puasa tidak hanya menurunkan tekanan darah

Puasa Tidak Hanya Menurunkan Tekanan Darah, Memperbaiki Komposisi Bakteri Usus

Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, mendadak menyebabkan penyakit jantung, gagal ginjal dan stroke.  

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan angka hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis.

Riset di luar negeri  menyatakan bila puasa tidak hanya efektif menurunkan tekanan darah, tetapi juga memperbaiki komposisi bakteri usus. Dan, keduanya saling mempengaruhi.

Dr. David J. Gurgan dan tim peneliti dari Baylor College of Medicine, AS melakukan studi untuk memahami bagaimana gangguan keseimbangan bakteri usus – antara bakteri baik dan patogen yang menyebabkan penyakit – berpengaruh pada tekanan darah.

“Riset sebelumnya dari lab. kami menunjukkan bahwa komposisi bakteri usus pada hewan hipertensi berbeda dengan hewan dengan tekanan darah normal,” kata dr. Durgan, melansir Science Daily.

Tim peneliti juga menunjukkan bahwa transplantasi mikrobiota usus dari hewan hipertensi ke salah satu hewan dengan tensi normal membuatnya mengembangkan kondisi hipertensi.

“Hasil ini menunjukkan bahwa disbiosis usus (gangguan keseimbangan mikrobiota usus) bukan hanya konsekuensi dari hipertensi, tetapi ternyata juga bisa menyebabkannya,” ujar dr. Durgan, asisten profesor anestesiologi di Baylor.

Hal itu mengarahkan pada penelitian terbaru mereka: apakah memanipulasi komposisi bakteri usus bisa mencegah atau menurunkan tekanan darah, dan bagaimana bakteri usus mempengaruhi tensi?

Bisakah memanipulasi bakteri usus memperbaiki tekanan darah?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tim melihat penelitian lain yang menunjukkan bila puasa bisa memicu perbaikan komposisi bakteri usus dan kesehatan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah).

Tetapi riset tersebut tidak memberikan bukti langsung yang menghubungkan antara komposisi bakteri usus dan tekanan darah.

Dr. Durgan membagi tikus (baik tikus hipertensi dan tikus normal) ke dalam dua. Kelompok pertama adalah kelompok puasa, tikus hipertensi atau normal diberi makan dua hari sekali. Kelompok lain – disebut kelompok kontrol – tidak ada pembatasan makan.

Pada minggu ke 9, peneliti mendapati tikus hipertensi di kelompok kontrol memiliki tekanan darah yang lebih tinggi, dibanding tikus normal di kelompok kontrol. Menariknya, tikus hipertensi di kelompok puasa mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan, daripada tikus hipertensi di kelompok kontrol.  

"Selanjutnya, kami menyelidiki apakah bakteri usus terlibat dalam penurunan tekanan darah pada tikus hipertensi yang puasa," terang dr. Durgan.

Mereka mentransplantasikan bakteri usus tikus yang puasa dan yang tidak ke tikus bebas kuman, yang tidak memiliki mikrobiota sendiri.

“Sangat menarik melihat bahwa tikus bebas kuman yang menerima bakteri usus dari tikus hipertensi yang puasa punya tekanan darah yang signifikan lebih rendah, daripada tikus dengan mikrobiota dari tikus kontrol yang hipertensi,” dr. Durgan menerangkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan komposisi bakteri usus yang dipicu oleh puasa cukup untuk memediasi efek penurunan tekanan darah.

Bagaimana bakteri usus mengatur tekanan darah?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut tim peneliti menerapkan analisis whole genome sequence mikrobiota, serta analisis metabolomik plasma dan isi lumen saluran cerna.

“Di antara perubahan yang kami amati, perubahan produk metabolisme asam empedu menjadi mediator potensial yang mengatur tekanan darah,” imbuh dr. Durgan.

Peneliti menemukan tikus kontrol hipertensi punya asam empedu yang lebih sedikit di sirkulasi dibandingkan tikus normal. Sebaliknya, tikus hipertensi yang puasa punya asam empedu yang lebih banyak.

Dr. Durgan mengatakan, "Mendukung temuan ini, kami menemukan bahwa menambahkan tikus dengan asam kolat (asam empedu primer) juga secara signifikan mengurangi tekanan darah pada tikus hipertensi."

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa puasa intermiten bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, dengan memperbaiki komposisi bakteri usus. Riset juga membuktikan bahwa gangguan keseimbangan bakteri usus berkontribusi terhadap hipertensi dengan mengubah sinyal asam empedu. (jie)

Baca juga: Panduan Puasa Bagi Penderita Diabetes