Higienitas makanan masih menjadi masalah di Indonesia, belum semua orang peduli dengan kebersihan makanan. Itu sebabnya kejadian tifus di Indonesia masih tinggi, bahkan dianggap sebagai penyakit endemik. Mereka yang pernah sakit tifus tetap bisa terinfeksi kembali, itu sebabnya vaksinasi tifoid disarankan sebagai pencegahan.
Masyarakat menyebut tifus sebagai tipes. Dalam dunia medis, secara formal, penyakit ini disebut demam tifoid. Disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhii. Penyakit ini bisa menular dengan cepat, umumnya melalui konsumsi makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri.
Data Kementerian Kesehatan RI (2006) menyatakan prevalensi demam tifoid di Indonesia mencapai 500 kasus per 100.000 penduduk per tahun. “Kalau tidak ditangani benar bisa sebabkan kematian, fatalitasnya 1%. Di Indonesia antara 600 – 1500 orang per tahun meninggal akibat tifoid yang berkomplikasi,” terang dr. Suzy Maria, SpPD-KAI, pada peluncuran kampanye #SantapAman dalam rangka Hari Kesehatan Nasional, Kamis (11/11/2021).
Secara umum tifus menunjukkan gejala seperti demam (meningkat secara bertahap tiap hari di malam hari), nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, lemas dan muncul ruam. Pada anak-anak demam tifoid sering disertai diare, sementara pada dewasa cenderung mengalami konstipasi (sembelit).
“Salmonela typhii menginfeksi saluran cerna, bikin diare dan sakit perut. Kemudian masuk lewat aliran darah menyebabkan demam. Kalau terjadi komplikasi berat bisa bocor di usus, bisa menyebabkan kematian,” imbuh dr. Suzy.
Ditularkan melalui makanan atau tangan yang terkontaminasi Salmonella typhii. “Nanti orang yang terinfeksi menularkan ke orang lain lewat kotorannya. Ia tidak cuci tangan bersih setelah BAB (buang air besar) kemudian menghidangkan makanan,” dr. Suzy menambahkan.
Risiko kontaminasi bisa terjadi pada tahap mempersiapkan bahan makanan, proses pengolahan, penyajian, pengemasan, penyimpanan, bahkan tahap pengantaran makanan – baik yang disiapkan sendiri, dibeli, maupun melalui pemesanan.
Dr. Dhani Arifandi T, selaku Head of Medical Sanofi Pasteur Indonesia menjelaskan, ada perubahan pola perilaku dalam pembelanjaan makanan secara online yang meningkat sebanyak 97% selama pandemi.
“Ini patut diperhatikan, pasalnya sulit untuk memastikan bahwa makanan atau minuman yang kita konsumsi terbebas dari kontaminasi kuman penyebab food borne disease seperti demam tifoid,” imbuhnya.
Pencegahan melalui vaksinasi
Tifus hanya bisa dicegah bila kita menjaga kebersihan diri, sanitasi, menjamin seluruh proses penyiapan makan tidak terkontaminasi dan menghindari kontak dengan penderita.
Ini bukan hal mudah mengingat perilaku masyarakat kita yang kerap abai terhadap higienitas. “Demam tifoid kalau sudah kena, nanti tetap bisa kena lagi. Tidak akan terbentuk kekebalan yang permanen dari infeksi. Jadi harus vaksinasi,” tegas dr. Suzy.
Vaksinasi tifoid efektif untuk mencegah demam tifoid. Ini adalah pencegahan spesifik, dengan mencetuskan kekebalan terhadap kuman Salmonella typhii.
“Bila sudah divaksin sudah punya kekebalan, sehingga bila terkena kembali tidak sampai gejala berat,” tukas dr. Suzy. “Vaksin ini tersedia bagi anak 2 tahun ke atas, hingga dewasa. Cukup 1 dosis, memberikan perlindungan sampai 3 tahun. Setelah itu diulang lagi vaksinasinya.”
Dimulai dari proses penyiapan makanan
Karena tetap ada risiko infeksi ulang, walau sudah divaksinasi, dianjurkan melakukan langkah pencegahan lain, yakni dimulai dari proses penyiapan makanan.
Pada kesempatan yang sama William Gozali, chef dan juga pemenang MasterChef Indonesia 3, membagikan tips untuk mengurangi risiko kontaminasi bakteri dalam proses memasak.
- Perhatikan saat penyimpanan makanan. “Menyimpan daging jangan di atas sayuran, karena kalau dripping (menetes) akan mengontaminasi,” ujar chef yang akrab disapa Willgoz ini.
- Gunakan talenan yang berbeda untuk memotong daging dan sayuran. Pada dasarnya warna talenan menunjukkan keperuntukannya. Talenan merah untuk daging. Talenan putih untuk makanan yang lebih matang atau dairy product. Dan talenan hijau untuk sayuran. “Bila hanya punya satu talenan, kerjakan sayuran dulu, terus cuci, baru daging,” saran Willgoz.
- Jaga kebersihan lingkungan dapur.
- Perkaya pengetahuan mengolah makanan. Ini sangat membantu untuk mengurangi risiko kontaminasi bakteri, misalnya ada makanan tertentu yang harus disimpan dalam suhu <10°C, penyimpanan di atas suhu yang direkomendasikan memicu pertumbuhan bakteri. (jie)