air pada ibu hamil dan menyusui sangat pengting

Hidrasi Sehat Ibu Hamil dan Menyusui

Kontributor: Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi & Fadhila Iswi Deandra, S.Gz.

Kehamilan dan Masa Menyusui adalah momentum yang sangat penting dari seorang ibu dan buah hati. Momentum ini masuk dalam periode emas 1000 Hari Pertama Kehidupan yang akan berpengaruh untuk kualitas kesehatan di masa depan, dan peranan ibu sangat kritikal untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah hati dengan pemberian gizi yang optimal, termasuk kebutuhan air, mengingat air adalah bagian dari zat gizi. Peran air sangat penting bagi tubuh, tak terkecuali bagi Ibu hamil, Ibu menyusui dan anak-anak, namun pemenuhan kebutuhan cairan/air minum sering terlupakan sehingga dapat berisiko terhadap dehidrasi yang berdampak pada  kesehatan  dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Fakta di Indonesia menunjukkan, bahwa 2 dari 5 ibu hamil dan 1 dari 2 ibu menyusui belum mencukupi Kebutuhan minum hariannya.1,2 Hal ini tentu saja perlu untuk diperbaiki dengan peningkatan pemahaman tentang pentingnya air minum dan jumlah minimal yang harus dikonsumsi setiap harinya.

Pentingnya Air pada Ibu Hamil dan Menyusui

Kandungan air meningkat hingga 6 – 8 liter pada ibu hamil yang sehat.3 Volume darah pada ibu hamil juga meningkat 40 – 50 % dari sebelum kehamilan yang disebabkan oleh penambahan volume plasma darah.4,5,6 Air juga merupakan komponen penting pada pembentukan cairan ketuban, yang berfungsi sebagai pelindung janin, memfasilitasi pertumbuhan janin, serta berperan pada perkembangan paru janin. Cairan ketuban yang cukup dapat mengurangi risiko bayi lahir prematur, cacat bawaan, maupun berat bayi lahir rendah. Selain cairan ketuban, plasenta yang merupakan organ pemasok okisgen dan nutrisi pada janin, terdiri dari sekitar 500 mL air (85% dari berat plasenta).7 Selain mendukung kesehatan janin, konsumsi air yang cukup pada ibu hamil juga dapat mengurangi keluhan selama kehamilan, seperti: mual dan muntah, konstipasi, infeksi saluran kemih, serta menurunkan risiko penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal).8,9

Pada ibu menyusui, konsumsi air tidak kalah penting, mengingat 87-90% Air Susu Ibu (ASI) terdiri dari air.10 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi air yang cukup juga dapat mendukung kuantitas dan kualitas ASI yang dapat menjaga status hidrasi bayi. Ibu juga harus mengkompensasi kehilangan air selama menyusui dengan mengonsumsi air yang cukup.

Kebutuhan Air Ibu Hamil dan Menyusui

Sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) ibu hamil membutuhkan 2450 - 2650 mL atau sekitar 8 – 10 gelas per hari, sementara ibu menyusui membutuhkan 3000 - 3150 mL atau sekitar 12 gelas per hari.11 Ukuran gelas yang digunakan adalah gelas 250 mL. Untuk ibu hamil agar dapat sesuai dengan kebutuhan berat badannya, dapat menggunakan perhitungan berikut20:

30 – 35 mL/kgBB

Jadi, untuk ibu hamil dengan berat badan 65 kg. Kebutuhan cairan per harinya adalah 35 mL x 65 kg = 2275 mL atau 9 gelas (ukuran 250 mL).

Ibu hamil dan menyusui yang mengalami kekurangan cairan atau biasa disebut dengan dehidrasi, memiliki tanda-tanda sebagai berikut10:

  1. Sakit kepala atau pusing
  2. Tidak konsentrasi
  3. Lemas
  4. Sembelit
  5. Mulut kering
  6. Mudah mengantuk
  7. Produksi ASI berkurang

Apabila melihat tanda-tanda tersebut, segera pantau konsumsi air dan pastikan mencapai kebutuhan hariannya.

Tips Cukupi Hidrasi Ibu

Hidrasi sehat adalah kondisi dimana air dalam tubuh cukup, dan dalam rangka menyambut Hari Menyusui Sedunia, kita bersama-sama kembali mengingatkan pentingnya asupan air dengan pemenuhan hidrasi sehat pada ibu menyusui, untuk mendukung pembentukan ASI.

