Penurunan pendengaran wajar terjadi pada warga usia lanjut, ternyata sebuah studi menarik menjelaskan bila menggunakan alat bantu dengar mampu menunda kepikunan, bahkan menurunkan risiko kematian dini.
Dalam riset yang diterbitkan di jurnal prestisius The Lancet peneliti menggunakan data National Health and Nutrition Examination Survey untuk mengidentifikasi sekitar 10.000 orang berusia 20 tahun ke atas yang menyelesaikan tes audiometri, serta mengisi kuisioner penggunaan alat bantu dengar.
Kemudian mereka mengamati sekitar 1.863 peserta selama 10 tahun. Peneliti menjelaskan bila 237 partisipan adalah pemakai alat bantu dengar teratur - memakainya minimal seminggu sekali, lima jam seminggu atau separuh waktu.
Sedangkan 1.483 orang diklasifikasikan sebagai bukan pemakai alat bantu dengar. Kelompok ini termasuk mereka yang melaporkan menggunakan alat bantu dengar kurang dari sekali sebulan.
Peneliti mengatakan terdapat perbedaan hingga 25% pada risiko kematian (mortalitas) antara pemakai alat bantu teratur dan kelompok non pemakai alat bantu dengar. Hasil ini tetap berlaku terlepas dari tingkat gangguan pendengaran, usia, etnis, pendapatan, pendidikan dan faktor demografi lainnya.
Tidak terjadi perbedaan antara mereka yang sesekali memakai alat bantu dengar dan bukan pengguna sama sekali. Menurut peneliti, ini mengindikasikan pemakaian sesekali tidak memberikan manfaat yang memperpanjang hidup.
Para peneliti tidak menelisik mengapa ada perbedaan dalam risiko kematian, namun Dr. Janet Choi, penulis utama riset berpendapat gangguan pendengaran yang disebabkan oleh - misalnya – depresi atau kesepian bisa menjadi penyebabnya.
Namun yang perlu diperhatikan, menurut Dr. Darius Kohan, kepala departemen otologi dan neurotologi di Northwell Lenox Hill Hospital di AS, pembaca studi ini jangan salah menganggap bila seseorang lebih berisiko meninggal jika tidak memakai alat bantu dengar.
“Orang tidak meninggal karena gangguan pendengaran. Mereka mungkin meninggal karena keadaan yang berkontribusi, seperti depresi atau kesepian,” urai Dr. Kohan, melansir Medical News Today.
Membantu menunda kepikunan
Riset berbeda di jurnal JAMA Otalaryngology-Head & Neck Surgery menyatakan bila alat bantu dengar mencegah atau menunda perburukan demensia (kepikunan), bahkan penyakit Alzheimer.
Riset ini melibatkan 573.088 orang berusia di atas 50 tahun dan 23.023 penderita demensia di Denmark. Peserta diamati selama 5 tahun.
Hasil analisis menunjukkan bahwa lansia yang mengalami gangguan pendengaran berisiko 7% lebih tinggi mengalami demensia, terutama pada mereka yang tanpa alat bantu dengar.
Sementara itu penelitian di Agustus 2023 menjelaskan risiko kepikunan yang lebih kecil pada lansia dengan alat bantu dengar. Peneliti menemukan bahwa lansia yang memakai alat bantu dengar memiliki kemampuan komunikasi jauh lebih baik.
Meskipun hal ini sudah diprediksi, peneliti juga mencatat bahwa lansia dengan alat bantu dengar mengalami pengurangan tingkat penurunan kognitif hampir 50%, dibanding kelompok tanpa alat bantu dengar. (jie)