mengatasi sembelit akibat obat

Beberapa Obat Dapat Menyebabkan Sembelit, Apa yang Harus Dilakukan?

Obat dari dokter ada yang menyebabkan sembelit atau susah BAB (buang air besar). Sedangkan, obat harus tetap diminum untuk memperoleh kesembuhan. Misalnya antibiotik yang harus diminum 3 - 5 hari, atau lebih lama.

Beberapa jenis obat memang memiliki efek samping yang menyebabkan sembelit. Selain antibiotik misalnya: obat pereda nyeri golongan opioid seperti kodein, oxycodone dan hydromorphone, obat antidepresan; obat antasida yang mengandung alumunium; obat diuretik (pelancar buang air kecil/BAK) dan inhibitor channel calcium seperti diltiazem dan nifedipine. 

Obat antibiotik dapat membunuh berbagai jenis bakteri, bakteri baik dan bakteri oportunis (jahat), yang hidup berkelompok-kelompok di usus besar. Bakteri ini berguna antara lain untuk membusukkan sisa makanan dan memroduksi vitamin K. 

Antibiotik dapat membunuh bakteri baik dan bakteri jahat. Bisa terjadi ketidakseimbangan, apabila jumlah bakteri baik berkurang, sementara bakteri jahat berkembang pesat.

Ketidakseimbangan bakteri penghuni usus, dapat mengganggu sistem pencernaan. Bisa menyebabkan feses mengeras sehingga sulit dikeluarkan. Menurut Mayo Clinic, kondisi ini disebut sembelit atau konstipasi. Yaitu gangguan pencernaan yang membuat buang air besar kurang dari 3 kali seminggu. Ada yang mengalami sembelit kronis, sampai beberapa minggu dan menyebab wasir makin parah.

Muncul gejala, apa yang harus dilakukan

Selain susah buang air besar karena feses yang keras karena terlalu lama mengendap di usus, gejala lain sembelit berupa: sakit perut, kram perut, perut kembung, mual, kurang nafsu makan, anus seperti tersumbat dan sulit mengeluarkan feses, meski sudah BAB sepertinya  feses belum tuntas dikeluarkan. Sembelit dianggap kronis bila sudah mengalami 2 atau lebih gejala-gejala ini, dalam tiga bulan terakhir.

Apakah konsumsi obat yang menyebabkan sembelit harus dihentikan sementara? Pada dasarnya selain bermanfaat, obat memiliki efek samping. Risiko bisa ringan atau berat. 

Efek samping walaupun ringan bisa terasa mengganggu, sekaligus menjadi penanda bahwa obat tidak bereaksi seperti yang diharapkan. Sedangkan efek samping berat yang dirasakan, bisa menyebabkan seseorang berhenti minum obat. 

Muncul dan berat ringannya efek samping suatu obat, dipengaruhi beberapa faktor: usia, jenis kelamin, berat badan dan kondisi kesehatan seseorang. Tingkat keparahan penyakit apalagi bila sudah terjadi komplikasi, efek samping bisa meningkat. 

Lansia yang mengidap beberapa penyakit – misalnya jantung, stroke, diabetes – dan harus minum berbagai macam obat, bisa memicu terjadinya efek samping yang tidak diinginkan. 

Efek samping obat yang lain bisa mual, muntah, pusing, mulut kering, sakit kepala, kelelahan, gatal-gatal atau nyeri otot. 

Efek samping bisa hilang, bila obat yang menjadi penyebabnya berhenti dikonsumsi. Tetapi, berhenti minum obat bisa menimbulkan efek samping. Begitu juga bila obat dari dokter, dosisnya sengaja dikurangi atau ditambah. 

Sebelum memutuskan berhenti minum obat, ada baiknya konsultasi ke dokter atau rumah sakit. Kalau efek samping yang dirasakan sangat berat, dokter bisa mengubah dosis, memberikan obat lain atau merekomendasikan perubahan pola makan dan melakukan olahraga. 

Efek samping sembelit, selain konsultasi ke dokter, beberapa langkah ini dapat membantu:

  1. Minum air putih 8-10 gelas/hari.
  2. Minum probiotik yang banyak dijual di outlet modern (Indomart, Alfamart dan lain-lain).
  3. Mengonsumsi banyak sayur dan buah.
  4. Melakukan aktivitas fisik: senam, jalan kaki, jogging, renang, bersepeda.
  5. Jangan menunda-nunda BAB. (sur)