Pada 22 September 2020 lalu tercatat jumlah kematian harian mencapai 160 kasus. Ini adalah kejadian tertinggi –sejauh ini- secara nasional. Itu berarti setiap 10 menit ada 1 orang Indonesia yang meninggal karena COVID-19.
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan bila pada September 2020, pencapaian testing spesimen COVID-19 mengalami peningkatan dibanding Agustus lalu. Per harinya testing spesimen pada September ini sudah mencapai 40 ribu secara nasional.
Data 22 September 2020 saja, spesimen yang selesai diperiksa sebanyak 43.896 spesimen yang dilakukan 343 laboratorium di berbagai daerah. Meski demikian, secara per daerah, belum semuanya mencapai standar World Health Organization (WHO) sebesar 1/1000 dari jumlah penduduk per minggu.
"Beberapa daerah di Indonesia, seperti DKI Jakarta dan daerah-daerah lainnya sudah melebih standar WHO," ungkapnya saat menjawab pertanyaan wartawan dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Selasa (22/9/2020).
Tingkat kesembuhan pun dikabarkan terus membaik. Dalam seminggu terakhir, kesembuhan pasien COVID-19 secara nasional meningkat sebesar 35,8%, dibandingkan pekan sebelumnya. Kondisi per 22 September jumlah kumulatif pasien sembuh mencapai 184.298 kasus atau 72,9%.
Sayangnya kabar baik itu tidak diimbangi dengan penurunan kasus kematian secara nasional akibat pandemi ini.
Dikutip dari @pandemictalks – sebuah platform info & data COVID-19 di Indonesia dari spectrum sains dan ekosospol - pada hari yang sama (Selasa 22 September) rata-rata setiap jamnya 5 orang meninggal akibat virus SAR-CoV-2 , atau tiap 10 menit ada 1 orang yang meninggal. Tercata dalam satu hari tersebut ada 160 kasus kematian dalam sehari dengan total kematian 9.837 kasus.
Secara global Indonesia berada di peringkat 18 terburuk dalam total kematian, dan 4 terburuk dalam kematian baru (new death). Jumlah kematian keseluruhan di Indonesia tersebut setara dengan 65% dari total kematian di ASEAN (populasi Indonesia adalah 40% ASEAN).
Data dari Kementerian Kesehatan juga mencatat bila tingkat Recovered to Death (RtD) Indonesia ada di angka 18,7. Ini berarti setiap kematian akibat COVID-19 di Indonesia setara dengan 18-19 kesembuhan. Namun yang perlu dicatat, angka RtD Indonesia masih jauh di bawah angka global, yakni 23,8.
Tingkat kematian (Case Fatality Rate/CFR) ada di angka 3,9%. Berarti setiap 100 orang Indonesia yang terinfeksi corona akan ada 3-4 kematian. Sebagai pembanding, angka CFR global adalah 3,1%. Ini berarti rerata kematian di Indonesia lebih buruk.
Hingga saat ini (selama September) rata-rata kematian di Indonesia adalah 110 kasus per hari. Yang juga menjadi sorotan adalah selama pandemi ini sudah ada 167 anak-anak yang meninggal. Mereka terbagi menjadi 74 kasus untuk balita, dan 93 kasus pada kelompok umur (6-17 tahun).
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan Indonesia memegang rekor tertinggi tingkat kematian anak di Asia Pasifik akibat COVID-19 sebesar 2,5 %. IDAI juga mencatat sekitar 11 ribu anak Indonesia terpapar COVID-19.
Lansia (>60 tahun) menjadi penyumbang kematian terbanyak dengan 14,6%, atau 3.797 kasus dari total kematian COVID-19.
Angka kematian dan tingkat kematian (CFR) yang tinggi di Indonesia merupakan indikator bila pagebluk COVID-19 ini belum terkendali. Angka kematian tersebut bukanlah sekedar statistik, melainkan anggota keluarga seseorang. (jie)