“Badan manusia berbanding terbalik dengan ukuran TV; dulu TV berbentuk tabung (gemuk), sekarang langsing (flat TV). Sementara manusia dulunya langsing, sekarang gemuk.”
Guyonan tersebut menggambarkan realitas tingginya angka kegemukan dan obesitas di masyarakat. Kegemukan berhubungan erat dengan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke.Tercatat pada tahun 2012 secara globlal, lebih dari 7 juta orang meninggal karena serangan jantung koroner, dan 6,7 juta orang mati akibat stroke.
Dr. Simon Salim, MKes, SpPD, AIFO., dari RS Cipto Mangunkusmo, Jakarta, memaparkan penyempitan pembuluh darah bahkan sudah dimulai sejak anak usia 3 tahun. Jadi anak gemuk apalagi obes jangan lagi dianggap lucu, tapi waspadalah pada kesehatan ke depannya.
Masyarakat kita saat ini tergolong sedentari (lebih banyak duduk/ tidak aktif bergerak). Perlu diketahui, saat duduk kalori yang terpakai hanya 1 kalori per menit, dan produksi enzim pemecah lemak turun sampai 90%.
Duduk dua jam terus-menerus, HDL (high- density lipoprotein ; kolesterol baik yang bertugas mengangkut kolesterol buruk) turun 20%, setelah 24 jam insulin turun 24%.
Baca : Budaya Duduk Masyarakat Modern Tingkatkan Risiko Kematian
“Jadi sebaiknya setelah 45 menit duduk, kita berdiri sebentar, bisa ambil minum atau apa agar sedikit bergerak. Lemak tidak akan terbakar saat kita duduk,” ujar dr. Simon. Tubuh butuh gerakan “melawan” gravitasi agar ia dapat berfungsi normal.
Memang sedikit bergerak lebih baik dari pada duduk diam, tapi jika kita bicara kebugaran itu diartikan sebagai olahraga, bukan sekedar aktivitas fisik.
Manfaat olahraga untuk jantung
Olahraga bermanfaat bagi jantung dengan banyak cara, American Heart Association (AHA) melansir diantaranya akan mengurangi kolesterol jahat (LDL : low-density lipoprotein) dan total kolesterol, di satu sisi menaikkan kolesterol baik (HDL). Selain mencegah kelebihan kolesterol juga menormalkan tekanan darah.
Olahraga akan meningkatkan kemampuan transportasi dan penggunaan oksigen dalam tubuh. Ini membuat tubuh tidak cepat lelah saat beraktivitas. Kemampuan ini penting bagi mereka yang memiliki penyakit kardiovaskular, di mana rerata kemampuan fisiknya lebih rendah dibanding orang normal.
Penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan kapasitas aliran darah karena terjadi pelebaran pembuluh darah, dinding pembuluh darah menjadi lebih kuat dan meningkatkan kemampuan dalam menyediakan oksigen untuk otot selama berolahraga.
Studi yang dilakukan Jonathan Myers, PhD, kardiolog dari Palo Alto Health Care System, California, AS., mendapati bahwa pasien yang baru didagnosa sakit jantung yang mengikuti program olahraga dilaporkan lebih cepat dapat kembali bekerja (setelah sakit), dan terjadi peningkatan kualitas hidup, seperti percaya diri meningkat, stres dan perasaan gelisah turun. Lebih jauh ia melaporkan terjadi penurunan risiko kematian 20-25%. Riset ini ditulis dalam jurnal AHA.
“Jika kita akan memulai dari tidak aktif menjadi lebih aktif, mulai dengan capai 10.000 langkah per hari dulu. Setelah terbiasa, mulailah olahrga 30 menit per hari (selama 5 hari). Begitu itu dilakukan, fitness kita akan naik dan risiko stroke turun sepertiganya, hipertensi dan DM turun sampai setengahnya,” tegas dr. Simon. (jie)