Berita duka kembali menyambangi dunia hiburan Tanah Air. Pemain bas Kerispatih, Andika Putra Shadewa, meninggal dunia Selasa pagi (10/04/2018). Isdiati, sang ibu, yang hendak membangunkannya, mendapati Andika sudah tidak bernafas. Ia segera dilarikan ke RS Pusat Otak Nasional, tapi tidak tertolong. Menurut keluarga, Andika meninggal saat tidur di kamarnya, diduga akibat serangan jantung. Beberapa hari sebelum meninggal, Andika dikabarkan terserang stroke ringan.
Mendiang Andika ternyata sudah lama menyandang diabetes. Tidak ada informasi, diabetes tipe apa yang disandang oleh Andika; tipe 1 ataukah tipe 2. Namun mengingat Andika dulunya gemuk, kemungkinan besar ia menyandang diabetes mellitus tipe 2 (DM2). Cukup mengejutkan sebenarnya, mengingat Andika masih sangat muda.
Baca juga: Mewaspadai Diabetes Melitus
Dulu, DM2 identik dengan orang tua. Namun kini, ada tren bahwa penyakit ini mengenai usia yang makin muda. Spesialis gizi Dr. dr. Inge Permadhi, MS, Sp.GK(K) mengungkapkan, “Diabetes tipe dua disebabkan oleh pola hidup yang salah.” Pola makan tinggi gula/karbohidrat sederhana, lemak, dan garam serta minim serat, dan jarang bergerak (sedenter) menempatkan kita dalam risiko DM2.
Diabetesnya sendiri jarang menyebabkan kematian, kecuali bila terjadi hipoglikemia (gula darah terlampau rendah) atau ketoasidosis yang tidak segera ditangani. “Namun, kita khawatirkan komplikasi yang ditimbulkan diabetes. Misalnya penyakit jantung, stroke, gangguan ginjal, dan lain-lain,” ujar Dr. dr. Inge.Serangan jantung dan stroke yang menyerang almarhum Andika, bisa jadi merupakan komplikasi dari diabetesnya.
Baca juga: Hindari Komplikasi, Kontrol HbA1c
Diabetes tidak bisa sembuh, tapi bisa dikelola. Kadar gula darah harus dipelihara dalam batas normal, untuk mencegah kerusakan pembuluh darah yang berujung pada berbagai komplikasi. Tidak cukup mengandalkan obat, tapi juga perbaikan pola hidup. Inilah sesungguhnya yang lebih penting; obat hanya membantu.
Untuk pola makan, prinsipnya sama dengan orang lain: gizi seimbang. “Dibagi dalam tiga porsi besar sebagai makan utama, dan tiga porsi kecil sebagai snack,” terang Dr. dr. Inge. Berapa banyak jumlah kalorinya, tentu disesuaikan dengan kondisi tiap orang. Yang pasti, harus memperhatikan status gizi. “Jumlah asupan makanan dan kalori harus sesuai agar tidak kegemukan, tapi juga jangan sampai kekurangan,” imbuhnya.
Penyandang diabetes tetap perlu berlatih fisik, malah sangat disarankan. Berbagai penelitian membuktikan, latihan fisik akan memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan HbA1c (rerata kadar gula darah dalam tiga bulan). Latihan yang disarankan antara lain yang bersifat aerobik, yakni tubuh masih bisa menggunakan oksigen sebagai energi. Gerakannya berulang-ulang. Misalnya bersepeda, jalan kaki, atau berenang, dengan intensitas sedang. Selain itu juga latihan kekuatan misalnya push up, atau berlatih dengan dumbbell. (Baca juga: Manfaat Olahraga bagi Penderita Diabetes)
Tak kalah penting, memonitor kadar gula darah. Untuk penyandang DM2, tidak perlu terlalu ketat melakukan tes glukosa mandiri di rumah dengan alat. Pemeriksaan ini utamanya penting bagi penyandang DM1, yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia. Semua penyandang diabetes perlu kontrol rutin ke dokter/Puskemas minimal sebulan sekali, untuk memantau kondisi gula darah dan tubuh, sehingga bila ada tanda komplikasi bisa diketahui secara dini. Tiga bulan sekali, periksakanlah kadar HbA1c. (nid)
___________________________________
Ilustrasi: StockSnap / Pixabay.com