Tidak ada makanan yang mengandung seluruh gizi yang dibutuhkan tubuh kita. Itu sebabnya memilih gizi yang tepat dari variasi makanan akan memenuhi kebutuhan tubuh secara lengkap, termasuk gizi untuk otak.
Tubuh bisa menjalankan fungsinya dengan baik jika mendapatkan energi sesuai kebutuhan. Kebutuhan energi ditentukan antara lain oleh jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, kondisi stres yang dialami tubuh misalnya pada kondisi sakit atau pemulihan.
Fitri Hudayani, SST, SGz, MKM, RD, Ketua PP Asosiasi Dietisien Indonesia, menjelaskan kebutuhan energi normal adalah seusai usia dan pertumbuhan. Akan meningkat saat sakit atau stres.
“Misalnya anak-anak lagi UAS (ujian akhir semester), kita lihat faktor stresnya. Kira-kira kalau anak kita belajarnya lebih intens lagi, atau ada yang sudah bimbel (bimbingan belajar), mungkin diberikan makanan yang lebih banyak dari biasanya untuk mengompensasi faktor stresnya, menghindari agar berat badannya turun,” terang Fitri.
Dari sisi gizi makro (yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah banyak), tubuh memerlukan protein 12-15% dari total energi sehari, lemak 25-30% dan karbohidrat 55-60%.
Untuk mensuplai energi ke otak; sekaligus menjaga konsentrasi anak selama di sekolah, utamanya berasal dari karbohidrat, kemudian lemak. Protein diharapkan tidak dipecah menjadi energi – digunakan terakhir bila cadangan energi dari karbohidrat dan lemak sudah terpakai.
Fitri mengingatkan, untuk tidak menerapkan diet rendah karbohidrat terlalu ketat pada anak-anak. “Karena karbohidrat ini energi yang paling digunakan oleh otak. Kalau kurang hasilnya berpikirnya juga tidak optimal,” katanya.
“Itu kenapa anak harus sarapan. Kalau tidak sarapan kemudian jam 9.00 ada ulangan, itu biasanya agak susah tuh mikirnya. Karena berkaitan dengan suplai energi untuk otaknya kurang.”
Makanan pokok tidak harus nasi, bisa diganti lainnya seperti kentang, jagung, tepung terigu (roti, mie, dll) dan gandum. Pemenuhan minimal karbohidrat adalah 130 gram agar kebutuhan untuk kerja (aktivitas fisik) dan otak tetap terpenuhi.
Untuk lauk pauk, Fitri menyarankan mengenalkan makanan yang lebih sehat, misalnya ayam tanpa kulit, ikan yang mengandung lemak sehat dan daging. Bisa juga dari sumber yang lebih murah seperti telur atau tahu, tempe.
“Protein juga jangan kurang. Karena ia dibutuhkan untuk otot, pembentukan tulang, hingga membangun/memperbaiki jaringan tubuh. Protein menyumbang energi 4 kkal setiap gramnya. Lemak juga jangan dimusuhi (sebisa mungkin pilih lemak sehat), karena pada anak ia sebagai salah satu bahan baku hormon pertumbuhan,” ujar Fitri dalam webinar Menyiapkan Bekal Bernutrisi untuk Menjaga Konsentrasi Anak di Sekolah, Sabtu (9/11/2024).
Sayur dan buah, diambil dari sumber alami. Selain mendapatkan vitamin dan mineral, ada juga serat yang baik untuk pencernaan. Kesehatan pencernaan juga vital untuk konsentrasi anak. Gangguan BAB (konstipasi, atau pencernaan yang sensitif/gampang diare) juga mempengaruhi konsentrasi anak di sekolah.
Kesehatan pencernaan dan prestasi belajar
Ada hubungan yang jelas antara kesehatan pencernaan dan fokus belajar. “Anak dengan gangguan pencernaan akan merusak mood, membuat dia tidak fokus, akhirnya mempengaruhi konsentrasi belajar,” imbuh Fitri.
Selain makanan bergizi, bisa dibantu dengan konsumsi probiotik. Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, MS, Guru Besar bidang mikrobiologi pangan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, menjelaskan konsumsi probiotik dibutuhkan untuk menjaga lingkungan usus dalam kondisi seimbang (antara bakteri baik dengan mikroorganisme patogen; disebut kondisi normobiosis).
“Ketidakseimbangan mikrobabiota usus (dysbiosis), yang didominasi oleh patogen, menyebabkan gangguan perkembangan otak, penurunan neurotransmitter (senyawa kimia pembawa pesan antarsel otak) dan gangguan sistem imun,” kata profesor yang akrab disapa Trisye ini.
Sebagian besar gangguan berbasis otak ditunjukkan dengan ketidakseimbangan mikrobiota usus. Pada kondisi dysbiosis, komunikasi antara mikrobiota usus dan otak melalui sistem saraf, sistem imun dan metabolit terganggu, Prof. Trisye menambahkan.
Pada hal, mikrobiota usus menghasilkan neurotransmitter penting GABA, norepinephrine, dopamin, serotonin. Dysbiosis menyebabkan gangguan produksi neurotransmitter penting tersebut.
GABA berperan sebagai pembawa pesan di otak dan sumsum tulang belakang. Norepinephrine merupakan neurotransmitter sekaligus hormon yang mengatur respons tubuh terhadap stres dan mood. Demikian pula dopamin dan serotonin keduanya penting untuk mengatur berbagai fungsi tubuh dan kesehatan mental. Dopamin terkenal mengatur suasana hati, sementara serotonin terlibat dalam fungsi kognitif, termasuk memori dan pembelajaran.
Bukti penelitian menunjukkan, “konsumsi bakteri probiotik LcS (Lactobacillus casei Shirota strain) menurunkan gejala kecemasan, membantu meningkatkan kualitas tidur (pada mahasiswa) selama periode stres yang meningkat dan depresi menurun,” terang Prof. Trisye.
Riset tahun 2017 oleh M. Takada, dkk, pada mahasiswa kedokteran tahun ke 4 yang mengalami stres menghadapi Ujian Nasional menunjukkan, rutin konsumsi minuman probiotik LcS selama 8 minggu sebelum dan 3 minggu pasca ujian membantu menjaga kualitas tidur selama periode stres yang meningkat. Studi dilakukan selama 2 tahun.
Probiotik diketahui dapat menjaga kesehatan usus melalui keseimbangan mikrobiota usus. Mikrobiota yang seimbang mendukung ksesehatan otak. Dan, usus yang sehat mendukung tubuh yang sehat pula. (jie)