Banyak orang tidak sadar bila memiliki aneurisma, alias ‘jerawat’ di pembuluh darah otak yang rentan pecah. Pecah aneurisma bisa berakibat fatal, menyebabkan stroke. Bisa terjadi pada orang muda. Saat ini terdapat terapi terbaru aneurisme dengan tingkat keberhasilan 95%.
Diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat aneurisma. Ini adalah kelainan pembuluh darah, di mana dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (membentuk balon atau ‘jerawat’ kecil) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut.
Dr. Abrar Arham, SpBS, dari RS Pusat Otak Nasional, Jakarta, menjelaskan aneurisma dapat terjadi pada siapa saja, dan umumnya sebelum pecah aneurisma tidak bergejala.
“Sayangnya sebagian besar kasus (98%) tidak bergejala. Satu-satunya cara deteksi adalah dengan melakukan check up otak. Ketebalan pembuluh darah (di area aneurisma) tinggal sepertiganya, dengan tekanan darah sedikit saja bisa pecah. Pada orang muda yang sehat, dengan batuk atau olahraga sedikit bisa pecah,” katanya dalam peringatan Brain Aneurysm Awareness Month 2021 secara daring, pada Kamis (16/9/2021).
Dampaknya pun tidak ringan. Walau tidak selalu berujung pada kematian, dampak ‘sisa’ aneurisma bisa menurunkan kualitas hidup penderitanya. Kecacatan, perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh penderita aneurisma.
Ada beberapa metode penanganan aneurisma. Terapi yang sudah lama dilakukan adalah dengan teknik clipping (penjepitan) dan coiling (mengisi kantong aneurisma dengan kawat melalui selang kateter).
Baca: Mengenal Teknik Koil dan Klip untuk Penanganan Aneurisma Otak
Terapi terbaru adalah dengan pemasangan Cerebral Flow Diverter. Ini adalah teknik endovaskular, di mana alih-alih memasang kawat koil pada kantung aneurisma, sebuah alat ditempatkan di pembuluh darah induk untuk mengalihkan aliran darah menjauh dari ‘jerawat’ itu.
“Teknologi baru ini bisa menggantikan tindakan bedah kepala (teknik clipping). Ini seperti pemasangan stent (cincin) di pembuluh jantung. Dipasang alat semacam pipa diameter sekitar 4 mm, panjang 2 cm, sehingga aliran darah dibelokkan (tidak mengalir ke aneurisma). Aneurisma yang tidak dapat aliran darah akhirnya kempes dan lama-lama hilang,” terang dr. Abrar.
Terapi baru ini memiliki angka keberhasilan hingga 95%. Artinya, jerawat di pembuluh darah otak ini tidak timbul lagi - berbeda dengan teknik koil dan klip yang risiko aneurisma membesar lagi tetap ada.
Penderita hipertensi wajib ekstra waspada
Aneurisma terjadi karena kelainan bawaan, faktor genetik (ada riwayat aneurisma dalam keluarga), atau penyakit jaringan ikat (sindroma Marfan atau Ehler-Danlos).
Diperkirakan satu dari 100 orang mengalami aneurisma. Kejadian pada wanita lebih banyak dibanding pria, terutama berusia di atas 40 tahun, atau ada riwayat cedera pada dinding pembuluh darah.
Baca: Kenali Aneurisma dan Gejala Sakit Kepala Hebat yang Menandainya
Dr. Abrar menjelaskan, selain faktor di atas, ada dua faktor utama yang menyebabkan munculnya jerawat di pembuluh darah ini, yakni hipertensi dan kebiasaan merokok.
“Jangan biarkan tensi tinggi terus, lama-lama pembuluh darahnya melebar. Kurang istirahat juga membuat tensi naik, dan akhirnya berisiko pada aneurisma,” terang dr. Abrar. Sementara merokok akan membuat pembuluh darah kaku dan mudah pecah.
“Saat ini banyak pasien aneurisma usia muda, karena gaya hidup senang nongkrong, main gawai, merokok. Kalau Anda berusia di atas 40 tahun, apalagi punya hipertensi dan merokok, sering-seringlah check up otak. Yang paling standar adalah dengan MRI otak.” (jie)