Stres pekerjaan, beban tugas yang menumpuk di akhir semester, atau menderita insomnia menyebabkan seseorang memiliki kualitas tidur yang buruk.
Tak jarang kita ingin ‘balas dendam’ dengan tidur ekstra di akhir pekan. Tindakan ini memang bisa ‘membayar’ kuota tidur yang kurang dalam weekdays, tetapi belum tentu bermanfaat bagi kesehatan.
Sebuah penelitian dilakukan di University of Colorado Boulder, Amerika Serikat. "Pesan utama dari penelitian ini adalah bahwa penambahan ekstra tidur di akhir pekan tampaknya bukan strategi penanggulangan yang efektif untuk membalikkan kurang tidur yang disebabkan gangguan metabolisme," kata Kenneth Wright salah satu peneliti.
Banyak orang melakukan tidur lebih lama di akhir pekan daripada yang mereka lakukan selama seminggu. Tetapi mereka tidak tahu bahwa rutinitas tidur seperti itu akan mempengaruhi kesehatan metabolisme.
Untuk membuktikan anggapan tersebut, penelitian yang dipimpin oleh Christopher Depner dan Kenneth Wright mengumpulkan sekelompk pemuda (sehat) dan membaginya menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama memperoleh waktu tidur yang paling panjang, yakni 9 jam selama 9 malam. Kelompok kedua hanya boleh tidur 5 jam dalam periode waktu sama. Sementara kelompok ketiga mendapat jatah tidur 5 jam selama 5 hari, dan di akhir pekan boleh tidur selama mereka suka sebelum kembali lagi ke jam tidur terbatas.
Pada dua kelompok yang dibatasi waktu tidurnya, kurang tidur menyebabkan peningkatan aktivitas ngemil setelah makan malam dan penambahan berat badan. Selama akhir pekan di kelompok ketiga, partisipan rata-rata tidur satu jam lebih lama dari biasanya. Mereka juga mengonsumsi lebih banyak makanan setelah makan malam dibandingkan mereka yang kurang tidur.
Namun, ketika mereka kembali tidur kurang setelah akhir pekan, kebiasaan dan pola tidur mereka turut berubah. Mereka tetap makan lebih banyak setelah santap malam sehingga berat badan terus naik.
Pembatasan waktu tidur pada kelompok pertama berhubungan dengan penurunan sensitivitas insulin sekitar 13%. Tetapi anehnya pada kelompok ketiga pengurangan sensitivitas insulin tetap terjadi. Sensitivitas insulin di hati, otot dan seluruh tubuh berkurang antara 9 - 27%, setelah mereka kembali pada pola tidur yang kurang (di hari biasa).
"Temuan kami menunjukkan bahwa sensitivitas insulin spesifik di otot dan hati lebih buruk pada subyek yang tidur ekstra di akhir pekan," kata Depner, dilansir dari laman sciencedaily.com.
"Ini menunjukkan bahwa tidur lebih lama di akhir pekan tidak bisa menjadi penanggulangan kurangnya waktu tidur yang berhubungan dengan kesehatan metabolisme."
The Sleep Research Society dan American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan tidur 7 jam atau lebih setiap malam, untuk meningkatkan kesehatan yang optimal.
Riset yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology (2019) tersebut menambah bukti bahwa kurang tidur adalah faktor risiko untuk gangguan metabolisme. Ini juga menunjukkan bahwa tidur ekstra di akhir pekan bukanlah solusi untuk kurang tidur kronis selama seminggu. (jie)
Baca juga : Gangguan Tidur