Infeksi HPV adalah penyebab kanker serviks, kanker terbanyak pada wanita. Namun tahukah Anda jika 8 dari 10 wanita dan pria di dunia bisa terinveksi HPV. Ya, tidak hanya wanita, pria pun berisiko terinveksi HPV.
Tercatat ada lebih dari 100 tipe HPV (human papillomavirus)yang sudah teridentifikasi, tapi tidak semuanya menyebabkan kanker.Terdapat 19 tipe HPV yang bisa menyebabkan kanker. Penyebab kanker yang paling sering dijumpai di Indonesia adalah tipe 16, 18 dan 52. Sementara HPV tipe 6 dan 11 walau tidak menyebabkan kanker, tapi bisa membuat kutil kelamin (kondiloma).
Virus ini menyerang sel epitel. Menurut dr. Miranty Firmansyah SpOG, dari RS Gading Pluit Jakarta, paling kerap menginfeksi area genital. Namun bisa pula berada di mulut, tangan, bibir atau anus.
“HPV hanya bisa menginfeksi bila ada mikroabrasi (luka halus akibat gesekan) di kulit. Virus masuk dan menginfeksi sel epitel. Namun, 90% dapat hilang dalam 2 tahun jika sistem imun tubuh bagus,” paparnya dalam acara Bincang-Bincang Seputar HPV & Kanker Serviks, di RS Gading Pluit, Sabtu (21/4/2018).
HPV adalah virus yang penularannya melalui hubungan seksual, namun begitu bisa ditularkan lewat medium lain. Seperti dari ibu ke janin lewat plasenta atau lewat pemakaian peralatan pribadi (sikat gigi, pencukur kumis, dll) bersama-sama.
“Mereka yang melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan, atau perilaku seksual menyimpang adalah kelompok yang berisiko tinggi terkena infeksi HPV. Pada laki-laki bisa menyebabkan kanker penis, anus atau orofaring,” tambah dr. Miranty. “HPV juga akan mengikat sperma, menginfeksi janin dan menyebabkan prematur spontan.”
Baca juga : Tidak Semua Infeksi HPV Menjadi Kanker Serviks
Hubungan seksual di usia < 20 tahun meningkatkan risiko infeksi HPV, dikarenakan area mulut rahim (serviks) yang belum matang. Membuatnya lebih mudah teriritasi, dan menjadi celah masuk virus.
Merokok juga adalah faktor risiko semua jenis kanker, termasuk serviks. Zat kimia rokok akan mengurangi kemampuan sel imun untuk mendeteksi sel-sel yang abnormal sebelum ia menjadi kanker.
Deteksi dini
Sebagian besar kasus kanker serviks tidak menimbulkan gejala sampai berkembang ke stadium lanjut (stadium 3 & 4). Itu sebabnya tindakan perventif adalah yang terbaik.
Caranya dengan melakukan vaksinasi HPV untuk remaja yang belum pernah berhubungan seks. Pada remaja usia 10-14 tahun vaksinasi diberikan dalam 2 dosis. Sementara untuk usia 15- 55 tahun 3 dosis (bulan ke 0, 2 dan 6).
“Pada wanita yang sudah melakukan hubungan seks, lakukan papsmear untuk melihat jenis sel (ada perubahan sel/tidak) dan tes HPV untuk mengidentifikasi tipe HPV,” ujar dr. Yuanita Gunawan, SpOG, Dipl. CIBTAC, dalam kesempatan yang sama.
Papsmear dilakukan dengan mengambil cairan di dalam vagina. Sementara pada pria deteksi dilakukan dengan mengambil sampel di anus atau penis. Bisa juga dengan merujuk hasil pemeriksaan istri; jika istri HPV positif, kemungkinan besar suami juga HPV positif. Baru kemudian lakukan vaksinasi HPV.
“Ibu hamil tidak disarankan vaksin HPV. Tapi jika saat hamil dinyatakan HPV positif, segera vaksin setelah melahirkan. Ibu menyusui aman untuk vaksin," tambah dr. Yuanita. Bayi memiliki risiko terifeksi HPV (walau kejadiannya kecil), Namun penelitan menyatakan, tanpa intervensi apapun karena imunitas bayi masih bagus, maka dalam 2 tahun infeksinya hanya tinggal 2%. (jie)