cara agar bisa berhenti meneriaki anak
cara agar bisa berhenti meneriaki anak

Hentikan Kebiasaan Meneriaki Anak, Begini Caranya

Saat sedang emosi dan marah, tidak sedikit orangtua yang suka berteriak pada anaknya. Tahukah Anda bila kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada anak. Ada cara yang bisa dilakukan untuk menahan dorongan meneriaki anak.

Riset yang diterbitkan di jurnal Child Development menegaskan bila meneriaki anak justru membuat anak Anda semakin agresif.

Kebiasaan meneriaki anak juga bisa menurunkan harga diri dan kepercayaan diri anak. Bila ia sering dimarahi dengan cara diteriaki, anak mungkin akan merasa bahwa orangtuanya tidak menyayanginya, bahkan membencinya.

Tetapi faktanya, kebanyakan orangtua yang memarahi anak-anak mereka merasa sangat menyesal tentang hal itu.

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Parents terungkap bahwa dari semua hal yang menyebabkan bersalah – terganggu oleh telpon, terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawai, tidak memasak masakan sehat – meneriaki anak-anak menduduki urutan teratas bagi kebanyakan ibu.

Sehingga masuk akal untuk mulai menggurangi bahkan menghentikan kebiasaan tersebut. Laura Markham, PhD, penulis buku Peaceful Parent, Happy Siblings: How to Stop Yelling and Start Connecting, mengatakan, “Setiap kali Anda menahan keinginan untuk meneriaki anak, Anda mengatur ulang otak sehingga itu (berteriak) bukan lagi reaksi default Anda.” 

Merubah kebiasaan untuk berhenti meneriaki anak membutuhkan waktu dan usaha.

1. Berhenti berteriak tentang hal-hal biasa

Alih-alih berteriak pada anak-anak untuk melakukan sesuatu hal, atau sebatas memanggilnya (yang akan menaikkan volume di seluruh area rumah), “Cobalah datangi anak Anda dan berbicara dengan suara (dan intonasi) normal,” saran Eileen Kennedy-Moore, PhD, penulis Growing Frienships: A Kids’ Guide to Making and Keeping Friends.

Walau terdengar mudah, ini membutuhkan waktu dan konsistensi untuk mengingat kebiasaan baru ini.

2. Padamkan dulu emosi Anda

Luangkan waktu – sekitar 5 menit per hari - untuk menenangkan emosi, misalnya lewat meditasi. Penelitian demi penelitian membuktikan bahwa memberikan waktu untuk introspeksi setiap hari membantu “menenangkan diri dari panasnya suasana saat itu”.

Jika belum terbiasa melakukan meditasi, Anda bisa mengunduh berbagai aplikasi meditasi melalui gawai yang akan mengajarkan langkah-langkah menenangkan emosi Anda.

3. Pikirkan sebuah kata yang aman

Ada kalanya Anda merasa akan benar-benar marah, dan saat Anda hendak berteriak, tahan dan pikirkan suatu tempat, benda (atau apapun) yang menenangkan Anda.

“Munculkan sebuah ungkapan untuk memberitahu diri Anda sendiri segera setelah menyadari bila Anda akan meledak,” Dr. Markham menyarankan.

Ia menyarankan pilih kata ‘Cinta’. Orang lain mungkin memilih kata ‘air terjun’ karena membayangkan bila air terjun itu menyejukkan.

4. Lebih dekat

Perlu disadari walau Anda berhasil menahan diri untuk berhenti meneriaki anak-anak, bukan berarti si kecil, secara ajaib, akan merapikan mainannya atau menyikat gigi saat pertama kali diminta.

Orangtua tetap membutuhkan usaha ekstra. Dr, Markham menawarkan agar fokus pada metode yang lebih lembut: reconnecting atau menjadi lebih dekat. “Secara harfiah turun lah ke level anak Anda, merangkulnya dan katakan bila Anda memahami perasaannya,” ujarnya, melansir parents.com.

5. Kurangi momen-momen pemicu

Pagi hari biasanya teriakan-teriakan itu terjadi. Begitu banyak hal yang perlu disiapkan, mulai dari sarapan, dandan sebelum ngantor, atau menyiapkan si kecil sebelum mulai sekolah daring/luring.

Hal-hal tersebut bisa membuat emosi Anda naik lagi. Tetapi marah tidak akan membantu. “Anda tetap harus bisa tenang agar anak-anak Anda tetap tenang,” kata Vanessa Lapointe, PhD, penulis Discipline Without Damage: How to Get Your Kids to Behave Without Messing Them Up. (jie)