PT Kalbe Farma Tbk resmi akan mulai memasarkan obat remdesivir buatan India dengan merek dagang Covifor untuk terapi COVID-19 pada Oktober 2020. Berdasarkan penelitian remdesivir efektif menghambat replikasi virus corona.
Covifor merupakan obat remdesivir yang diproduksi oleh Hetero, farmasi terkemuka di India. Selanjutnya anak perusahaan Hetero – yakni PT Amarox Pharma Global - bekerjasama dengan Kalbe Farma untuk pendistribusiannya di Indonesia.
Hetero’s Amarox Global Pharma menjadi perusahaan pertama yang menerima persetujuan penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) untuk remdesivir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan perjanjian kerjasama pemasaran dan distribusi antara Kalbe dan PT Amarox Pharma Global dan Hetero, India ditandatangani pada tanggal 28 September 2020.
“Dan langsung dimulai proses persiapan pengadaan produk jadinya, sehingga mulai Oktober sudah bisa dipasarkan," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/10/2020).
Ia menambahkan Covifor sementara akan dipatok dengan harga Rp 3 juta per vial. Harga masih berpotensi berubah, “Jika volumenya meningkat, harga bisa ditinjau kembali,” terang Vidjongtius.
Dalam kesempatan yang sama Country Manager PT Amarox Global Pharma Sandeep Sur menjelaskan, pihaknya tidak memberikan batasan pasokan produk ke Indonesia, mengingat pabrik di India memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan Indonesia.
Untuk saat ini, disanggupi minimal pasokan ke Indonesia antara 200 - 300 ribu unit, dan tidak memberikan batasan volume ke depan. "Sebanyak apa pun kebutuhan Indonesia, kami bisa menyediakan," jelas Sandeep Sur.
Rencananya, Covifor akan diujicobakan di RSUP Persahabatan – sebagai salah satu rumah sakit rujukan di Jakarta – pada 25 pasien COVID-19.
Menghentikan replikasi virus
Sebelumnya, WHO telah memasukkan remdesivir ke dalam standard of care, tetapi obat ini belum tersedia di Indonesia. Obat ini juga telah mendapatkan izin untuk penggunaan darurat (EUA) untuk terapi COVID-19.
Remdesivir hanya ditujukan untuk pengobatan pasien penyakit COVID-19 yang telah terkonfirmasi oleh laboratorium, terutama untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke atas, dengan berat badan minimal 40 kilogram) yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi parah.
Dalam riset yang diterbitkan April 2020 di Journal of Biological Chemistry terlihat bila remdesivir efektif menghentikan mekanisme replikasi virus corona. Remdesivir sejatinya adalah obat yang dikembangkan tahun 2014 dibuat untuk memerangi wabah Ebola.
Para peneliti dari University of Alberta, AS, melihat bagaimana remdesivir bisa menyamakan polymerase dengan mesin virus SARS-CoV-2, yang bertanggung jawab untuk mensintesis genom virus, dan menghambat proses polymerase tersebut.
"Jika Anda menargetkan polymerase, virus tidak dapat menyebar," kata Matthias Götte, ketua mikrobiologi medis dan imunologi di University of Alberta, dilansir dari ScienceDaily. (jie)
Baca juga : Setelah Remdesivir dan Dexamethasone, Dua Obat Lama Ini Diolah Ulang Untuk Terapi COVID-19