“Talinga berdenging, tanda ada yang sedang ngomongin”. Ungkapan itu kerap kita dengar. Tapi jika dengingan itu terjadi terus-menerus berarti ada masalah medis tertentu.
Dalam dunia medis gejala ini disebut tinnitus. Penderita tinnitus mendengar dengingan terus- menerus dalam telinga. Akan teredam jika suara di sekitarnya lebih keras dibanding dengingan. Biasanya saat malam hari, ketika lingkungan lebih sepi, dengingan terasa lebih keras dibanding siang hari.
Menurut Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp.THT-KL (K), dari Departemen Telinga Hidung Tenggorok (THT) FKUI-RSCM, keluhan ini berupa dengungan/ dengingan, berdesis, bahkan siulan. Bisa terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Tidak berbahaya, pada banyak kasus dapat hilang dengan sendirinya.
“Tapi kadang ada yang tidak bisa hilang. Sering terjadi pada orang tua, penderita diabetes atau hipertensi. Biasanya karena kelainan saraf di daerah telinga,” urainya. Gejala ini juga bisa karana cedera telinga dan masalah sirkulasi tubuh. Pada mereka yang lanjut usia (> 65 tahun) saraf pendengaran tidak lagi peka seperti dulu.
Tinnitus dapat disebabkan oleh berbagai hal, kadang penyebab pastinya sulit diketahui. Namun beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi fungsi dengar adalah bentuk geraham yang tidak sempurna atau penyempitan pembuluh darah dalam telinga.
Bisa pula oleh paparan suara nyaring berkepanjangan atau pengaruh obat. Ada kekacauan sinyal-sinyal akustik dari sel pendengaran ke otak. Atau, penumpukan kotoran di telinga akan menghalangi pendengaran dan bisa memicu iritasi pada gendang telinga.
Pengobatan
Terapi dilakukan berdasarkan penyebab tinnitus, misalnya dengan mengganti obat yang Anda konsumsi jika tinnitus adalah efek samping obat, atau melakukan pembersihan kotoran telinga.
Jika penyebabnya tidak diketahui, dokter bisa melakukan terapi suara, dengan menggunakan bunyi lain untuk menutupi bunyi dengingan. Bisa pula dengan tinnitus retraining therapy (TRT), di mana pasien dilatih untuk membiasakan dengan suara bising di telinga. (jie)