survei bps 90% responden sudah memakai masker

Survei BPS 90% Responden Sudah Memakai Masker, Tetapi Penambahan Harian Masih Tinggi Kenapa?

Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sebagian besar responden sudah memakai masker. Sayangnya hasil survei tersebut bertolak belakang dengan penambahan kasus harian yang masih tinggi.

Data dari BPS per September 2020 menyatakan 90 ribu lebih responden sudah memakai masker saat berada di luar rumah. Rinciannya, 91,98% telah memakai masker, 77,71% masyarakat menggunakan hand sanitizer atau disinfektan, 75,38% partisipan mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik.

Lainnya adalah 81,85% masyarakat menghindari jabat tangan, 76,69% responden menghindari kerumunan dan 73,54% sudah menjaga jarak minimal 1 meter.

BPS melakukan survei pada periode 7-14 september yang bertujuan mengetahui perilaku masyarakat selama pandemi, khususnya penerapan protokol kesehatan dan upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Survei ini dilakukan secara online, diikuti oleh 90.967 responden (44,77% pria dan 55,23% wanita).

Mayoritas (46,23%) tingkat pendidikan responden adalah S1. Selebihnya 25,60% berpendidikan SMA/SMK, 15,13% adalah strata 2 & 3. Dan, setingkat SD/SMP sebanyak 2,50%. Mayoritas responden berusia < 45 tahun.

Yang menarik adalah dalam poin ‘alasan tidak menerapkan protokol kesehatan’ lebih dari setengah responden (55%) berpendapat bahwa ‘tidak ada sanksi’ menjadi alasan masyarakat untuk tidak menerapkan protokol kesehatan.

Sebagaimana diketahui walau pemerintah gencar melakukan Operasi Yustisi Protokol Kesehatan, masih banyak ditemui masyarakat yang tidak patuh, terutama untuk parameter menjaga jarak aman dan memakai masker dengan benar.

Penularan masih tinggi

Walau survei BPS tersebut menunjukkan hal yang positif, sayangnya tingkat penularan di Indonesia masih tinggi. Data ourwoldindata.org, per tanggal 12 Oktober menunjukkan ada penambahan kasus 4.497 dalam sehari. Jumlah tersebut sedikit berkurang dibanding 9 Oktober lalu yang tercatat sebagai penambahan tertinggi di angka 4.850.

Angka positivity rate pun masih tinggi. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito minggu lalu (Selasa 6/10/2020) mengakui angka positivity rate di Indonesia bahkan tiga kali lebih besar dari standar WHO. Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.

"Di bulan September positvity rate di Indonesia mencapai 16.11% atau tiga kali lebih besar dari standar yang ditetapkan WHO yaitu 5%," kata Prof. Wiku dalam keterangan pers.

Jika dibandingkan dengan hasil survei BPS, tingginya penambahan kasus harian dan angka positivity rate ini berarti masyarakat belum benar / konsisten dalam melakukan protokol kesehatan. Tidak menggunakan masker sesuai rekomendasi misalnya, menggunakan masker dengan bahan yang salah, tidak mengganti masker setelah digunakan > 4 jam, cara melepas masker yang keliru, dll.

Menurut dr. Raisa Brotoasmoro yang juga sebagai Juru Bicara Satgas Penangangan COVID-19 menjelaskan meski survei tersebut menggambarkan banyak masyarakat yang sudah tahu 3M, namun masih ada masyarakat yang belum memahami manfaat pencegahannya. Masih ada yang mempraktekkannya dengan kurang tepat, atau asal-asalan.

"Ada juga survei (internasional) dari (Universitas) John Hopkins menyatakan 80% dari 6 ribu responden di Indonesia sudah menerapkan pakai masker dan cuci tangan. Tetapi ternyata, kurang dari 80% yang menjaga jarak," pungkasnya dalam konferensi pers pada Senin (12/10/2020). (jie)

Baca : Lebih Dari 1 Juta Orang Meninggal di Dunia Akibat COVID-19, Positive Rate Indonesia Tertinggi Se-Asia