diet intermittent fasting untuk mengatasi perlemakan hati
diet intermittent fasting untuk perlemakan hati

Diet Intermittent Fasting Untuk Mengatasi Perlemakan Hati, Benarkah Efektif?

Perlemakan hati (fatty liver) merupakan salah satu penyakit tanpa gejala yang banyak diidap manusia modern. Hingga saat ini belum ada obat untuk perlemakan hati, namun diet diyakini mampu memperbaiki kondisi lever. 

Secara global kasus perlemakan hati dialami oleh sekitar 25% dari total populasi, atau satu dari empat orang menderita fatty liver. Sebagian besar adalah jenis perlemakan hati non alkoholik (NAFLD; akibat gaya hidup dan obesitas), dibanding perlemakan hati akibat konsumsi alkohol (NASH). 

Perlemakan hati adalah penumpukan trigliserida dan lemak lain di dalam sel hati. “Perlemakan hati bisa disertai dengan peradangan hati, dan kematian sel hati,” ujar Meike Mayasari, S.Gz, MPH, RD dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. 

Walau membutuhkan waktu bertahun-tahun, NAFLD bisa berkembang menjadi fibrosis. Bila tidak ditangani akan terus berkembang menjadi sirosis, dan akhirnya kanker hati. 

“Hingga saat ini, belum ada pengobatan farmakologi yang jelas untuk perlemakan hati. Intervensi gizi dan latihan menjadi terapi lini pertama,” tegas Meike. Namun sayangnya, pedoman pasti untuk terapi gizi pada perlemakan hati pun belum ada. 

“Sejauh ini, kemunculan NAFLD dikaitkan dengan pola makan western diet. Sebaliknya menurut studi, diet Mediterania dan diet DASH (diet khusus hipertensi) menguntungkan untuk NAFLD. Jadi kedua pola makan inilah yang biasa diterapkan pada pasien NAFLD,” imbuhnya.

Lebih lengkap pendapat Meike Mayasari tentang intervensi diet untuk perlemakan hati bisa disaksikan di kanal YouTube otcdigest.

Kombinasi diet intermittent fasting dan olahraga

Penelitian baru-baru ini menguji efektivitas diet intermittent fasting (diet puasa) dan olahraga aerobik untuk mengurangi jumlah lemak di lever. 

Riset yang diterbitkan di jurnal Cell Metabolism ini melibatkan 80 orang obes, diamati selama tiga bulan.  

“Kami menyadari bila terapi utama NAFLD adalah kombinasi pembatasan kalori dan latihan aerobik. Kami ingin tahu apakah intermittent fasting yang dikombinasikan dengan aerobik akan menghasilkan penurunan lemak yang sama di hati,” ujar Dr. Krista Varady, penulis penelitian, melansir Medical News Today.

Diet intermittent fasting mengharuskan seseorang hanya makan dalam jendela waktu tertentu, dengan jumlah kalori yang dibatasi. Peserta dibagi menjadi empat kelompok. 

Kelompok pertama melakukan latihan aerobik intensitas sedang. Grup kedua melakukan diet intermittent fasting saja, dengan hanya mengonsumsi sekitar 600 kalori saat puasa, dan tanpa pembatasan kalori di hari biasa. 

Kelompok ketiga melakukan diet intermittent fasting dan latihan aerobik. Grup terakhir, adalah kelompok kontrol tanpa intervensi apapun. 

Dr. Varady menjelaskan, “Kami menemukan bila lemak hati turun hingga 5,5% pada kelompok ketiga. Mereka juga mengalami penurunan 5% berat badan, massa lemak (keseluruhan), lingkar pinggang dan kadar enzim hati (ALT).”

Terlihat juga peningkatan sensitivitas insulin pada kelompok intermittent fasting dan aerobik, mengindikasikan perbaikan kontrol gula darah.  

Peneliti menemukan ada kemiripan pengurangan kadar lemak hati dan bobot tubuh di kelompok kedua dan ketiga. Perbaikan resistensi insulin terjadi pada ketiga kelompok intervensi (grup 1, 2, 3). 

Mereka menyipulkan terapi kombinasi – diet intermittent fasting dan aerobik – bisa menjadi pilihan orang dengan NAFLD, tetapi belum tentu merupakan metode yang jauh lebih unggul. 

Diet intermittent fasting bisa untuk mengatasi perlemakan hati, namun masih membutuhkan penelitian dengan partisipan yang lebih banyak. (jie)

Baca juga: Intervensi Gizi untuk Diabetes dan Perlemakan Hati