke ringan umumnya sama seperti stroke normal, imbuh dr. Caplan. “Seseorang dengan stroke ringan akan mengalami penyumbatan aliran darah, tetapi mereka bisa selamat karena tidak ada efek yang berlangsung lama di otak. Tetapi masalah yang mendasarinya tetap ada, sangat mungkin menyebabkan stroke berat di masa datang.”
Bagaimana gejala stroke ringan?
Gejala stroke dan stroke ringan dapat sangat bervariasi tergantung pada bagian otak yang terkena. Gangguan neurologis lain seperti migrain, kejang ringan, dan gula darah rendah mirip gejala stroke mini.
Ciri yang membedakan antara stroke ringan atau stroke berasal dari penurunan aliran darah di pembuluh darah tertentu di otak. Oleh karena itu, efeknya pun terjadi pada fungsi otak tertentu, seperti bicara, penglihatan, atau menyebabkan kelemahan pada satu anggota tubuh atau sisi tubuh tertentu.
Sebaliknya, kondisi kesehatan yang menyerupai stroke ringan cenderung menciptakan beberapa efek neurologis yang tersebar luas, termasuk pingsan dan kesemutan umum di lengan dan kaki.
Baca : Kenali Gejala Stroke dengan SeGeRa
Karena bisa sangat sulit untuk menentukan masalah akibat berkurangnya aliran darah atau karena gangguan otak lainnya, dr. Caplan mengingatkan agar orang tidak mengabaikan suatu episode atau mencoba mendiagnosa sendiri. Cara terbaik adalah memeriksakan ke rumah sakit secepatnya.
Langkah pertama adalah menentukan apakah gejala yang Anda rasakan memang karena kurangnya aliran darah di otak. “Dokter akan bergantung pada deskripsi Anda tentang waktu, durasi dan pengalaman Anda selama episode tersebut,” kata dr. Caplan.
Memperhatikan bagian tubuh mana yang paling terpengaruh dapat memberikan petunjuk. Anda mungkin disarankan untuk menjalani tes pencitraan otak, seperti CT scan atau MRI (magnetic resonance imaging).
Penanda bahaya lain adalah adanya faktor risiko kardiovaskular lainnya. “Biasanya orang yang mengalami stroke ringan memiliki riwayat masalah jantung. Mereka juga cenderung berusia paruh baya atau lebih tua, menderita diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, merokok dan kurang olahraga,” terang dr. Caplan.
Pengobatan dan pencegahan
Tujuan utama pengobatan stroke ringan adalah mencegah terjadinya stroke yang parah. Karena sulit mengetahui sejauh mana penyumbatan pembuluh darah, Anda mungkin akan diberi obat pelarut gumpalan.
Jika gejala tersebut benar-benar episode stroke, idealnya obat harus diberikan dalam waktu tiga jam setelah gejala muncul. Pengobatan lain termasuk obat anti pembekuan darah dan obat penurun kolesterol.
Bila salah satu arteri karotis (pembuluh darah di kedua sisi leher) menyempit secara signifikan, dokter mungkin akan melakukan pemasangan stent untuk memperbaikinya. Ini dapat membantu mencegah stroke mini berkembang menjadi stroke yang parah di masa mendatang. (jie)
Baca juga : Stroke Ringan Jangan Dianggap Remeh, Karena Menyebabkan Kematian Jaringan