Gejala bersin-bersin, hidung meler dan batuk, kerap kita rasakan saat terserang selesma atau common cold. Dalam Bahasa awam, kita biasa menyebutnya ‘flu’. Sesungguhnya, flu bukanlah selesma biasa. “Selesma bisa disebabkan oleh berbagai virus. Pada anak, paling sering disebabkan oleh rinovirus,” ungkap Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita, MSc, Ph.D, Sp.A(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Padjadjaran, Bandung. Biasanya akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Sedangkan flu disebabkan oleh virus Influenzae, yang akibatnya bisa fatal.
Tentu kita masih ingat, Influenza A (H3N2) telah menjadi wabah di Hong Kong sejak Mei – Juli 2017. Dilaporkan terjadi 157 kematian akibat wabah tersebut. Di Australia, terjadi >70.000 kasus influenza hingga Juli 2017.
Prof. Cissy melanjutkan, infeksi virus Influenza bisa menimbulkan berbagai komplikasi berat. Antara lain radang otak (ensefalitis), radang selaput otak (meningitis), pneumonia (radang paru), hingga kematian. “Ini terutama bisa terjadi pada anak di bawah lima tahun dan orang di atas 65 tahun,” ujarnya, dalam diskusi Ayo #StopFlu, Kenali Tipe Vaksin Flu yang Sesuai di Jakarta, Jumat (04/05/2018).
Selain anak-anak, orang lanjut usia (lansia) juga termasuk kelompok yang rentan terkena influenza, karena daya tahan tubuhnya tidak sebagus orang dewasa muda. Kelompok lain ya g juga rentan misalnya ibu hamil dan yang baru melahirkan (<2 minggu), penghuni panti jompo, mereka dengan penyakit kronik (asma, diabetes, penyakit jantung, dan lain-lain), obesitas, dan pasien kanker utamanya yang tengah menjalani kemoterapi.
Gejala selesma memang mirip dengan influenza. Selesma adalah batuk pilek biasa, yang bisa menjangkiti anak 7-12 kali per tahun. Pada influenza, gejalanya lebih berat. “Biasanya demam di atas 38 derajat, sakit kepala, sakit-sakit di badan, disertai batuk atau gejala saluran nafas lain, yang biasanya tidak sembuh dengan mudah,” tutur Prof. Cissy.
Di negara empat musim, influenza disebut seasonal influenza (influenza musiman), karena memang terjadinya di musim dingin. Yakni sekitar November – Januari di bumi belahan utara (misalnya Eropa dan Amerika Utara), dan Mei – Juli di belahan bumi Selatan (Australia). Sedangkan di Indonesia yang tidak ada musim salju, influenza bisa terjadi sepanjang tahun.
Ada dua tipe virus Influenza yang bisa menjangkiti manusia: tipe A dan tipe B. “Tipe A bisa terjadi pada manusia dan binatang, sedangkan tipe B hanya pada manusia. Tipe A bisa menyebabkan pandemi, sedangkan tipe B tidak,” terang Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI, FACP, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia, Jakarta.
Virus Influenza mudah sekali berubah secara genetik. Itu sebabnya, kita bisa terserang influenza berkali-kali. Saat tubuh sudah membuat antibodi terhadap virus Influenza tertentu, lalu muncul virus baru yang sudah bermutasi dan tidak dikenali oleh tubuh. Karenanya jangan kaget bila vaksinasi influenza disarankan setahun sekali. Pada anak <9 tahun, pertama kali vaksin dua kali, lalu sekali setiap tahun.
“Vaksin influenza dibuat berdasarkan virus yang sedang bersirkulasi,” ujar Prof. Samsu. Virus dibuat dua kali. Yakni yang tersedia pada November – April untuk belahan bumi utara, dan Maret – Oktober untuk belahan bumi selatan. “Di Indonesia, vaksin yang digunakan tergantung pada bulan apa vaksinasinya,” imbuh Prof. Samsu.
Vaksin influenza merupakan vaksin trivalent yakni mengandung tiga strain virus. Terdiri dari dua virus Influenza tipe A dan satu tipe B. kini telah tersedia vaksin kuadrivalen, yang mengandung dua virus tipe A dan dua virus tipe B.
Vaksin ini khususnya direkomendasikan bagi kelompok yang berisiko (anak <5 tahun, lansia >65 tahun, dan lain-lain). Ibu hamil bisa dan aman divaksin influenza, karena vaksin tidak mengandung virus. “Untuk ibu hamil boleh divaksin di trimester dua dan tiga. Selain melindungi ibu, juga bayi setelah lahir nanti, karena bayi baru bisa divaksin influenza umur 6 bulan,” pungkas Prof. Cissy. (nid)