Racun menjadi obat. Itu bukan barang baru dalam dunia medis, ahli pengobatan (tabib) zaman dulu sudah menerapkannya. Yang terbaru dalam dunia medis modern adalah racun kalajengking dipakai sebagai obat kanker.
Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo sempat menyebut racun kalajengking adalah komoditas termahal di dunia. Dengan harga mencapai 10 juta dollar AS per liternya, ini setara dengan Rp. 143 miliar. Selain karena sulitnya mendapatkan bisa kalajengking, potensi medis di balik racun kalajengking ini lah yang membuatnya mahal.
Para peneliti melihat racun kalajengking mengandung peptida, suatu zat biokimia yang mampu memicu reaksi kematian sel dengan membentuk pori-pori di membran sel. Memrogram kematian sel tersebut bisa bermanfaat bila menyasar pada sel yang tepat, misalnya sel tumor.
Melansir sciencedirect.com, racun kalajengking memiliki efek yang kuat. Peptida TsAP-1 dan TsAP-2 yang diambil dari racun kalajengking kuning (Tityus serrulatus) dari Brazil memiliki efek antimikorbial dan antikanker.
Riset oleh Xiaoxiao Guo, Chengbang Ma, dkk., dari Molecular Therapeutics Research, School of Pharmacy, Queens’s University Belfast, Irlandia Utara, menyatakan TsAP-2 memiliki efek antibakterial pada bakteri Staphylococcus aureus dan E. coli, juga jamur Candida albicans yang lebih baik, dibanding TsAP-1.
Studi tersebut juga melihat TsAP-1 paling efektif menghambat pertumbuhan dua sel kanker, dari lima sel kanker yang dites, sementara TsAP-2 bisa menghalangi perkembangan kelima sel kanker. Peneliti menyimpulkan TsAP-1 dan TsAP-2 memiliki ativitas antimikroba dan antikanker spektrum luas, yang potensinya bisa ditingkatkan signifikan dengan meningkatkan kationitasnya (muatan atom positifnya).
Namun, untuk mengubahnya menjadi obat kanker bukan perkara gampang; karena racun tersebut membunuh baik sel sahat atau sel tumor. Dalam jurnal Chemical Communication, Santosh K Misra, Mao Ye, dkk., dari University of Illinois, Amerika Serikat, berhasil menciptakan kapsul yang mengisolasi TsAP-1 menggunakan teknologi nano, disebut kapsul NanoVein.
Teknologi tersebut mampu meningkatkan kemampuan racun kalajengking membunuh sel kanker payudara hingga 10 kali lipat. Dilansir dari theconversation.com, obat tersebut memang bekerja pada sel kanker payudara, tapi secara spesifik belum diketahui kemampuannya menyembuhkan kanker payudara. Ini artinya, masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Terbuka kemungkinan bagi peneliti untuk memodifikasi “kulit” terluar kapsul, misalnya dengan menambahkan protein yang bereaksi pada kanker jenis tertentu. Atau melapisinya dengan lapisan biodegradable. Tujuannya agar efek racun hanya dapat dilepaskan saat mencapai target organ yang sakit.
Metode seperti itu dapat dilakukan dengan sistem “gembok dan kuci (lock and key)”. Beberapa jenis sel kanker diketahui memiliki protein luar dan sekresi yang khas. Lapisan biodegradable obat dapat dibuat untuk mengenali protein spesifik dan sekresi tersebut, baru kemudian memicu proses pelepasan racun.
Sayangnya obat kanker yang efektif ini belum diproduksi secara masal. (jie)