Pilihan Rehabilitasi Pascastroke | OTC Digest

Pilihan Rehabilitasi Pascastroke

Penanganan pertama pada serangan stroke sangat penting. Mereka yang mendapat perawatan dengan cepat dan tepat sangat mungkin terbebas dari gejala sisa, berupa kecacatan. Tetapi sebagian orang yang tidak beruntung mengalami kecacatan fisik pascaserangan stroke.

Rehabilitasi pascastroke bertujuan membantu penderita agar sebisa mungkin kembali ke kehidupan normal dan mencapai tingkat kemandirian tertinggi yang dapat diraih. Rehabilitasi harus dilakukan segera, setelah kondisi mulai stabil (tekanan darah, pernapasan atau sirkulasi darah).

“Prinsip terapi pada penderita stroke adalah: tangani secepat mungkin untuk meminimalkan dampaknya,” tegas Prof. dr. H. Jusuf Misbach, Sp.S (K).

Proses rehabilitasi pascastroke biasanya perlu waktu panjang, berupa terapi obat, rehabilitasi medis dan terapi psikis. Selama proses itu, biasanya pasien sangat sensitif dan mudah tersinggung. Karena itu, pasien memerlukan pengertian, kerjasama, petunjuk profesional, dan dukungan dari keluarga terdekat untuk mempercepat proses pemulihan.

Pilihan obat

Rehabilitasi pascastroke juga memerlukan obat-obatan. Obat yang diberikan, didasarkan pada penyebab stroke dan akibat yang ditimbulkannya.

Bila stroke akibat perdarahan (hemoragik), akan diberikan obat untuk menghentikan perdarahan dan menghapus darah yang mungkin mengakibatkan pembengkakan di otak. Pasien dengan perdarahan intraserebral (dalam otak) perlu evaluasi bedah saraf, untuk mendeteksi dan mengobati penyebab pendarahan.

Untuk stroke akibat adanya sumbatan (iskemik), obat antibekuan darah adalah pilihannya. Obat antibekuan darah dapat mencegah stroke berulang, dan menurunkan angka kejadian stroke.

Tissue Plasminogen Activator (TPA) sering diresepkan untuk mengatasi stroke iskemik, sebagai penghancur bekuan atau gumpalan darah. Studi menunjukkan, lebih awal TPA diberikan lebih baik hasilnya, dan lebih kurang berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan otak. Waktu pemberian yang direkomendasikan adalah dalam 3 jam setelah  serangan stroke.

Aspirin dikenal sebagai obat antinyeri, namun dalam dosis rendah berfungsi sebagai antibekuan darah. Aspirin bekerja dengan menghambat pembentukan tromboksan, yakni  senyawa yang berperan dalam pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan,  terjadi hambatan pembekuan darah dan diharapkan dapat melancarkan aliran darah menuju otak yang tersumbat.

Penggunaan aspirin sebagai terapi stroke bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan stroke akibat sumbatan aliran darah. Maka, harus diminum secara teratur walau pasien sudah dinyatakan sembuh. Kepatuhan penggunaan obat pada penderita stroke, penting untuk mencegah serangan stroke berulang. 

Suplemen

Suplemen yang memiliki manfaat baik bagi pasien stroke antara lain Ginkgo Biloba, isoflavon, dan vitamin B.

Menurut hasil studi yang dilaporkan oleh Jurnal Stroke tahun 2008, suplementasi ginkgo biloba dapat membantu meningkatkan sirkulasi dan mengencerkan darah, serta meminimalkan kerusakan otak akibat stroke. Namun, karena sifatnya yang memperkuat kerja obat antibekuan darah, bila penggunannya digabung maka dapat menimbulkan perdarahan.

Isoflavon yang banyak terdapat pada kacang-kacangan seperti kedelai atau buncis, terbukti mampu meningkatkan fungsi pembuluh darah arteri (nadi) pada pasien stroke. Konsumsi makanan yang kaya isoflavon dianjurkan untuk memulihkan kerusakan otak akibat stroke, serta mencegah terjadinya komplikasi atau serangan stroke berulang.

Senada dengan kedua zat sebelumnya, Jurnal Stroke tahun 2005 melaporkan hasil studi yang menyebutkan bahwa suplementasi vitamin B dosis tinggi - yang terdiri dari vitamin B9 (folat), B6 dan B12 - dapat menurunkan risiko kekambuhan stroke dan penyakit jantung.

Mekanisme kerjanya yaitu dengan mengurangi tingkat darah homosistein asam amino yang terkait dengan penyakit jantung, dan menurunkan risiko kejadian stroke hemoragik.

Rehabilitasi fisik dan psikis

Sudah kena stroke, tidak berarti terbebas stroke. Stroke bisa kembali menyerang.  Karena itu, perlu rehabilitasi pascastroke, seperti terapi fisik, terapi okupasi dan terapi wicara. Juga terapi psikologis,  seperti terapi wisata.

Fisioterapi

Gangguan fisik pascastroke yang sering dialami yakni melemahnya otot. Hal ini menyebabkan gangguan gerak bahkan bisa tidak dapat bergerak sama sekali.

Bila terjadi pada kurun waktu lama,  bisa menimbulkan kekakuan sendi, nyeri gerak, pemendekan otot (kontraktur), pengecilan otot (atrophy), bengkak pada jari-jari, gangguan sirkulasi, dan perubahan postur tubuh.

Penderita stroke disarankan melakukan stretching (peregangan), untuk memperpanjang struktur jaringan lunak yang mengalami pemendekan sehingga dapat meningkatkan panjang otot, mengurangi ketegangan otot, membantu gerakan lebih bebas dan mudah, memperbaiki sirkulasi, hingga tubuh lebih rileks.

Pemijatan juga dianjurkan. Caranya dengan menggosok ringan punggung penderita sepanjang tulang belakang dengan tangan. Cara ini terbukti mampu memperbaiki sirkulasi darah pascastroke.

Ubah gaya hidup

Gaya hidup sehat harus dilakukan, agar tidak kembali diserang stroke: berhenti merokok, diet rendah lemak/ kolesterol dan tinggi serat, olahraga teratur, makan secukupnya dengan gizi seimbang, menjaga berat badan, berhenti minum alkohol, tidur  cukup dan menghindari stres.

Kontrol tekanan darah dan detak jantung

Studi  menunjukkan, penurunan tekanan darah (5-6 mmHg sistolik, 2-3 mmHg diastolik) mengurangi  40% risiko stroke. Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis stroke.

Makin tinggi tekanan darah, makin besar risiko stroke. Juga bila tekanan darah sering naik-turun tiba-tiba. Waspada jika tekanan darah di atas 135/85 mmHg.

Bunyi detak jantung yang tidak wajar, menunjukkan perubahan fungsi yang mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di jantung, lalu masuk ke aliran darah dan menyebabkan stroke. Bunyi mendesing di leher merupakan tanda ada penebalan plak di dinding pembuluh darah.