Data di RS menunjukkan, hepatitis A merupakan kasus terbanyak untuk hepatitis akut yang dirawat. Orang dewasa biasanya sudah membaik dalam satu bulan. “Penyembuhan gejala akibat infeksi hepatitis A berjalan lambat, tapi hampir seluruhnya sembuh 100%. Hanya sebagian kecil kasus yang menjadi fulminan atau berat,” ungkap Dr. dr. Sukamto, Sp.PD-KAI.
Hepatitis A yang menjadi fulminan biasanya terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita HIV/AIDS. Hepatitis A fulminan bisa menimbulkan kerusakan masif pada sel-sel hati di kemudian hari, dan gejalanya bisa muncul lagi. Pada kasus seperti ini, penderitanya bisa menularkan lagi virus hepatitis A melalui fesesnya.
Baca juga: KLB Hepatitis A: Anak-Anak Rentan Terinfeksi, Cegah Penularannya
Secara umum, orang dewasa lebih tahan terhadap infeksi hepatitis A. “Orang dewasa yang kena infeksi virus, pasti daya tahan tubuhnya sedang jelek, sehingga gambaran klinisnya lebih buruk daripada anak-anak,” terang Dr. dr. Sukamto, dalam diskusi mengenai hepatitis A di RS Universitas Indonesia, Kamis (19/12/2019).
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A, dan tidak ada obat antivirus yang secara khusus menyerang virus tersebut. “Obat-obatan dimaksudkan untuk mengatasi gejala yang muncul sehingga penderita merasa nyaman,” ujarnya. Misalnya pemberian obat antimual, antidemam, antidiare, hingga pemberian infus bila penderita mengalami dehidrasi.
Baca juga: Vaksinasi Hepatitis B Melindungi Ibu dan Bayi
Juga, tidak ada diet khusus, kecuali pada gangguan fungsi hati berat. Intinya tetap perlu mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang. Namun ini sulit, karena hepatitis A sering menimbulkan keluhan mual dan muntah, hingga penderita sulit makan. Pasien hepatitis A sering diberikan gula oleh dokter/perawat. Ini bukan sebagai obat, melainkan untuk memberi energi saat tidak bisa menerima makanan akibat mual dan muntah.
Tidak semua pasien hepatitis A harus dirawat. Biasanya, yang butuh dirawat justru orang dewasa. “Kalau semua pasien hepatitis A dirawat, rumah sakit penuh. Yang dirawat hanya pasien dengan gejala berat atau komplikasi,” jelas dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), M.Sc (TropPaed).
Baca juga: Diskriminasi Pasien Hepatitis B dan C Tidak Beralasan
Anak jarang mengalami gejala berat dibandingkan orang dewasa. “Namun demikian, bisa saja terjadi penurunan kesadaran, kejang-kejang, dan dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian,” imbuh dr. Nina. Tetap harus waspada.
Yang juga dikhawatirkan dari pasien hepatitis A anak, karena tidak bergejala, keluarga tidak tahu bahwa ia terinfeksi hepatitis A. Bila kebersihan di rumah kurang terjaga, anak tersebut bisa menularkan virus hepatitis A ke anggota keluarga lain, termasuk orang dewasa. Ada ataupun tidak ada wabah hepatitis A, higienitas dan sanitasi harus selalu diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Bila makan di luar, bawalah peralatan makan sendiri, untuk memastikan kebersihan peralatan makan yang kita gunakan. (nid)
____________________________________________