Peranan Ibu sangat penting untuk pemenuhan seluruh kebutuhan zat gizi dan air bagi Ibu sendiri maupun bagi buah hati, mengingat pada periode ini buah hati  bergantung pada ibu. Berikut tips-tips yang bisa dilakukan oleh ibu agar dapat mencukupi kebutuhan hidrasi hariannya11:

  1. Selalu sedia air di berbagai tempat, seperti di dalam tas, sisi tempat tidur, maupun meja kerja
  2. Biasakan minum segelas air setiap bangun tidur dan sebelum tidur
  3. Jangan menunggu saat haus untuk minum
  4. Biasakan minum air sebelum memulai aktivitas ataupun saat sedang beristirahat
  5. Berikan perhatian lebih terhadap konsumsi air saat tubuh membutuhkan air lebih banyak, seperti: keadaan suhu yang panas, aktivitas tinggi dan berkeringat, atau setelah muntah
  6. Konsumsi air minum yang berkualitas dan berasal dari sumber air yang terpercaya untuk menghindari kontaminasi.

Kualitas Air Minum Menentukan Kesehatan

Kualitas air minum yang dikonsumsi terutama pada ibu hamil dan menyusui sangat penting dan perlu menjadi perhatian. Air yang tercemar logam berat seperti timbal maupun arsenik berisiko terhadap janin atau bayi karena terbawa oleh darah ibu dan ASI. Air yang tercemar timbal dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah hingga gangguan perkembangan syaraf.15,16

Oleh karena itu, pastikan air yang dikonsumsi oleh ibu layak minum dan berkualitas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 492/ tahun 2010, syarat  air minum yang baik adalah:

  1. tidak berwarna
  2. tidak berbau
  3. tidak berasa
  4. tidak mengandung zat-zat yang berbahaya17

Pastikan juga sumber air yang dikonsumsi aman dan telah memenuhi persyaratan kesehatan yang dianjurkan pemerintah (berlogo SNI).10

Mari jadikan momentum minum air untuk pemenuhan Hidrasi Sehat menjadi momentum yang menyenangkan sekaligus mendukung pola hidup sehat untuk kualitas kesehatan ibu maupun buah hati.

Referensi

  1. Bardosono et al. Fluid Intake of Pregnant and Breastfeeding Women in Indonesia: A Cross-Sectional Survey with a Seven-Day Fluid Specific Record. Nutrients 2016; 8: 651
  2. Bardosono et al. Pregnant & Breastfeeding Woman: Drinking for Two?. Ann Nutr Metab 2017; 70(Suppl 1): 13-17
  3. Hytten FE. Weight Gain in Pregnancy. In: Hytten FE, Chamberlain G, eds. Clinical Physiology in Obstetrics, Blackwell Scientific. 1980; 193-230.
  4. Clapp JF, Seward BL, Sleamaker RH, Hiser J. 1988. Maternal Physiologic Adaptations to Early Human Pregnancy. Am J Obstet Gynecol 1988; 158: 1456-60
  5. Metcalfe J, Ueland K. Maternal Cardiovascular Adjustments to Pregnancy. Prog Cardiovasc Dis. 1974; 15: 363
  6. Ueland K. 1979. Cardiorespiratory Physiology of Pregnancy. Gynecology and Obstetrics, Vol 3. Baltimore: 1979.
  7. Beall MH, van den Wijingaard JPHM, van Gemert MJC, Ross Mg. Amniotic Fluid Water Dynamics. Placenta 2007; 28(8-9): 816-23.
  8. Trottier M, Erebara A, Bozzo P. Treating Constipation during Pregnancy. Can Fam Physician 2012; 58(8): 836-8
  9. Beetz R. Mild Dehydration: A Risk Factor of Urinary Tract Infection?. Eur J Clin Nutr. 2003; 57(2): S52-8
  10. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Konsensus Nasional POGI 2013: Kebutuhan Asupan Air bagi Ibu Hamil, Melahirkan, dan Menyusui. DKI Jakarta; 2013.
  11. Indonesian Hydration Working Group
  12. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. DKI Jakarta; 2019.
  13. Mulyani EY, Hardinsyah, Briawan D, Santoso BI. The Impact of Dehydration in The Third Semesters on Pregnancy Outcome-Infant Birth Weight and Length. Jurnal Gizi Pangan 208; 13(2): 157-164
  14. Choo, Ezenand RD. The Impact of Pregnancy on Taste Function. Chemical Senses 2017; 42: 279-86
  15. Rebelo, Maciel F, Caldes ED. Arsenic, Lead, and Cadmium: Toxicity Levels in Breast Milk and The Risks for Breastfed Infants. Environmental Research 2016; 151: 671-88
  16. World Health Organization. Guidelines for Drinking Water Quality. 2011.
  17. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. DKI Jakarta; 2010.
  18. World Health Organization. Nutrients in Drinking Water. Geneva: 2005.
  19. Ebrahimi N, Maltepe C, Einarson A. Optimal Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy. International Journal of Women’s Health 2010; 2: 241-8
  20. Vivanti, AP. Origins for The Estimations of Water Requirements in Adults. European Journal of Clinical Nutrition 2012; 66: 1282-89

_____________________________________________________

Ilustrasi: Khusen Rustamov from Pixabay