Peneliti Indonesia melaporkan sebagian besar pasien yang akan melakukan bedah digestif mengalami kurang nutrisi. Skrining status nutrisi dan perbaikan nutrisi sebelum operasi efektif menurunkan risiko komplikasi.
Malnutrisi merupakan hal yang sering terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit. Berbagai penelitian menemukan bahwa komplikasi terkait malnutrisi meningkatkan lama rawat inap dan frekuensi pasien perlu dirawat kembali di rumah sakit, bahkan meningkatkan risiko kematian.
Sebuah riset terbaru dilakukan di tujuh negara di Asia, di antaranya Indonesia, Korea Selatan, India, Taiwan dan Vietnam. Penelitian Nutrition Insights Day (NID) Ini merupakan studi multinasional terbesar yang mengevaluasi kekurangan nutrisi pada pasien bedah di Asia.
Partisipan adalah penderita penyakit saluran cerna (48,7%) dan kanker saluran cerna (45,9%) yang akan melakukan operasi pemotongan usus. “Ada 83 rumah sakit yang berpartisipasi, dan 536 pasien bedah yang memenuhi syarat,” ujar dr. Nurhayat Usman, SpB-KBD, FINACS, salah satu peneliti dan Ketua Perwakilan UCN Indonesia, Selasa (24/5/2022).
Data Indonesia diambil dari 9 rumah sakit dengan 38 pasien. Hasil awal mengungkapkan 76% (3 dari 4) pasien bedah di Indonesia mengalami malnutrisi sedang hingga tinggi, dibandingkan dengan negara lain yang hanya 54%.
Riset juga mendapati penyediaan kalori dan protein tidak memenuhi target di lebih dari separuh pasien bedah yang menerima dukungan nutrisi.
“Insiden defisit kalori terendah pada pasien yang menerima kombinasi parenteral nutrition (makanan yang diberikan lewat sonde) dan enteral nutrition (infus),” ujar dr. Nurhayat dalam presentasinya.
Malnutrisi pada pasien rumah sakit (rawat inap) dikaitkan dengan peningkatan morbiditas (kesakitan), biaya perawatan yang lebih tinggi dan mortalitas (kematian). Kondisi malnutrisi ini sering tidak diketahui, belum jadi fokus optimal pelayanan pasien.
Dr. dr. Warsinggih, SpB-KBD, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI) menambahkan, malnutrisi s pada pasien rawat inap tidak hanya terjadi di Indonesia, prevalensi di negara maju juga tinggi akibat ketidaktahuan.
“Tidakan apapun, operasi apapun, kalau nutrisinya jelek, perawatannya juga jelek. Malnutrisi ini sering dianggap hanya yang kekurangan (nutrisi), padahal yang overweight (gemuk) juga malnutrisi,” terang dr. Warsinggih.
Risiko komplikasi
Lebih jauh dr. Nurhayat menjelaskan bahwa kondisi kurang nutrisi pada pasien rawat inap – khususnya yang akan melakukan operasi besar – meningkatkan risiko komplikasi seperti infeksi, hingga tirah baring yang lama.
“Penyembuhan luka operasi terganggu, misalnya lukanya menjadi infeksi atau tidak menutup. Apa lagi kalau melakukan pemotongan dan penyambungan saluran makan, salah satu komplikasi penyambungan bisa terjadi kebocoran, itu yang paling membahayakan,” terang dr. Nurhayat.
Pasien dengan tirah baring yang lama membuatnya rentan mengalami infeksi saluran napas atau infeksi saluran kencing.
Biaya perawatan meningkat
Selain menyebabkan dampak bagi kesehatan pasien, malnutrisi juga membebani pasien dan rumah sakit dalam hal pembiayaan.
Berdasarkan penelitian, estimasi beban ekonomi yang disebabkan oleh malnutrisi di rumah sakit mencapai USD 30,1 milyar. Tingginya periode rawat inap membutuhkan biaya yang paling besar, setelah itu diikuti dengan tingginya kebutuhan ruang Intensive Care Unit (ICU), dan tambahan pengobatan akibat komplikasi.
Di Indonesia, total tambahan biaya malnutrisi rumah sakit di Indonesia diperkirakan mencapai USD 488 juta atau sebesar 1,61% dari proporsi pembiayaan kesehatan secara keseluruhan, per tahunnya.
Skrining awal
Studi tersebut menyimpulkan bahwa di Asia angka kejadian pasien yang mengalami malnutrisi sejak sebelum operasi atau pasien yang berisiko malnutrisi, cukup tinggi. Dukungan perbaikan gizi sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien.
Oleh karena itu, dr. Nurhayat menekankan penting melakukan penilaian status nutrisi, kemudian dilakukan terapi perbaikan nutrisi sebelum operasi.
“Sehingga penting melakukan skrining, jangan sampai dioperasi dalam kondisi malnutrisi. Apa koreksi nutrisinya masih bisa pakai mulut, atau bantuan selang yang dimasukkan ke lambung (sonde) atau nutrisi lewat infus agar tercapai koreksi nutrisi,” ujarnya.
Perbaikan nutrisi sebelum operasi akan mengurangi risiko komplikasi, mempersingkat lama perawatan, penyembuhan luka yang optimal, mempertahankan fungsi kekebalan yang tepat dan meningkatkan pemulihan pasca operasi. (jie)