Diet keto diketahui bisa bermanfaat untuk menurunkan berat badan, tetapi mungkin ia bukanlah pilihan terbaik untuk kesehatan jantung dan usus. Sebaliknya, diet rendah gula bisa menjadi pilihan lebih baik.
Penelitian yang diterbitkan Agustus 2024 di jurnal Cell Reports Medicine menemukan mereka yang menjalani diet keto mengalami penurunan keragaman mikrobioma usus dan peningkatan total kolesterol.
Mikrobioma usus merupakan komunitas mikroba di saluran cerna. Suatu lingkungan yang dihuni oleh trilyunan mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, dll) yang mempengaruhi kesehatan.
Dalam komposisi seimbang (disebut normobiosis; di mana didominasi bakteri baik, dibanding patogen) mikrobiota usus bermanfaat antara lain untuk menunjang sistem imun (>70% imun dibentuk di usus), menjaga kesehatan pencernaan sehingga penyerapan nutrisi optimal, hingga menunjang fungsi sistem saraf pusat.
Namun, mereka yang mengikuti diet rendah gula mengalami lebih sedikit penurunan keragaman mikrobioma usus dan kadar kolesterol LDL (kolesterol ‘jahat’) yang lebih rendah.
Sebelumnya, diet keto (ketogenik) terbukti mampu menurunkan berat badan dan memperbaiki kontrol gula darah, yang diperoleh dari konsumsi utamanya lemak dan sedikit karbohidrat.
Bagaimana diet keto mempengaruhi tubuh?
Studi ini awalnya didesain untuk mengetahui kenapa diet rendah karbohidrat bisa menurunkan berat badan dan berapa banyak kalori yang terbakar saat seseorang mengikuti diet ini. Namun dalam prosesnya peneliti menemukan hal lain yang menarik.
Riset ini melibatkan 53 orang sehat usia antara 18 – 65 tahun, kemudian dibagi menjadi tiga kelompok: mereka dengan diet gula normal (sedang), dua kelompok lainnya mengikuti diet rendah gula atau ketogenik. Analisa dilakukan selama 12 minggu.
“Kharakteristik diet keto adalah asupan karbohidrat yang sangat rendah dibarengi asupan protein sedang, yang berarti tubuh sangat bergantung pada lemak untuk memenuhi kebutuhan kalori mereka,” Veronica Rouse, MAN, RD, menjelaskan mengutip Health.
Asupan makronutien tersebut bervariasi, tetapi biasanya 55-60% kalori harian dari lemak, 30-35% dari protein dan 5-10% dari karbohidrat.
Peneliti menemukan pada kelompok diet keto terjadi peningkatan kadar kolesterol dan apolipoprotein B, protein yang dipakai untuk mendeteksi risiko aterosklerosis (penumpukan plak pembuluh darah) dan penyakit kardiovaskular.
Kelompok ini juga terlihat memiliki penurunan Bifidobacteria (salah satu jenis probiotik) dan bakteri baik lain yang signifikan di usus.
Namun diet rendah gula menunjukkan dampak yang berbeda, pembatasan gula mengurangi kadar total kolesterol dan LDL, tetapi tidak merubah keragaman mikroba usus.
Kenapa diet keto berdampak pada kesehatan jantung dan usus?
Diet ketogenik sudah lama memiliki reputasi kurang ramah terhadap jantung, sebagian besar karena konsumsi kalori yang tinggi dari lemak – terutama lemak jenuh.
Rouse menjelaskan, “Diet tinggi lemak jenuh akan meningkatkan LDL, yang akan menyebabkan pembentukan/penambahan plak di arteri dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Ini seperti yang penelitian ini tunjukkan.”
Selain itu, diet keto cenderung rendah serat, yang dapat menjadi tanda bahaya bagi kesehatan jantung dan usus. “Rendahnya serat pada diet keto bisa berdampak negatif pada kadar kolesterol, karena serat larut akan membantu menurunkan kolesterol,” imbuh Rouse.
Demikian pula, rendahnya asupan serat juga bisa menyebabkan perubahan negatif pada keragaman mikroba usus yang diamati peneliti di antara peserta diet keto.
“Keberagaman makanan nabati menciptakan keragaman mikrobioma usus,” terang Kim Kulp, RDN, ahli kesehatan usus. “Karena diet ketogenik membatasi banyak makanan nabati, seperti buah, biji-bijian utuh dan kacang-kacangan, maka jumlah yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan mikroba usus pun berkurang, sehingga jumlah dan jenisnya (mikroba) pun berkurang.” (jie)