mutasi virus corona d614g vaksin merah putih tetap efektif

Mutasi Virus Corona D614G Sebabkan Virus Lebih Menular, Apakah Vaksin Merah-Putih Tetap Efektif?

Belum lama ini terungkap bila mutasi virus Corona D614G juga ada di Indonesia. Strain yang sebelumnya ditemukan di Eropa dan AS tersebut, belakangan juga ada di beberapa negara Asia lain, seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Mutasi virus corona D614G sebabkan virus lebih menular, tetapi peneliti dari Eijkman mengungkapkan vaksin Merah Putih tetap akan efektif.

Sebelumnya Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brojonegoro menyampaikan bila 9 whole genom sequence (WGH) dari virus corona di Indonesia memiliki mutasi D614G.

Berdasarkan data dari GISAID Initiative – bank data virus influenza – sekitar 78% genom virus corona di dunia mengandung D614G, termasuk di Indonesia. Dikabarkan pula bila varian mutasi ini sudah ditemukan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Tangerang, Yogyakarta, Bandung dan Surabaya.

Menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof. Dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK(K), sejak awal mutasi ini ditemukan dan dites, diketahui lebih cepat menulari sel manusia, dibanding strain virus COVID-19 lain yang bukan D614G.

“Tetapi ini sifatnya pengamatan di laboratorium, belum ada pengamatan antarmanusia, apakah lebih cepat atau membuat sakit berat. Belum terbukti di komunitas,” ujarnya dalam media briefing virtual bertajuk ‘Dukungan untuk Percepatan Penelitian Vaksin COVID-19’, Kamis (3/9/2020).

Penamaan varian D614G ini didasarkan pada susunan suatu molekul kimia bernama asam amino yang membentuk struktur luar virus bernama protein spike (paku). Mutasi dapat memunculkan perbedaan susunan asam amino penyusun struktur spike yang pada akhirnya akan membuat varian baru muncul.

Vaksin Merah Putih tetap efektif

Munculnya mutasi virus Corona D614G ini memunculkan pertanyaan : bagaimana dengan vaksin yang dikembangkan di Indonesia, apakah nantinya akan efektif?

Menjawab hal tersebut Prof. Amin menjelaskan, selama mutasi virus tidak memengaruhi reseptor binding domain (RBD), maka kinerja vaksin (Merah Putih) tidak akan terganggu, alias tetap efektif.

“Saat ini pengembangan vaksin di seluruh dunia menggunakan RBD sebagai target. Mutasi ini, walau terjadi pada spike protein tetapi terjadi pada lokasi yang berbeda. Sehingga RBD tidak terganggu,” paparnya.

Dalam kesempatan yang sama peneliti senior LBM Eijkman, Dr. R. Tedjo Sasmono, PhD, menambahkan, “Kalaupun ada mutasi selama ada teknologi yang berkembang di Indonesia, kita dengan gampang mengkloning mutasi tersebut. Itu pentingnya mengembangkan teknologi vaksin sendiri, sehingga tidak bergantung dengan negara lain.”

Sebagai informasi, LBM Eijkman sudah memiliki teknologi yang diperlukan jika mutasi virus COVID-19 ini akhirnya memengaruhi RBD virus.

Sampai mana proses vaksin Merah Putih?

Sebagaimana diketahui LBM Eijkman bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi, dan Biofarma sedang mengembangkan vaksin Merah Putih.

“Saat ini vaksin Merah Putih sudah sekitar 50%, dalam arti tahapan yang dilakukan sudah melewati indentifikasi antigen, kloning gen ke vektor, terus dimasukkan ke sel mamalia. Saat ini sedang menunggu ekspresi dari sel mamalia tadi,” terang Prof. Amin.

Apabila protein rekombinan sudah diekspresikan oleh sel mamalia, akan dilanjutkan uji pada hewan yang diharapkan uji pada hewan selesai 2-3 bulan ke depan.

“Untuk uji klinis pada manusia (setelah uji pra klinis pada binatang), antigen akan kami berikan kepada perusahaan farmasi, dalam hal ini Biofarma,” imbuh Dr. Tedjo. “Diproyeksikan pertangahan hingga akhir tahun depan vaksin Merah Putih baru tersedia.” (jie)