Kulit merupakan organ terluar sekaligus terluas manusia. Tapi kulit manusia juga dihuni oleh jutaan mikroorganisme yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan penyakit. Infeksi bakteri adalah salah satu kondisi medis yang kerap terjadi. Tidak semua jenis antibiotik bisa digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri di kulit. Asam fusidic (Fucidin) terbukti efektif mengatasi infeksi bakteri kulit.
Kulit tidak hanya menyelubungi tubuh, tetapi memiliki fungsi penting, termasuk fungsi estetik (mencerminkan kesehatan seseorang), melindungi / mencegah hilangnya cairan tubuh, pengatur suhu, hingga pembentukan vitamin D.
Sebagai organ terluar dan terluas, kulit rentan mengalami luka, misalnya luka gores atau tersayat. Di sinilah risiko infeksi bakteri Staphylococcus aureus muncul. Bakteri ini normal ada di tubuh manusia, dari ujung rambut sampai kaki.
Secara umum infeksi kulit bisa disebabkan oleh virus, jamur, parasit atau bakteri. Seseorang yang mengalami infeksi kulit bisa mengalami gejala yang beragam, mulai dari ringan hingga berat.
Indah Susanti, Key Account Manager LEO Pharma Indonesia mengatakan, bakteri ini bisa menyebabkan bisul, infeksi di folikel (akar rambut), carbuncles yang adalah gabungan dari beberapa bisul disertai rasa nyeri dan nanah, atau impetigo ditandai dengan bintil kecil berisi cairan yang terasa nyeri dan gatal.
Bakteri S. aureus juga bisa menyebabkan ecthyma (borok yang tertutup kerak berwarna kuning kecoklatan), paronychia (kemerahan, pembengkakan lunak dan bernanah di ujung jari/kuku), atau selulitis (infeksi yang menyerang jaringan lunak bawah kulit yang dalam).
“Pengobatan untuk infeksi bakteri yang ringan bisa dengan mengoleskan antibiotik - baik krim atau salep – langsung pada area kulit yang terinfeksi. Sementara untuk infeksi berat, dokter akan meresepkan antibiotik minum atau suntik jika diperlukan,” katanya dalam seminar virtual berudul Psoriasis, Infeksi Bakteri Staphylococcus aureus dan Cara Mengatasinya, Rabu (21/10/2020).
Asam fusidic
Salah satu antibiotik untuk infeksi bakteri adalah asam fusidic (Fucidin). Asam fusidic memiliki struktur mirip steroid, sehingga memiliki kemampuan menembus kulit yang baik.
“Riset dalam jurnal Acta Dermato-Venereologica 2008 mengatakan Fucidin memiliki penetrasi yang baik pada kulit yang utuh dan rusak,”ujar Indah. Riset membuktikan bila asam fusidic bisa menembus sampai lapisan kulit hypodermis atau area jaringan lemak kulit.
Jika dibandingkan dengan mupirocin (antibiotik lain), asam fusidic lebih efektif untuk terapi infeksi kulit bagian permukaan (seperti impetigo, selulitis, folikulitis, dll), dengan efek samping yang lebih rendah (reaksi alergi lebih sedikit). Kepatuhan dan penerimaan pasien secara kosmetikpun lebih baik dibanding mupirocin.
“Sejumlah panduan dan badan internasional merekomendasikan asam fusidic topikal (oles) sebagai terapi pertama untuk infeksi kulit, termasuk impetigo. Resistensi bakteri S.aureus terhadap asam fusidic sangat rendah dibandingkan antibiotik lainnya,” terang Indah.
Asam fusidic juga terbukti bermanfaat pada infeksi bakteri akibat eksim. Dalam jurnal Acta Dermato-Venereologica (2008) dibuktikan asam fusidic memiliki khasiat yang sebanding dengan mupirocin, dan aktivitas antibakteri yang lebih baik dibandingkan dengan antibiotik aminoglikosida (neomycin, gentamicin) untuk pengobatan infeksi kulit dan eksim.
Sebagai penutup, Indah menjelaskan, asam fusidic memiliki risiko resisten dan resisten silang yang sangat rendah, dibandingkan dengan zat lainnya pada terapi infeksi kulit dan eksim. (jie)