Bagaimana perasaan Anda saat sedang makan di restoran, dan orang di meja sebelah batuk? Menjadi tidak nyaman bukan. Apalagi hingga saat ini virus Covid belum benar-benar hilang. Batuk sebenarnya bukan penyakit, tetapi mekanisme pertahanan alami tubuh terhadap benda asing.
Refleks batuk bersumber dari otak, sebagai upaya untuk menghilangkan iritasi di tenggorokan. Lingkungan yang kering, polusi, atau perubahan cuaca sering menyebabkan batuk kering. Pada kasus tertentu, batuk kering dapat berubah menjadi batuk berdahak.
Batuk juga bisa menjadi gejala penyakit yang dipicu oleh infeksi virus, naiknya asam lambung (GERD / gastroesophageal reflux disease), asma berat, pneumonia, reaksi alergi atau efek samping obat.
Batuk karena flu membuat tenggorokan meradang. Otak mengira inflamasi ini sebagai benda asing dan berusaha menghilangkan, dengan cara batuk. Terkait Covid, batuk dan sakit tenggorokan merupakan dua gejala varian Omicron terbanyak yang dikeluhkan pasien.
Batuk juga bisa terjadi karena mengonsumsi obat tertentu, misalnya aspirin, obat antihipertensi dan/atau kardiovaskuler seperti ACE inhibitor dan beta-blocker.
Apa yang terjadi saat terasa ingin batuk?
Menurut Sara Prescott, assistant professor di Massachusetts Institute of Technology yang melakukan riset tentang neuron saluran napas dan refleks yang ditimbulkannya, neuron sensorik yang memicu batuk datang melalui saraf vagus, yang mempersarafi saluran napas.
Setidaknya ada tiga jenis serabut saraf yang berbeda di saraf vagus memicu refleks batuk:
- Vagal nociceptors. Selain bereaksi terhadap capsaicin, bahan aktif dalam cabai, serabut saraf ini merespons iritasi kimia seperti asam atau nikotin.
- Reseptor air vagal. Neuron ini mempersarafi sel-sel khusus di laring (tenggorok) untuk merasakan air yang secara tidak sengaja terhirup.
- Mekanosensor vagal. Serat ini bereaksi terhadap rangsang mekanis seperti makanan, partikel debu atau lendir.
“Untuk orang yang menderita asma, batuk kronis atau penyakit lain, neuron di refleks pelindung menjadi lebih sensitif. Jadi batuk lebih mudah dipicu,” kata Sara, melansir brainfacts.org.
Di sisi lain, refleks juga bisa tidak terlalu sensitif. Jika neuron tidak cukup sensitif, tubuh tidak memiliki cukup perlindungan jalan napas. “Ini umum ditemukan pada orang tua, itulah sebabnya orang tua sangat rentan terhadap infeksi paru-paru dan pneumonia,” lanjutnya.
Obat batuk yang juga meningkatkan imunitas
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si (Herbal) menjelaskan, “Terapi terhadap batuk dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat-obat ekspektoran yang membantu mengeluarkan dahak atau antitusif yang membantu menurunkan frekuensi batuk.”
Secara umum obat batuk terbagi menjadi tiga: antitusif yang menekan refleks batuk; ekspektoran untuk merangsang produksi lendir yang akan mengencerkan dahak dan mendorongnya keluar; mukolitik untuk menghancurkan struktur dahak yang kental agar mudah dikeluarkan.
Dr. Inggrid menambahkan kondisi daya tahan tubuh pada saat batuk juga perlu diperhatikan untuk mencegah berkembangnya gejala batuk menjadi penyakit yang lebih parah (infeksi sekunder).
“Kombinasi herbal habbatussauda, jahe, dan jeruk nipis bisa menjadi alternatif untuk membantu meredakan gejala batuk sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh,” ujarnya.
Habbatussauda (jinten hitam) kaya akan nutrisi antara lain karbohidrat, protein, lemak serta vitamin A, B1, B6, C dan E. Habbatussauda termasuk dalam kelompok imunostimulan fitogenik dengan kandungan thymoquinone (TQ) yang berfungsi membentuk dan memperkuat kekebalan tubuh.
Dalam A review on Therapeutic Potential of Nigella Sativa: A Miracle Herb, dijelaskan habbatussauda banyak digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit seperti bronkitis, asma, diare, rematik dan gangguan kulit.
Apt. Drs. Victor S. Ringoringo, SE, MSc, Chief Business Development dan R&D PT Deltomed Laboratories, menambahkan habbatussauda sudah lama digunakan di beberapa produk Deltomed karena khasiatnya yang baik untuk kesehatan.
“Habbatussauda, jahe, dan jeruk nipis dan lain -lain yang membantu meredakan batuk dan melegakan tenggorokan, juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh,” pungkas Victor. (jie)