perokok membutuhkan lebih banyak vitamin c

Kenapa Perokok Membutuhkan Lebih Banyak Vitamin C

Kebutuhan vitamin C manusia diukur berdasarkan usia dan jenis kelamin, termasuk aktivitas dan gaya hidup. Perokok termasuk mereka yang membutuhkan lebih banyak vitamin C.

Dalam kondisi normal, tubuh butuh vitamin C sekitar 90 mg / hari untuk pria >19 tahun, dan 75 mg untuk wanita >19 tahun. Namun, pada kondisi misalnya stres, baru sembuh dari sakit, kurang tidur, melakukan perjalanan jauh, kebutuhan pun meningkat karena terjadi peningkatan oksidasi.

Pada perokok atau orang yang kerap terpapar asap biasanya mereka memiliki kadar vitamin C yang lebih rendah dalam darah.

Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K), dari FKUI menjelaskan,”Pada perokok berisiko menyebabkan kanker nasofaring, bagi mereka ini dapat butuh 1000 mg vitamin C untuk memperkecil risiko kanker nasofaring.”

Sebuah riset lama yang dimuat di American Journal of Public Health (1989) menyatakan pada 11.592 responden mereka yang merokok lebih dari 20 batang sehari memiliki kadar serum vitamin C paling rendah (0,82 mg/dl). Sementara perokok 1-19 batang per hari memiliki rerata serum vitamin C 0,97 mg/dl, dibandingkan partisipan yang tidak merokok (109mg/dl).

Di satu sisi, suplementasi vitamin C selama 2 minggu pada perokok juga membantu mempertahankan kadar vitamin E hingga 45% yang juga turun akibat stres oksidasi rokok. Riset ini dilakukan oleh Richard Bruno, dkk., dari Oregon State University, AS.

Vitamin E dikenal juga sebagai antioksidan yang melawan reaksi radikal bebas penyebab kanker. Tetapi tentu saja pencegahan terbaik kanker adalah berhenti merokok.

Jangan takut konsumsi dosis tinggi

Dr. Fiastuti menambahkan untuk tidak ragu mengonsumsi vitamin C dosis tinggi karena sifatnya yang larut air membuatnya akan dibuang melalui urin saat kebutuhan tubuh sudah mencukupi. Berdasarkan keputusan BPOM RI No. HK.00.05.23.3644, batas maksimal konsumsi vitamin C yang dianjurkan adalah 1000 mg.  

Vitamin C diserap dalam usus halus. Dalam riset yang dimuat dalam The Journal of Nutrition 2007 dijabarkan, terdapat semacam “bus” yang akan mengangkut vitamin C dan mendistribusikannya sepanjang dinding usus halus untuk diserap.

Sayangnya vitamin C harus berbagi tempat dalam “bus” dengan glukosa. Banyak sedikitnya vitamin C yang bisa diangkut tergantung jumlah ‘saingannya’. 

Untuk mendapatkan penyerapan yang optimal, para ahli dari University of Maryland Medical Center, menyarankan untuk konsumsi vitamin C dalam dosis kecil 2-3 kali sehari (250-300 mg per tablet setiap sehabis makan).

The Food and Nutrition Board, U.S. National Academy of Sciences menjelaskan, batas maksimum vitamin C yang masih dapat ditoleransi tubuh adalah 2000 mg/hari. Namun, disarankan untuk mengonsumsi <1000 mg/hari.

Konsumsi >1000 mg/hari dapat menyebabkan mual, gangguan sistem pencernaan, kram perut, diare dan berisiko menyebabkan batu ginjal.

Vitamin tingkatkan antioksidan dalam pekerja

Dalam hubungan vitamin C sebagai antioksidan, sebuah studi dilakukan dr. Fitrah Ernawati, dkk., dari Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor, Kementrian Kesehatan RI, pada 150 wanita pekerja pabrik berusia 20-45 tahun.

Selama 10 minggu mereka diberi multivitamin dan mineral, untuk melihat status antioksidan mereka.

Parameternya adalah peningkatan/penurunan jumlah enzim superoksida dismutase (SOD) dalam tubuh. Ini adalah enzim yang berfungsi memperbaiki dan mengurangi kerusakan sel, karena radikal bebas. Mulitvitamin berisi 1000 mg vitamin C, 45 mg vitamin E, 400 µg asam folat, 5 mg zat besi, dll.

“SOD merupakan pertahanan tubuh pertama pada radikal bebas. Ia berfungsi ganda sebagai antioksidan dan menetralkan radikal bebas,” papar dr. Fitrah.

Kemampuan vitamin C sebagai antioksidan ditunjukkan dengan menyumbangkan elektronnya ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler, sehinggan menghilangkan senyawa radikal.

Vitamin C juga diperlukan dalam regenerasi vitamin E terosidasi (yang sudah menyumbangkan hidrogen pada molekul radikal bebas, sehingga vitamin E sendiri menjadi radikal).

Hasil penelitian menunjukkan, multivitamin dan mineral mampu menangkal radikal bebas, ditunjukkan dengan menurunnya kadar SOD di bawah normal pada sampel dibandingkan pemberian plasebo.

Makanan, terutama sayur dan buah, merupakan sumber antioksidan yang berfungsi menetralkan radikal bebas. Kebutuhan zat gizi yang tidak dapat dipenuhi dari makanan, bisa dipenuhi dengan suplemen multivitamin. (jie)

Baca juga : Salah Kaprah Vitamin C Sebagai Penangkal Flu